Oleh : Syarifudin
Editor : Ida Bastian
Ibu kota negara (IKN) didesain dengan penuh kehati-hatian karena ia adalah simbol dari eloknya Indonesia. Selain harus estetik, desainnya akan mengadopsi praktik mitigasi resiko penyakit menular, utamanya di masa pandemi Covid-19.
Ibu kota negara akan dipindah dari DKI Jakarta ke Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Pemindahan ini adalah sebuah proyek besar yang tidak bisa dilakukan hanya dalam beberapa bulan, tetapi diprediksi butuh lebih dari 5 tahun agar Indonesia memiliki IKN yang modern.
Bagaimana dengan desain IKN? Untuk ukuran sebuah ibu kota maka desainnya harus serius, karena tipologi tanah dan kontur di Kalimantan yang berbeda jauh dengan di Jawa. Para arsitek, ahli tata kota dan teknik sipil bekerja sama agar dapat mewujudkan IKN yang tertata rapi dan sekaligus cinta lingkungan.
Selain didesain secara efektif dan artistik maka desain IKN juga mempraktikkan mitigasi resiko penyakit menular. Kepala Badan Intelijen Negara Jendral Pol (Purn) Budi Gunawan menyatakan, “IKN Nusantara didesain untuk siap menghadapi pandemi jika kemungkinan terjadi di masa mendatang. Desain IKN mengambil berbagai pelajaran dari pandemi corona. Jadi, kotanya tidak hanya maju, hijau, dan berteknologi tinggi, tetapi juga siap hadapi pandemi.”
Dalam artian, kita akan bangga karena memiliki ibu kota negara Nusantara yang tidak hanya memiliki teknologi canggih dan ramah lingkungan, tetapi juga siap hadapi pandemi. Mitigasi memang harus disiapkan untuk menghadapi berbagai kemungkinan terburuk.
Persiapan ini penting karena pertama, kita tidak tahu kapan pandemi selesai alias berubah status menjadi endemi. Jika IKN sudah siap didiami oleh para pendatang pindahan dari DKI Jakarta maka akan tertata rapi dan aman dari segala macam penyakit. Penyebabnya karena sudah ada mitigasi dari resiko pandemi dan resiko penyakit menular lainnya.
Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan melanjutkan, “Pembangunan IKN di masa pandemi tidak apa-apa. Malah sekarang saatnya menunjukkan IKN sebagai kota yang tangguh di masa pandemi. Desain kota yang tangguh untuk menghadapi segala bencana dan wabah akan melengkapi sistem ketahanan nasional dalam bidang kesehatan. Selain itu, pembangunan dan pengembangan kemandirian produksi vaksin, obat-obatan, dan peralatan serta memperkuat surveillances system, forecasting and analytics sebagai bagian dari medical intelligence.
Dalam artian, kota modern tidak hanya memiliki gedung-gedung pencakar langit. Akan tetapi juga ada medical intelligence. Sehingga nanti di sana akan ada RS dan pusat kesehatan lain dengan dokter dan alat medis yang representatif. Selain itu juga ada produsen obat-obatan dan vaksin sehingga jika ada pandemi lagi (meski kita berdoa agar tidak ada lagi), sudah siap 100%.
Medical intelligence amat penting karena jika pandemi berubah jadi endemi maka virus Covid-19 masih ada tetapi hanya ada di daerah tertentu. Bisa jadi daerah itu adalah Kalimantan, dan jika memang terjadi maka sudah siap dengan berbagai alat medis dan obat-obatannya.
Selain meghadapi kemungkinan pandemi, pembangunan pusat kesehatan dan pabrik obat plus vaksin juga penting karena di Kalimantan masih ada penyakit berbahaya lain (selain Corona) yakni malaria. Kita wajib mencegah agar jangan sampai para pendatang tertular penyakit ini dari nyamuk, oleh karena itu harus ada penjagaan ketat akan higienitas dan pusat kesehatan yang bermutu baik.
Desain ibu kota negara Nusantara akan menjadi tak hanya cantik dan berteknologi tinggi, tetapi juga mempraktikkan mitigasi resiko penyakit menular. Masyarakat menanti kapan IKN akan diresmikan dan menjadi kota yang siap untuk menghadapi berbagai resiko pandemi.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar pers dan Mahasiswa Cikini