Oleh : Rebeca Marian
Editor : Ida Bastian
Gubernur Papua Lukas Enembe telah ditetapkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadi tersangka kasus korupsi dan gratifikasi. Masyarakat Papua merasa malu karena wajahnya tercoreng oleh sang gubernur. Sementara generasi muda Papua mendukung penegakan hukum, agar Lukas mau datang ke Jakarta dan mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Selama menjadi Gubernur Papua, Lukas Enembe dikenal sebagai sosok yang ramah dan suka menolong warga, terutama memberi beasiswa pada mereka. Namun seketika masyarakat Bumi Cenderawasih kecewa akan perbuatannya, yang tega mengkorupsi sampai triliunan rupiah. Terlebih Lukas terus bersembunyi di rumahnya dan terus mangkir dari panggilan KPK.
Generasi muda Papua ingin Lukas agar berbuat jantan dan mematuhi proses hukum yang sedang berjalan. Tokoh Muda Papua, Steve Mara, menyatakan dukungannya pada KPK untuk memproses Lukas Enembe secara hukum. Steve juga menghimbau rakyat Papua agar mendukung KPK.
Lukas Enembe menjadi perbincangan tidak hanya di Papua, tapi juga di seluruh Indonesia. Saat ditetapkan menjadi tersangka kasus korupsi dan gratifikasi senilai 2 triliun rupiah, dia terus mengelak dengan alasan stroke dan jantungnya bermasalah. Jika memang dia tidak bersalah, mengapa harus takut untuk datang ke Gedung KPK?. Justru tindakannya mencurigakan dan membuat masyarakat geram.
Generasi muda Papua sangat kecewa dengan kelakuan Lukas Enembe yang tidak gentleman. Bagaimana bisa dia beralasan sakit tetapi sempat mengajak para wartawan untuk mengecek langsung kondisinya, yang terlihat baik-baik saja? Sudah pasti sakitnya hanya alasan untuk mengelak dari panggilan KPK.
Penegakan hukum terhadap Lukas harus dilakukan dengan segera agar kasus ini cepat selesai. Masyarakat Papua ingin agar Lukas mempertanggungjawabkan kesalahannya. Jika dia terus mangkir dari panggilan KPK, KPK bisa menjemput paksa untuk dibawa ke Jakarta.
Sementara itu, Tokoh Agama Papua Ismail Asso mengajak masyarakat mendukung penegakan hukum terhadap Gubernur Lukas Enembe. Seluruh warga Papua, pegawai pemerintah dan lainnya mendukung KPK untuk memproses dan menangkap Lukas.
Seluruh masyarakat makin geram karena Lukas tidak kunjung mendatangi Gedung KPK untuk melakukan pemeriksaan. Saat ia mengaku sakit maka hanyalah cerita kuno, karena sudah banyak koruptor yang beralasan sakit demi mendapat simpati masyarakat. Logikanya, jika ia stroke parah, mengapa masih bisa menjawab telepon dan berkomunikasi dengan tim kuasa hukumnya?
Apalagi sang pengacara, Stevanus Roy Rening, justru melakukan playing victim dan menuduh ada konspirasi di balik kasus Lukas Enembe. Padahal ini adalah murni kasus korupsi dan gratifikasi, dan tidak ada tujuan politik di baliknya. Stevanus jangan memperkeruh keadaan dan membuat masyarakat bertanya-tanya.
Lukas sudah terbukti korupsi karena ketika rekeningnya diperiksa, berisi uang puluhan miliar rupiah. Padahal gajinya sebulan tidak sampai 15 juta rupiah. Sudah jelas dia melakukan korupsi dan mencuri uang rakyat, karena jika gajinya terkumpul selama 5 tahun menjabat, tidak sampai bisa mencapai miliaran rupiah.
Kemudian, Stevanus juga beralasan bahwa Lukas sudah kaya sebelum diangkat jadi Gubernur Papua, sehingga wajar jika punya uang miliaran rupiah. Buktinya adalah ia memiliki sebuah tambang emas di Papua. Padahal masyarakat di sekitar tambang tersebut menolak mentah-mentah, dan tambang emasnya bukan milik Lukas pribadi.
Penegakan hukum terhadap Lukas harus dilakukan sesegera mungkin, karena sudah ada banyak bukti dan saksi. KPK sudah menyelidiki kasus ini sejak tahun 2017. Sudah ada bukti juga berupa rekaman video CCTV, saat Lukas berjudi di sebuah kasino. Lukas juga memiliki rekening di kasino yang berisi uang 560 miliar rupiah.
Bukti-bukti dan saksi-saksi sudah cukup untuk mencokok Lukas dan dia harus ikhlas jika ditetapkan sebagai tersangka. Bukan justru membuat propaganda dan mempengaruhi masyarakat serta pendukungnya yang lugu. Buktinya, saat ada demo yang membela Lukas Enembe, ternyata mereka pendemo bayaran dan diberi amplop berisi 300.000 rupiah.
Saat ini kondisi di sekitar rumah Lukas Enembe masih memanas. Pihak berwajib terus melakukan patroli untuk mengamankannya, karena ada kumpulan oknum warga yang mendukung Lukas. Mereka berjaga-jaga jika Lukas akan dijemput dan ditangkap oleh KPK.
Miris sekali ada oknum yang mau berjaga di sekitar rumah Lukas Enembe, bahkan sampai membawa senjata tradisional. Seharusnya mereka marah ketika gubernurnya korupsi besar-besaran. Bukannya justru membelanya, karena mereka yang dirugikan akibat korupsi dan gratifikasi yang dilakukan oleh Lukas.
Generasi muda Papua juga mendukung penuh KPK untuk menjalankan proses hukum kepada Lukas Enembe, dengan seadil-adilnya. Mskipun Lukas seorang gubernur, tetapi dia tidak kebal hukum. Aturannya tidak seperti itu, karena hukum tidak tajam ke bawah tapi tumpul ke atas. Lukas adalah warga negara Indonesia yang harus taat hukum, karena Indonesia adalah negara hukum.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Jakarta