Oleh : Abdul Kadir
Editor : Ida Bastian
Hari Pahlawan merupakan salah satu momentum bagi generasi muda untuk memerangi radikalisme. Dengan adanya keterlibatan tersebut, maka potensi penyebaran radikalisme dapat diminimalisasi.
Apa yang Anda ingat dari hari pahlawan? Biasanya dirayakan dengan pawai, upacara, atau acara seremonial lainnya. Hari pahlawan memang istimewa karena mengingatkan kita akan teguh dan beraninya para pahlawan dalam memerangi penjajah, dan memerdekakan Indonesia. Wajar jika para pahlawan diziarahi setidaknya setahun sekali, sebagai bentuk penghormatan.
Akan tetapi, alangkah baiknya untuk mengubah peringatan hari pahlawan agar tidak sekadar jadi seremonial dan ramah-tamah belaka. Seharusnya saat hari pahlawan ada gerakan yang langsung dilakukan oleh generasi muda untuk memerangi radikalisme. Penyebabnya karena radikalisme sudah sangat mengganggu ketertiban dan kedamaian di Indonesia.
Mengapa harus generasi muda? Mereka masih belia dan trengginas, sehingga punya fisik yang kuat untuk melawan radikalisme. Selain itu, generasi muda cenderung lebih kreatif dan memanfaatkan otak kanannya untuk melakukan segala sesuatu, jadi pemberantasan radikalisme dilakukan dengan cara yang out of the box tetapi hasilnya tetap memuaskan.
Momen hari pahlawan sangat pas untuk menggerakkan generasi muda dalam melawan radikalisme, karena mereka bisa berubah jadi pahlawan bangsa tatkala memerangi ekstrimis dan kaum radikal. Saat radikalisme masih ada di Indonesia maka berbahaya karena bisa ada ancaman bom, perusakan fasilitas umum, dan huru-hara lainnya. Radikalisme adalah penyakit yang wajib diberantas oleh para pahlawan milenial.
Radikalisme memang makin meresahkan karena mereka belum benar-benar hilang dari Indonesia. Ketika masih ada kelompok radikal maka mustahil terjadi perdamaian di negeri ini. Mereka seenaknya sendiri ingin mengubah dasar negara dan membentuk khilafiyah, padahal tidak cocok sama sekali dengan keadaan Indonesia yang majemuk.
Kaum radikal melakukan pengeboman dan tindakan kriminal lain demi mencapai cikta-cita khilafiyah. Buat apa mereka ingin mengubah dasar dan peraturan negara? Padahal sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang, kaum radikal tidak pernah sama sekali membantu saat perang. Pun ketika pembentukan UUD dan pancasila, mereka tidak ada di sana. Aneh sekali ketika ingin mengubah yang bukan hak dan wewenangnya.
Oleh karena itu kaum radikal wajib diberantas oleh kaum muda. Pertama, anak-anak remaja dan mahasiswa bisa memviralkan gerakan anti radikalisme di media sosial, baik melalui tagar (hashtag) maupun mengunggah foto beramai-ramai. Ketika ada gerakan seperti ini maka akan menyadarkan banyak orang akan bahaya radikalisme, karena ada kampanye positif di media sosial.
Cara kedua adalah dengan melaporkan ke polisi siber. Kaum muda biasanya akrab sekali dengan internet, dan ketika berselancara mereka bisa saja melihat situs dan akun media sosial dari kaum radikal. Dengan melapor ke polisi siber maka akan dilihat dan ditndaklanjuti, dan ditelusuri siapa dalang di balik pembuatan situs tersebut. Polisi siber juga berkerja sama dengan Kominfo serta Google, sehingga situs dan akun medsos bisa di-take down.
Sedangkan cara ketiga adalah dengan memberantas hoaks, berupa berita dan gambar palsu di internet maupun di grup WA. Terutama di grup WA keluarga, di mana kaum tua cenderung mempercayai suatu berita padahal belum dicek kebenarannya. Jika ada hoaks yang sengaja dibuat oleh kaum radikal (yang biasanya memojokkan pemerintah) maka bisa diluruskan.
Radikalisme adalah penyakit menahun yang wajib diobati, agar tidak menggerogoti negara dari dalam. Kaum muda bisa berperan untuk memerangi radikalisme. Apalagi di momen hari pahlawan 10 november ini. Mereka bisa jadi pahlawan milenial yang bersuara dan memberantas radikalisme.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini