Oleh : Helmadias Putri
Editor : Ida Bastian
Pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi Group of Twenty (KTT G20) di Bali sangat ditunggu oleh masyarakat. Pelaksanaan tersebut diharapkan menjadi momentum untuk membangkitkan berbagai bidang di Indonesia, termasuk perekonomian yang terdampak pandemi Covid-19.
Tahun 2022 sepertinya akan menjadi sejarah bagi Indonesia, karena pada tahun ini Indonesia secara resmi telah memegang Presidensi Group of Twenty (G20) yang mengangkat tema “Recover Together, Recover Stronger”.
Dalam penyelenggaraan acara ini, Indonesia menyoroti pentingnya kebijakan global untuk menghilangkan disparitas, menjembatani kesenjangan dan meningkatkan produktivitas ekonomi yang berkelanjutan. KTT G20 tahun 2022 akan berfokus pada respons multisegi untuk Covid-19 dari perspektif global.
Dalam Sherpa Track G20 yang membahas isu ekonomi non-keuangan, transformasi ekonomi menjadi salah satu isu prioritas yang diidentifikasi oleh Development Working Group (DWG) G20. Isu lainnya termasuk pembangunan inklusif dan berkelanjutan, ketahanan dan multilateralisme. Untuk mencapai transformasi ekonomi, ekosistem pengetahuan dan inovasi yang kuat memainkan peran penting dengan menggunakan pendekatan ekonomi berbasis pengetahuan.
Untuk membawa pengetahuan ke agenda kebijakan global, kelompok keterlibatan Think 20 (T20) menyatukan think tank dan lembaga penelitian yang diakui secara global untuk mengembangkan rekomendasi kebijakan berbasis penelitian yang secara resmi diserahkan kepada para pemimpin G20 untuk dipertimbangkan.
Dalam rangka mencapai transformasi ekonomi dan mempromosikan pembuatan kebijakan berbasis bukti, T20 Indonesia, Katadata dan Knowledge Sector Initiative (KSI) menyelenggarakan webinar tingkat tinggi dengan tema Presidensi G20 Indonesia : Transformasi Ekonomi untuk Penguatan dan Pemulihan Bersama.
Kepresidenan G20 Indonesia menempatkan Indonesia pada garis depan fokus dan perhatian internasional, terutama terkait dengan kebijakan ekonomi dan sosial. Dalam Konteks ini, Australia merupakan mitra penting bagi Indonesia dalam mencapai upayanya untuk mendorong komitmen kolektif global untuk mempercepat pemulihan ekonomi global yang inklusif.
Membuka diskusi, Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams PSM, menyatakan dukungan negaranya terhadap kepresidenan G20 Indonesia. “Australia sangat mendukung Presidensi Indonesia pada G20 tahun ini untuk memperkuat ekonomi global dan memastikan pemulihan pasca pandemi Covid-19, sehingga dapat tercapai tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs. Australia juga menyambut baik upaya Indonesia untuk berfokus pada hasil yang nyata dan berdampak pada tiga prioritas utama, yaitu menata kembali arsitektur kesehatan global, transformasi berbasis digital dan transisi energi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Sebagai mitra erat, Australia siap untuk bekerja sama dengan pemangku kepentingan di Indonesia untuk menyukseskan agenda G20 di Indonesia.
Sementara itu Deputi Bidang Perekonomian Kementerian PPN/Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti, mewakili Menteri PPN/Bappenas, Suharso Monoarfa mengatakan, ini saatnya Indonesia membangun kembali lebih baik. Tidak berpuas diri dengan pemulihan ekonomi, namun harus mendorong pertumbuhan ekonomi.
Amalua menuturkan, “Kita harus me-redesain transformasi ekonomi Indonesia pasca Covid-19, tidak hanya kembali ke masa sebelum krisis, namun lebih baik dari sebelum krisis. Transformasi ekonomi ini adalah titik penting kita untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045. Peningkatan kualitas pendidikan, riset, inovasi, pengetahuan dan kebijakan berbasis bukti adalah penting untuk meningkatkan daya saing.
Dalam sesi tersebut, turut hadir pula Yose Rizal Damuri selaku Direktur Eksekutif CSIS dan Direktur SMERU serta Tuan Rumah Gugus Tugas 5 T20, Widjajanti Isdijodo yang memberikan tanggapan dari anggota T20 terkait arah G20 Indonesia, serta memaparkan peran T20 dalam G20 dalam isu transformasi ekonomi dan kebijakan sosial yang inklusif. Yose menyoroti tantangan terbesar yakni menemukan common ground untuk bergerak mendapatkan mekanisme dan sistem di tingkat global yang dapat mendukung penyelesaian isu-isu yang ada.
Selain itu, Yose juga berharap agar G2O tidak hanya sebagai coumunique atau sebatas komitmen saja, tetapi perlu didorong untuk pembentukan dan penggalangan aksi dalam pemulihan ekonomi dunia. Sementara itu Widjajanti menyampaikan perlunya langkah-langkah korektif untuk menuju pemulihan ekonomi.
KTT G20 harus menjadi motor dalam kebangkitan di berbagai sektor, khususnya sektor ekonomi yang sempat terpuruk berkat adanya Pandemi Covid-19. Sehingga akan ada aksi nyata yang bermanfaat bagi seluruh negara yang tergabung dalam KTT tersebut.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute