Oleh : Edward Wanggai
Editor : Ida Bastian
Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua kembali menebar teror menjelang HUT OPM 1 Desember. Masyarakat langsung mengecam tindakan KST karena melakukan pelanggaran HAM mendukung TNI/Polri untuk menindak tegas gerombolan tersebut.
Papua adalah wilayah paling timur di Indonesia yang baru saja menjadi tuan rumah PON XX. Ia juga terkenal akan eksotisme alamnya, dan turis asing suka mengunjungi Raja Ampat dan ingin menaklukkan puncak Jayawijaya yang bersalju.
Akan tetapi, image baik Papua dikotori oleh ulah KST. Gerombolan ini sudah berkali-kali membuat kekacauan di Bumi Cendrawasih. Terakhir pada tanggal 2 November 2021, terjadi pembakaran di pemukiman warga, tepatnya di Distrik Sugapa, Intan Jaya. Tentu pelakunya adalah anggota KST.
Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III Kolonel Czi IGN Suriastawa menyatakan bahwa sebelumnya sudah ada informasi bahwa anggota KST akan datang tanggal 2 November siang, lalu ingin membakar gedung DPRD. Namun berkat kesigapan aparat, berhasil dicegah. Akan tetapi mereka datang lagi di sore hari dan membakar rumah warga di sekitar gedung DPRD, tepatnya di Kampung Mamba Bawah.
Informasi ini diperlengkap dengan tambahan keterangan dari Dominikus Sani, warga asli Intan Jaya, Papua yang sedang studi di Jawa Timur. Menurut Dominus, ada serangan juga tanggal 27 oktober 2021 dan 2 orang balita bernama Nopelianus dan Bortinus Sondegau meninggal dunia.
Dominus melanjutkan, KST juga membakar gedung perkantoran, tak hanya rumah warga. Baku tembak antara anggota mereka dengan anggota TNI-Polri masih terjadi tetapi keadaan belum kondusif. Ia juga belum memiliki keterangan baru lagi karena di daerah Intan Jaya mengalami susah sinyal, sehingga tidak ada anggota keluarganya yang bisa jadi informan.
Ketika ada penyerangan yang berujung baku tembak dan pembakaran, tentu yang rugi adalah warga sipil. Publik langsung mengecam aksi ini karena KST selalu melakukan kerusuhan dan merugikan orang lain, dengan sengaja membakar rumah warga. Berapa kerugian materiil yang mereka harus tanggung? Apalagi saat ada korban jiwa, keluarganya alkan sedih berkepanjangan.
Masyarakan Papua selama ini memang sudah antipati terhadap KST karena bukan kali ini saja mereka melakukan penyerangan. Sudah berkali-kali mereka membuat ulah, dan korbannya cukup banyak. Mulai dari muriud, guru, hingga tenaga kesehatan, semua meninggal dunia akibat serangan dari anggota KST.
Oleh karena itu masyarakat mendukung penangkapan anggota KST, karena mereka selalu meresahkan warga. Mereka juga bahkan nekat mengambil nyawa saudaranya sesukunya sendiri, sehingga sudah melewati batas dan melanggar HAM. Jika benar ingin memerdekakan diri, mengapa harus merugikan orang lain?
Tidak ada masyarakat yang mendukung aksi KST karena mereka adalah organisasi kriminal dan teroris, dan sering berbuat kejahatan. Jika masih ada KST yang bercokol di Papua, maka kedamaian belum terwujud.
Aparat juga makin meningkatkan kewaspadaan dan berpatroli, terutama di daerah yang rawan di Papua, seperti di Intan Jaya dan Yahukimo. Mereka melakukan razia dan mencegah agar jangan sampai kerusuhan terulang kembali. Selain itu, Satgas Nemangkawi juga makin rajin melakukan penyerangan dan penangkapan terhadap para anggota KST.
Kali ini KST sudah melewati batas, dengan melakukan pembakaran di fasilitas umum dan rumah warga. Mereka juga tega menembak 2 balita yang tidak tahu apa-apa. Masyarakat auto mengecam tindakan KST yang melakukan pelanggaran HAM dan merusak perdamaian di Papua. Mereka patut dihukum berat dan terus dikejar oleh aparat.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Aceh