Hoaks Mengganggu dan Menghambat Penanganan Covid-19

 

 

Oleh : Zakaria

Editor : Ida Bastian

Hoaks atau kabar bohong memiliki daya rusak kuat, sehingga mengganggu dan menghambat penanganan pandemi Covid-19. Masyarakat diminta untuk tidak percaya hoaks tersebut dan merujuk informasi akurat dari sumber terpercaya.
Anda tidak ingin kena Corona, bukan? Untuk terhindar dari virus jahat tersebut, maka wajib melakukan protokol kesehatan 10M dan dengan sukarela divaksin, karena setelah diinjeksi tubuh akan memiliki imunitas yang bagus. Akan tetapi vaksinasi memiliki halangan, yakni berita palsu alias hoaks yang beredar di masyarakat.
Ada berbagai hoaks yang beredar, dan yang paling kencang ada di dunia maya, biasanya di grup WA keluarga. Hoaks tentang vaksin Covid ini sangat menyebalkan, karena bisa mempengaruhi banyak orang dan membuat mereka tidak mau disuntik. Padahal pemerintah sudah memastikan bahwa vaksin ini aman, halal, dan 100% gratis.
BIN mengajak warga di Kabupaten Aceh Barat untuk melawan hoaks Corona dan memberikan edukasi kepada para siswa dan santri. Edukasi kepada santri amat penting, tujuannya agar mereka tidak terjebak hoaks yang menyatakan bahwa vaksin itu haram. Mereka akan paham bahwa vaksin Covid sudah berstatus halal MUI dan semua ulama juga menganjurkan santrinya, serta WNI, untuk divaksin.
Para santri perlu diberi logika bahwa untuk beribadah ke tanah suci harus divaksin Corona dan meningitis, sehingga tidak mungkin ada kandungannya yang haram. Pemerintah juga tidak mungkin memberikan vaksin yang haram karena di Indonesia mayoritas rakyatnya muslim. Diharap, mereka bisa mengerti, lalu mau diinjeksi dan mengajak kawan-kawan serta keluarganya untuk divaksin.
Kepala BIN Daerah Aceh, Brigjen TNI Muhammad Abduh Ras menyatakan bahwa untuk menangkal hoaks maka perlu melakukan edukasi dan sosialisasi ke masyarakat, tentang pentingnya vaksinasi. Edukasi bisa dilakukan secara bersama-sama untuk mensukseskan program vaksinasi nasional.
Edukasi memang sangat penting karena tidak semua kalangan mengerti pentingnya vaksinasi. Dalam artian, ada yang menganggap enteng karena merasa pandemi sudah berakhir, sehingga tidak perlu untuk divaksin. Yang lebih sedih lagi, ada yang menganggap vaksin itu beracun, karena ia termakan oleh hoaks. Jadi setelah disuntik vaksin ia langsung minum air kelapa muda banyak-banyak.
Hoaks tentang vaksinasi Corona memang sangat menyebalkan karena bisa mempengaruhi banyak orang dan mereka lari tunggang-langgang ketika didatangi oleh petugas kesehatan, yang sedang melaksanakan vaksinasi door to door. Salah satu hoaks tentang vaksin adalah vaksin berbahaya karena mengandung chip yang bisa mengontrol manusia. Padahal chip adalah benda padat dan tidak mungkin larut dalam cairan vaksin.
Untuk membasmi hoaks maka kita semua wajib untuk lebih waspada. Jika ada berita tentang vaksinasi yang membuat orang yang disuntik jadi sakit, maka jangan termakan mentah-mentah. Bisa jadi ia sakit karena sudah memiliki komorbid, dan daya tahan tubuhnya sedang turun. Oleh karena itu sebelum diinjeksi maka harus dipastikan dalam keadaan sehat.
Jika Anda menemukan berita palsu tentang vaksinasi maka segera dibasmi, dan terangkan kepada banyak orang bahwa itu hoaks belaka. Paling tidak Anda bisa menyelamatkan 1 nyawa karena membuat orang lain tidak jadi lari dari kewajiban vaksinasi. Jangan cuek di lingkungan sekitar, juga di dunia maya, karena pemberantasan hoaks tentang vaksinasi Corona amat penting.
Hoaks tentang vaksinasi Corona memang sangat mengesalkan karena bisa membuat banyak orang membatalkan niatnya untuk divaksin. Pembasmian hoaks harus dilakukan sesegera mungkin, dan jika ada akun medsos yang menyebarkannya, bisa langsung di-report agar postingannya di-take down. Mari basmi hoaks tentang vaksin agar tidak ada yang terkelabui karenanya.

)* Penulis adalah warganet tinggal di Bogor

About PORTALINDONEWS

Check Also

Kebijakan Penyesuaian PPN 1 Persen Sudah Tepat, Pemerintah Bertindak Sesuai Undang-Undang

Portalindonews.com, JAKARTA — Pemerintah memutuskan penyesuaian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen mulai 1 …