Oleh : Agung Suwandaru
Editor : Ida Bastian
Kunjungan kerja Presiden Jokowi ke luar negeri ke Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab diyakini akan menambah potensi investasi. Dengan adanya penambahan investor asing tersebut, pemulihan ekonomi akibat terdampak pandemi Covid-19 dapat segera berjalan.
Kabar gembira datang dari agenda kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke Amerika Serikat (AS) yang menghasilkan tambahan investasi sebesar 3 miliar US Dollar jumlah tersebut setara dengan Rp 43,78 triliun.
Menteri Investasi Bahlil Lahadahlia mengatakan, pertemuan antara Presiden Jokowi dengan CEO Air Products & Chemicals Seifi Ghasemi, perusahaan tersebut telah berkomitmen untuk menggelontorkan tambahan investasi sebesar 3 Miliar US Dollar.
Tambahan investasi itu akan digunakan untuk membangun hidrogen di Indonesia. Nilai tersebut tentu saja di luar dari total rencana investasi yang sebelumnya sudah menjadi komitmen Air Products & Chemical, sebesar 15 miliar US dollar.
Bahlil mengemukakan, Chairman Air Products sangat fokus meminta Presiden Jokowi untuk bisa mengelola bendungan-bendungan yang dimiliki oleh negara untuk membangun hidrogen. Menurut Bahlil, hal ini sejalan dengan fokus Indonesia untuk mendorong tema dari G20, yakni mendorong emisi karbon dan energi baru terbarukan. Hal ini dikarenakan hidrogen menjadi salah satu potensi yang besar dimiliki Indonesia, namun belum mampu untuk dikelola sendiri.
Sehingga menurutnya, dengan adanya investasi yang masuk dari Air Product ini dapat mengoptimalkan potensi energi baru terbarukan yang dimiliki oleh Indonesia, mengingat Air Products adalah perusahaan besar yang punya kemampuan teknologi yang luar biasa.
Bahlil menyebutkan tentang project DME, metanol di Balongan dan mau membangun juga metanol di Cepu, sisanya pihaknya akan membuat hidrogen yang akan dibangun di Indonesia dengan memanfaatkan bendungan-bendungan yang dimiliki negara.
Bahlil juga menyampaikan, dari hasil diskusi Presiden dengan CEO Air Products, terdapat juga rencana akan membangun industri dari hulu ke hilir di bidang petrokimia. Kini tugas pemerintah Indonesia adalah harus segera melakukan eksekusi. Karena uangnya sudah ada, proyeknya juga sudah ada. Pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Seifi menunjukkan bahwa investasi di Indonesia tidak hanya dikuasai suatu negara tertentu tapi sudah merata.
Dari hasil pertemuan presiden dengan CEO Air Products, Bahlil menyampaikan bahwa Air Products tidak menutup kemungkinan untuk mengelola bendungan-bendungan yang dimiliki negara yang akan digunakan untuk membangun hidrogen di Indonesia.
Indonesia juga harus menunjukkan kepada dunia bahwa negara ini tidak mempersulit proses investasi. Selain mempermudah para calon investor untuk mengerti mengenai sektor potensial untuk berinvestasi di Indonesia, penyusunan peta proyek strategis peluang investasi ini juga akan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Semakin banyak investor yang berinvestasi di Indonesia, maka Indonesia dapat membuka lebih banyak lapangan pekerjaan, mengembangkan perekonomian daerah dan meningkatkan devisa negara.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan bahwa hingga saat ini Indonesia tidak memiliki masalah dengan investasi. Bahkan, dirinya menyebutkan ada banyak investor yang menyatakan minatnya untuk berinvestasi di Indonesia. Luhut juga menjelaskan bahwa saat ini stabilisasi makroekonomi Indonesia juga kian terjaga, di mana tingkat inflasi rendah yaitu 1,75 % pada bulan November 2021.
Iklim investasi di Indonesia tentu memerlukan perbaikan. Minat investasi asing besar untuk masuk ke Indonesia, tetapi perusahaan-perusahaan tersebut terkadang ragu apabila ada regulasi yang dinilai kurang kondusif. Misalnya terkait tenaga kerja dan ketersediaan bahan baku. Hal ini tentu perlu menjadi salah satu perhatian bagi pemerintah jika ingin menjadikan Indonesia sebagai tujuan Investasi.
Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian ESDM Mustafid Gunawan mengatakan tantangan utama yang dihadapi industri Migas adalah menarik kembali minat investor. Kemudian, tantangan lainnya adalah memperbanyak usaha eksplorasi. Pihaknya telah membuka elang wilayah kerja (WK) migas dengan terms and condition yang lebih baik, seperti penerapan harga DMO 100% selama kontrak. Pihaknya juga berharap kemudahan akases data dapat meningkatkan investor untuk berinvestasi di Indonesia.
Kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke Amerika Serikat tentu saja harus bisa dijadikan momentum bagi kebangkitan ekonomi Indonesia, sehingga bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi salah satu negara maju di Asia maupun dunia.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute