Oleh : Saby Kossay
Editor: Ida Bastian
Portalindonews.com – Aparat keamanan terus mengupayakan misi penyelamatan dan pembebasan pilot maskapai penerbangan Susi Air dengan terus menjunjung tinggi asas humanisme, dengan mengedepankan negosiasi, dialog dan juga komunikasi yang melibatkan banyak pihak sekaligus agar bisa terhubung dengan KST Papua.
Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Papua, Inspektur Jenderal Polisi (Irjen Pol) Mathius Fakhiri menanggapi adanya ultimatum yang telah disampaikan oleh Kelompok Speratis dan Teroris (KST) Papua pimpinan Egianus Kogoya terkait dengan bagaimana nasib yang dimiliki oleh pilot maskapai penerbangan Susi Air bernama Philips Mark Mehrtens, yang merupakan pria berkebangsaan Selandia Baru dan kini masih terus disandera oleh gerombolan separatis itu.
Diketahui bahwa sebelumnya pihak KST Papua pimpinan Egianus Kogoya tersebut melalui sebuah unggahan yang kemudian juga sempat viral di berbagai media sosial dan internet mengancam akan melakukan penembakan kepada Philips Mark Mehrtens pada tanggal 1 Juli 2023 lalu.
Kemudian, terkait dengan adanya ultimatum yang telah dikemukakan oleh pihak gerombolan teroris di Bumi Cenderawasih tersebut, Irjen Mathius D Fakhiri langsung menyatakan bahwa pihaknya akan tetap dan terus berupaya untuk membangun komunikasi dengan pihak keluarga Egianus.
Bukan tanpa alasan, memang upaya penyelamatan pilot Susi Air yang terus dilakukan oleh seluruh aparat keamanan dari personel gabungan Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dan Badan Intelijen Negara (BIN) dengan cara pendekatan dialog, komunikasi dan negosiasi itu memiliki tujuan agar pihak keluarga Egianus bisa menyampaikan kepada pimpinan KST Papua tersebut untuk bisa menahan emosinya dan bisa menjalin komunikasi dengan baik pula dengan aparat keamanan.
Selain itu, tentunya upaya misi evakuasi dan penyelamatan Kapten Philips Mark Mehrtens ini tidak akan bisa berjalan dengan maksimal apabila tidak disertai dengan adanya bantuan dari berbagai pihak lain, dan jika hanya seolah memasrahkannya saja kepada upaya aparat keamanan.
Memang, bahwa aparat keamanan di Indonesia telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam misi penyelamatan sandera dari tangan KST Papua itu, namun juga sangatlah memerlukan adanya dorongan dan juga dukungan dari banyak pihak lainnya juga yang turut serta dan berperan aktif bersama-sama.
Maka dari itu, pihak Polda Papua juga menggandeng dan meminta kepada penjabat (Pj) Bupati Nduga untuk bisa terus memberikan bantuannya dalam upaya pembebasan sandera dari tawanan gerombolan separatis itu.
Karena, dengan adanya bantuan yang diberikan oleh banyak pihak lainnya termasuk oleh Pj Bupati Nduga yang baru dilantik itu, maka diharapkan ke depannya akan dapat semakin mudah dalam membangun langkah komunikasi secara jauh lebih aktif agar kelompok pimpinan Egianus Kogoya itu tidak lagi menuntut hal yang macam-macam lagi yang diberikan oleh negara, apalagi mereka kemudian sampai mengancam untuk menghabisi nyawa sanderanya.
Untuk semakin menjamin agar segala langkah dalam misi penyelematan dan pengevakuasian atau pembebasan pilot Susi Air itu dari tangan KST Papua sehingga tidak terjadinya kontak tembak yang membahayakan nyawa, apalagi sampai kemudian berpotensi untuk menimbulkan korban jiwa, maka pihak Polda Papua masih tetap terus mengedepankan upaya negosiasi.
Terkait hal tersebut, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah (Kabid Humas Polda) Papua, Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol) Ignatius Benny Ady Prabowo menyatakan bahwa pihaknya bersama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI), Badan Intelijen Negara (BIN) serta Pemerintah Republik Indonesia (RI) dan pemerintah daerah (Pemda) setempat terus berusaha semaksimal mungkin agar tetap menjalin komunikasi dengan pimpinan KST Papua, Egianus Kogoya.
Pihak aparat keamanan pun sangatlah berharap agar gerombolan separatis itu bisa tetap membuka adanya ruang negosiasi agar pilot Susi Air yang mereka tahan bisa dibebaskan dengan selamat. Kemudian sebagai informasi, data menunjukkan dari pihak Polda Papua bahwa sejatinya Philips Mark Mehrtens sendiri saat ini masih berada di Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.
Senada, Panglima TNI, Laksamana Yudo Margono juga menegaskan bahwa langkah pembebasan terhadap kapten pilot berkebangsaan Selandia Baru itu masih terus dilakukan, yang mana seluruh proses penyelamatannya terus mengutamakan dengan cara dialog. Bahkan tidak tanggung-tanggung, dari proses komunikasi dan dialog yang dilakukan juga menggandeng banyak unsur masyarakat pula seperti para tokoh agama hingga para tokoh masyarakat setempat.
Hal tersebut dikarenakan proses penyelamatan sander dari tangan KST Papua dengan menggunakan komunikasi yang dibantu oleh banyak pihak termasuk para tokoh masyarakat itu dianggap akan jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan misalnya aparat keamanan melakukan operasi militer.
Jelas saja, dengan aparat keamanan yang cenderung terus menjalin dialog, komunikasi dan negosiasi dengan tanpa adanya operasi militer apapun untuk proses penyelamatan dan pembebasan Pilot Susi Air dari tangan KST Papua, menunjukkan bahwa pihak aparat keamanan sendiri masih terus menjunjung sangat tinggi asas humanisme.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta