Oleh : Rahmat Siregar
Editor : Ida Bastian
Penyebaran paham intoleran merupakan salah satu ancaman bagi bangsa Indonesia karena menjadi pintu masuk seseorang untuk melakukan aksi teror. Masyarakat diharapkan terus meningkatkan kewaspadaan dan gotong royong untuk membendung paham intoleran.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, akar timbulnya radikalisme dan terorisme yang kerap terjadi di dunia maya adalah karena adanya sikap intoleran. Untuk itu, dirinya menegaskan tentang pentingnya narasi dalam melawan propaganda paham intoleran.
Boy mengungkapkan bahwa kita perlu mengingatkan kepada para anak muda atau generasi milenial agar tidak menyalahgunakan internet atau media sosial. Apalagi saat ini, kelompok jaringan teroris telah merambat ke penggunaan media sosial dengan narasi yang mereka buat.
Dalam unsur upaya pencegahan di dunia maya maupun media massa, BNPT mengmbangkan program Wadah Akur Rukun Usaha Nurani Gelorakan NKRI atau kerap disebut Warung NKRI. Dalam program ini, BNPT melibatkan multipihak, baik pemerintah, masyarakat dan akademisi. Oleh karena itu, BNPT mengharapkan Warung NKRI dapat menjadi wadah silaturahmi dan komunikasi dengan harapan membangkitkan rasa nasionalisme.
Sebagai informasi, warung NKRI merupakan satu di antara program BNPT yang melibatkan seluruh elemen bangsa dan lapisan masyarakat dalam menggiatkan dialog wawasan kebangsaan yang kaya akan nilai toleransi, persatuan dan gotong royong.
Dirinya mengungkapkan, kenapa program tersebut diberi nama warung, ternyata program tersebut merupakan sebuah game changer. Konsep warung NKRI sebagai sarana edukasi untuk masyarakat dalam melakukan penguatan nilai luhur bangsa yang hari ini menghadapi tantangan dengan lahirnya virus radikal intoleran.
BNPT mengharapkan ideologi kekerasan yang sengaja dibawa pihak tertentu untuk menimbulkan disintegrasi tidak memiliki tempat lagi. Harapannya Warung NKRI dapat dilakukan diskusi yang mendiseminasikan nilai Pancasila sebagai pendekatan lunak dalam mencegah paham terorisme.
Boy Rafli mengatakan, dalam rangka memperkuat ketahanan bangsa Indonesia, program Warung NKRI ini dibuat. Dirinya mengatakan, pada aspek ideologi jangan sampai masyarakat terpengaruh dengan ideologi yang berbasis kekerasan, seperti ideologi radikal terorisme.
Boy juga pernah mengatakan bahwa Teroris itu punya kecenderungan yang kuat sebagai intoleran. Untuk itu harus dibangun semangat dalam berempati dan bangun pengertian satu sama lain dan saling menghargai.
Kemudian ketahanan dalam menangkal virus radikal dan terorisme juga datang dari tokoh agama yang selalu mengajarkan pentingnya moderasi beragama. Moderasi beragama merupakan konsepsi yang dapat membangun sikap toleran dan rukun guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
Perlu diketahui bahwa jumlah penduduk Indonesia didominasi oleh kelompok produktif yaitu anak muda yang masuk dalam kategori generasi Milenial dan Z. Hal ini tentunya bisa menjadi bom waktu di kemudian hari, apabila para anak muda ini justru terjerembab dalam ideologi radikalisme dan terorisme.
BNPT melihat bahwa sumber ketahanan agar tidak terpengaruh oleh paham radikal dan terorisme sewajarnya dapat hadir pertama kali dari lingkungan keluarga dan kemudian dari lingkungan pendidikan yaitu sekolah.
Selain bijak dalam mengakses media sosial, upaya pencegahan dan penanggulangan intoleransi dan radikalisme dapat dilakukan melalui peningkatan wawasan kebangsaan, keagamaan dan sosial politik. Boy juga mengingatkan kepada generasi muda, agar jangan sampai melupakan jati diri bangsa. Perlu pemahaman kuat terkait perjuangan sejarah bangsa untuk dapat dicerna, hayati dan amalkan.
Intoleransi serta radikalisme dapat mengancam demokrasi dan menghambat pembangunan di Indonesia. Generasi muda yang mewakili seperempat dari 270 juta penduduk Indonesia, sangat rentan terhadap ujaran kebencian dan pesan radikal.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin sempat menyesalkan adanya praktik intoleransi yang sudah sampai pada sikap tidak mau bersahabat, duduk bersebelahan atau melakukan aktivitas bisnis dengan kelompok atau individu yang berbeda agama atau keyakinan. Ia juga khawatir jika intoleransi ini dibiarkan akan berbahaya dan merusak keutuhan bangsa Indonesia.
Paham intoleransi di Indonesia tidak boleh diberi ruang, karena pembiaran terhadap paham tersebut akan berdampak buruk bagi kemajuan serta rasa persatuan bangsa. Masyarakat juga perlu mengetahui bahwa perjuangan merebut kemerdekaan tidak hanya dilakukan oleh satu suku saja, tetapi ada banyak suku yang turut serta berjuang mempertahankan kemerdekaan NKRI.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Intitute