Oleh : Ade Istianah
Editor : Ida Bastian
Ibu kota negara (IKN) akan dipindah dari DKI Jakarta ke Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Ketika ada relokasi IKN maka tidak hanya menciptakan berbagai fasilitas baru, tetapi juga akan mewujudkan sinergi sosiokultural dalam rangka memajukan Indonesia.
Pemindahan ibu kota negara rencananya akan dimulai tahun 2024. Meski masih dua tahun lagi, tetapi persiapannya sudah ada sejak jauh-jauh hari, karena ini adalah sebuah proyek super besar. Memindahkan ibu kota tidak sekadar memboyong pegawai pemerintahan dan membuat kantor baru, tetapi juga melakukan berbagai penyesuaian di tempat baru.
Penyesuaian yang utama adalah dari segi kultural karena ada kultur yang berbeda jauh antara pendatang yang berasal dari DKI Jakarta dengan warga asli Borneo. Di sanalah ada pertemuan dari berbagai etnis, karena warga Jakarta sendiri bukan hanya orang betawi asli, tetapi juga ada yang keturunan jawa, sunda, dll. Mereka akan berinteraksi dengan warga dayak, banjar, dll dan saling mengakrabkan diri.
Kepala BIN (Badan Intelijen Negara) Jenderal (purn) Budi Gunawan menyatakan bahwa salah satu parameter keberhasilan pembangunan ibu kota negara adalah terjadinya sinergi sosiokultural warga yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Dalam artian, memang ada perbedaan background dari warga IKN karena etnisnya tidak sama, tetapi mereka akan menyesuaikan diri dan akan bekerja sama untuk membangun negeri ini.
Sinergi ini yang dibutuhkan karena memang butuh kerja sama yang baik antar warga negara, tidak melihat apa sukunya, tetapi melihat dari kesungguhannya untuk ingin maju. Mereka tidak mempermasalahkan perbedaan, karena yang penting adalah kesatuan. Di sanalah terjadi implementasi bhinneka tunggal ika. Saat ada perbedaan tidak menimbulkan konflik, tetapi bersemangat untuk bersatu walau latar belakangnya berbeda-beda.
Jenderal (purn) Budi Gunawan menambahkan, pada awalnya memang ada pengelompokan. Misalnya dari pendatang akan bergaul dengan pendatang dan masyarakat asli Kalimantan juga memiliki kelompok yang berbeda. Hal ini memang wajar ketika ada pemindahan di tempat baru, karena masih dalam tahap adaptasi.
Akan tetapi lama-lama akan ada peleburan sehingga masyarakat multi etnis akan bergaul satu sama lain. Mereka tidak mempermasalahkan perbedaan, karena sadar bahwa Indonesia memang terdiri dari banyak etnis dan latar belakang masyarakat yang berbeda. Jadi, kita tidak usah khawatir akan ada pertentangan antara pendatang dan warga asli, karena akan ada interaksi secara alami dan berlangsung damai.
Perwakilan masyarakat adat Dayak dan Banjar sudah merestui IKN. Mereka sadar bahwa ibu kota baru akan membawa banyak manfaat bagi Indonesia, khususnya di wilayah Borneo, karena ada banyak fasilitas baru yang dibangun. Sehingga akan memudahkan kehidupan masyarakat.
Sinergi sosiokultural akan terjadi karena semua warga sadar bahwa perbedaan itu indah. Mereka tidak mempermasalahkan latar belakangnya apa, karena paham bahwa kita semua adalah warga Indonesia. Semua melebur menjadi satu dan bersemangat untuk membentuk IKN yang modern dan terus maju.
Sinergi memang diperlukan agar IKN bertransformasi menjadi kota modern. Jika sudah ada banyak investor maka Penajam (yang akan berubah namanya menjadi Nusantara) akan jadi wilayah yang cantik dan dipenuhi oleh turis asing, serta menambah devisa negara.
Relokasi IKN adalah sebuah proyek maha penting karena akan mewujudkan pemerataan pembangunan di seluruh Indonesia. Di Borneo akan makin maju karena ada berbagai fasilitas dan infrastruktur baru. Ketika ada pemindahan IKN maka ada pertemuan antara 2 pihak yakni pendatang dan warga asli, dan mereka akan bersinergi untuk membangun Indonesia.
)* Penulis adalah kontributor Nusa Bangsa Institute