Oleh : Ridwan Alamsyah
Editor : Ida Bastian
Konferensi Tingkat Tinggi Grup of Twenty (KTT) G20 yang akan diselenggarakan di Bali, memiliki banyak manfaat. Salah satunya adalah sebagai momentum untuk memulihkan ekonomi global.
Pandemi membuat perekonomian global menjadi bergoncang, bahkan di negara adikuasa sekalipun kondisi finansialnya juga terkena efek negatifnya. Ketika ada krisis global maka yang ditakutkan adalah lumpuhnya perekonomian semua negara. Jangan sampai ini terjadi karena bisa menyebabkan kematian massal karena banyak yang berstatus pailit.
Indonesia sebagai presidensi KTT G20 tahun 2022 memiliki keuntungan, sebagai penggerak agar perekonomian global bisa sehat kembali. Presiden Jokowi menyatakan bahwa forum antar pemerintah di G20 akan dijadikan katalisator pemulihan ekonomi global yang inklusif. Selama masa presidensi G20, maka Indonesia akan mengintensifkan hubungan dengan berbagai pelaku ekonomi internasional.
Dalam artian, hubungan dengan pelaku ekonomi internasional tidak hanya bermanfaat bagi Indonesia tetapi juga dengan negara lain. Ketika ada hubungan yang harmonis maka pemerintah bisa menjadi jembatan antara negara yang sedang kesulitan ekonomi dengan pelaku ekonomi tersebut, sehingga akan ada solusinya. Tidak akan ada kebangkrutan karena bisa jadi ada jalinan kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan.
Keterlibatan pemerintah dalam memulihkan perekonomian global amat sesuai dengan tema KTT G20 tahun ini yakni: recover together, recover stronger. Ingatlah bahwa bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Dengan persatuan maka semuanya akan teratasi, termasuk juga masalah finansial yang membelit dari anggota G20. Meski tidak dengan peminjaman dana, tetapi dukungan moral juga amat berharga.
Para acara World Economic Forum yang dihadiri oleh Presiden Jokowi secara virtual, diharap pelaku ekonomi internasional bisa memunculkan ide-ide aplikatif yang bisa dijalankan di KTT G20. Dalam artian, ide itu tak hanya bagus di angan-angan tetapi juga harus bisa dieksekusi, sehingga menjadi solusi bagaimana mengatasi masalah-masalah perekonomian pada negara peserta G20.
Indonesia akan mendorong G20 pada 3 prioritas: pertama, restrukturisasi kesehatan agar lebih inkusif dan responsif. Salah satunya dengan vaksinasi, dan semoga banyak negara yang menyelenggarakan vaksinasi pada rakyatnya secara merata dan profesional. Jika rakyatnya sehat maka bisa bekerja dengan semangat dan akhirnya perekonomian negara jadi bagus.
Kedua, adanya optimalisasi teknologi digital. Negara anggota G20 hendaknya mengaplikasikan digitalisasi khususnya di bidang perdagangan dan mengikuti zaman, karena sudah terbukti bahwa internet marketing hasilnya jauh lebih dahsyat daripada cara-cara konvensional.
Bukankah Charles Darwin juga mengajarkan bahwa siapa yang beradaptasi dengan keadaan akan menjadi pemenang? Berarti ketika ingin maju harus ikut tren teknologi terbaru. Kalau bisa akses internet di negaranya dipermudah dan diberi sinyal 5G. Ini adalah syarat mutlak untuk memulihkan perekonomian di negaranya.
Sedangkan yang ketiga, adanya transisi teknologi ramah lingkungan. Penyebabnya karena kita wajib untuk cinta bumi dan ramah lingkungan, agar tidak terjadi efek rumah kaca dan pencairan es kutub secara cepat, yang akan merugikan baik di bidang bisnis maupun yang lain. Selain itu, bahan bakar fosil juga pelan-pelan diganti dengan yang ramah lingkungan, karena persediaan fosil makin menipis.
Pemerintah Indonesia memanfaatkan KTT G20 sebagai momen yang tepat untuk memulihkan perekonomian global. Sebagai presidensi G20 tahun 2022 maka Presiden Jokowi memimpin dengan penuh rasa tanggung jawab dan ingin agar perekonomian di seluruh dunia kembali membaik, dengan berbagai strategi. Kita optimis pandemi akan cepat selesai dan finansial juga membaik.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute