Oleh: Kila Diajeng
Editor: Ida Bastian
Portalindonews.com – Pada tahun 2019, pemerintah mengumumkan rencana monumental untuk memindahkan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Proyek ini, dikenal sebagai proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), bukan hanya sebuah pemindahan fisik, tetapi juga sebuah upaya besar untuk membangun sebuah pusat pemerintahan yang modern, berkelanjutan, dan tetap menghormati serta melestarikan keanekaragaman alam yang melimpah di wilayah Kalimantan Timur.
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dan masalah yang semakin serius di Jakarta, termasuk kemacetan lalu lintas, banjir, dan penurunan permukaan tanah, pemerintah Indonesia telah lama mempertimbangkan pemindahan ibu kota sebagai solusi. Pada Agustus 2019, Presiden Joko Widodo secara resmi mengumumkan rencana ambisius ini, dengan memilih sebagian wilayah di Kalimantan Timur sebagai lokasi baru bagi ibu kota.
Salah satu poin kunci dari proyek ini adalah menjaga keberlanjutan lingkungan. Pemerintah telah menetapkan komitmen untuk memastikan bahwa pembangunan Ibu Kota Nusantara tidak hanya memperhitungkan aspek-aspek ekonomi dan sosial, tetapi juga menghormati dan melestarikan keanekaragaman hayati serta lingkungan alam Kalimantan Timur.
Pengembangan kota ini direncanakan dengan konsep kota hutan (forest city), di mana OIKN berkomitmen untuk mendukung langkah-langkah pelestarian lingkungan. Direktur Pengembangan Pemanfaatan Kehutanan dan Sumber Daya Air Otorita IKN, Pungky Widiaryanto, menyampaikan komitmen tersebut dalam pertemuan media pada Senin, 25 Maret 2023.
Pungky menjelaskan bahwa komitmen ini juga didorong oleh ratifikasi Indonesia terhadap Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework. OIKN juga telah merancang strategi untuk menjadikan IKN sebagai kota bebas emisi pada akhir tahun sebelumnya.
Lanskap IKN sendiri berada di sekitar hutan industri, hutan produksi, kawasan konservasi, dan hutan lindung. Kawasan sekitar IKN memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi, dengan 3.889 spesies yang menjadi habitatnya dan ditemukan dalam radius 50 km dari kota Nusantara, Sebanyak 168 spesies adalah mamalisa, 454 spesies burung, 206 spesies herpetofauna (reptile dan amfibi), 1.369 spesies ikan, dan 735 spesies tumbuhan. Namun, 105 spesies terancam punah dan 34 spesies sangat terancam punah menurut daftar IUCN.
Untuk mengantisipasi dampak pembangunan terhadap lingkungan, OIKN mengalokasikan sekitar 177.000 hektare lahan sebagai kawasan lindung. Meskipun hanya 16 persen yang tertutup hutan, Pungky menegaskan bahwa upaya perlindungan akan dilakukan.
OIKN juga berencana untuk melibatkan masyarakat dalam upaya konservasi lingkungan sekitar IKN. Salah satu inisiatifnya adalah pendirian citizen forester, di mana masyarakat akan berperan sebagai pengamat dan pelindung satwa liar di kawasan lindung sekitar IKN. Selain itu, OIKN juga akan membangun jalur bawah tanah sebagai jalan penyeberangan satwa liar di sekitar IKN.
Terkait interaksi antara manusia dan satwa liar, Pungky menyampaikan bahwa pemerintah berencana untuk menanam berbagai tumbuhan di tepi IKN sebagai buffer zone. Ini bertujuan untuk mencegah konflik antara manusia dan satwa liar, serta sebagai penghalang terhadap kebakaran hutan.
Selain itu, Pungky juga mengatakan OIKN bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Kementerian lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang berencana membangun overpass penyeberangan satwa untuk memastikan habitat mereka di IKN tetap terjaga.
Pihaknya menjelaskan untuk beberapa satwa lintasannya berada di atas (jalan), beberapa satwa lintasannya berada di bawah jalan. Hal tersebut sebelumnya telah dilakukan survei, baik survei bentang alam maupun survei satwa yang melintas di area tersebut.
Selanjutnya dalam upaya untuk menjaga keanekaragaman hayati di IKN, pihak OIKN juga telah meningkatkan status Teluk Balikpapasn dari kawasan budidaya menjadi kawasan lindung. Tak hanya itu, OIKN juga merubah rencana pembangunan jembatan di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) menjadi terowongan. Langkah ini dilakukan karena Teluk Balikpapan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, dengan hutan mangrove yang masih tebal dan berperan penting dalam penyerapan karbon.
Deputi Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita IKN, Myrna Safitri, menegaskan bahwa warga IKN akan diberdayakan untuk hidup berdampingan dengan satwa liar, sehingga dapat meminimalisir konflik yang mungkin terjadi.
Semua rencana dan komitmen ini akan diumumkan dalam peluncuran lunak IKN pada Selasa, 26 Maret 2023. OIKN mengundang berbagai pihak, termasuk lembaga konservasi dan pegiat lingkungan, untuk memberikan masukan dan gagasan dalam upaya menjaga keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian lingkungan.
OIKN mengidentifikasi tujuh wilayah di IKN dan sekitarnya yang memilki keanekaragaman hayati tinggi. Wilayah tersebut meliputi Bentang Alam Gunung Beratus, Taman Hutan Raya Bukit Soeharto, Teluk Balikpapan, Hutan Lindung Sungai Wain, Samboja Lestari, Muara Jawa, dan Gunung Parung.
Strategi menghadirkan kota hutan lestari ini dirancang, melalui rencana pembangunan yang memperhatikan kelestarian lingkungan dan pemanfaatan teknologi hijau. Dengan langkah-langkah ini, pembangunan Ibu Kota Nusantara diharapkan dapat menjadi contoh model pembangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, yang menghormati keberadaan alam dan menjaga kelestariannya.
Penulis merupakan pemerhati lingkungan hidup