Oleh : Lukman Keenan Adar
Editor: Ida Bastian
Portalindonews.com – Jelang Pemilu 2024 masyarakat dihimbau untuk menjaga kerukunan dan persatuan. Meski rakyat memiliki calon presiden idola yang berbeda-beda tetapi bukan jadi alasan untuk bertikai. Pemilu harus berjalan dengan lancar dan meminimalisir pertikaian. Masyarakat wajib menjaga perdamaian dan tidak terpengaruh oleh ulah provokator.
Pemilu 2024 adalah agenda wajib di Indonesia yang diselenggarakan 5 tahun sekali. Masyarakat senang karena setelah masuk ke era reformasi bisa memilih sendiri presiden dan wakil presiden, serta anggota DPR/MPR RI. Pemilu jadi ajang yang mendebarkan karena banyak yang penasaran siapa pemimpin Indonesia yang berikutnya.
Penyanyi sekaligus politisi, Rhoma Irama, memberikan pesan soal Pemilu yang sebentar lagi akan terlaksana. Jangan sampai Pemilu menjadi alat pemecah umat. Saat ini memasuki tahun politik, dalam politik, dalam era demokrasi, berbeda itu satu kewajiban, wajib berbeda. Dalam politik itu ada hijau, ada kuning, ada merah, ada biru, ada macam-macam warna.
Rhoma Irama menambahkan, masyarakat jangan sampai saling bermusuhan karena adanya Pemilu. Apalagi dalam berdemokrasi pasti akan ada sebuah perbedaan dalam memilih, sehingga ia mengingatkan agar masyarakat bisa terus bersatu. Kalau tidak ada perbedaan itu namanya otokrasi.
Sementara kalau demokrasi harus berbeda. Ketika kita berbeda wajib bersatu. Oleh karena itu pemerintah wajib mengedukasi masayarakat bahwa politik bukan alat pemecah belah bangsa.
Pemilu harus disiapkan agar tidak ada kesalahan maupun kecurangan dalam prosesinya. Perdamaian juga harus dijaga karena masa kampanye para capres (calon presiden) bisa meningkatkan emosi dan membuat situasi makin panas. Oleh karena itu masyarakat harus ingat agar Pemilu dan pra Pemilu dijalankan secara damai.
Kerukunan dan persatuan harus dijaga jelang Pemilu 2024. Masyarakat mampu berperan besar untuk menciptakan Pemilu yang damai. Pemilu adalah ajang untuk memilih pemimpin dan calon legislasi baru. Jangan dijadikan tempat peperangan atau permusuhan sengit karena terlalu mendukung partai politik atau capres tertentu.
Jika berkaca dari Pemilu tahun 2014 dan 2019 maka permusuhan terjadi di dunia maya dan situasi sangat panas sampai ada julukan buruk dari masing-masing kubu pendukung capres kala itu. Jangan sampai hal ini terulang karena seharusnya masyarakat sudah dewasa dan meninggalkan permusuhan. Pemilu harus Jurdil (jujur dan adil) serta menegakkan perdamaian di Indonesia.
Permusuhan wajib dihapuskan karena bisa dimanfaatkan oleh provokator maupun oknum yang ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan. Jangan sampai ada kekacauan sosial gara-gara ulah mereka. Oleh karena itu masyarakat wajib berperan besar untuk menciptakan Pemilu damai, agar tidak ada kerusuhan yang berujung pada tawuran dan bisa memakan korban.
Dalam mensukseskan Pemilu 2024 memang diperlukan komitmen berbagai pihak karena KPU tidak bisa bekerja sendiri. Butuh dukungan dari masyarakat, kementrian dan aparat keamanan agar Pemilu berjalan dengan lancar dan damai. Jika Pemilu lancar maka akan menguntungkan karena tidak ada drama kecurangan atau bahkan tragedi memilukan yang mengiringi prosesi Pemilu 2024.
Sementara itu, politisi Nurdin Halid menyatakan bahwa tidak ada satu elite politik pun yang memiliki pemikiran untuk tidak menciptakan Pemilu yang damai dan bermartabat. Kebersamaan dan komunikasi antar politisi sangat penting.
Dalam artian, para politisi juga bertekad untuk mewujudkan Pemilu yang damai karena mereka ingin menjaga Indonesia dari resiko kerusuhan pasca Pemilu. Pemilu adalah gelaran besar dan wajib dijaga keamanan dan perdamaiannya, dan Pemilu akan menentukan masa depan bangsa. Perdamaian wajib dijaga baik oleh politisi maupun elemen lain.
Masyarakat akan mengikuti jejak para politisi untuk menjaga perdamaian Pemilu. Caranya dengan menjaga diri, baik di dunia nyata maupun dunia maya, dan tidak membuat status yang mencurigakan atau menyerang pihak lain. Jangan sampai media sosial jadi panas saat dan setelah Pemilu gara-gara fanatisme yang berlebihan terhadap satu capres atau calon legislatif tertentu.
Fanatisme yang berlebihan akan memunculkan cinta buta dan hal ini tidak baik serta tidak sehat bagi kondisi psikis masyarakat, baik pendukung capres maupun yang bukan pendukungnya. Memiliki rasa cinta boleh saja tetapi jangan keterlaluan sampai menuduh capres lain berbuat buruk atau mengorek kesalahan-kesalahannya.
Masyarakat perlu diingatkan untuk menjaga perdamaian jelang dan ketika Pemilu 2024, bukannya mengobarkan permusuhan. Kerukunan dan persatuan harus diutamakan demi kejayaan Indonesia. Tetaplah bersatu walau mendukung calon presiden atau partai yang berbeda-beda karena bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
Kerukunan dan persatuan harus dijaga walau Pemilu masih diadakan tahun depan. Ketika masa kampanye masyarakat terus dihimbau untuk menjaga perdamaian, bukannya saling mencaci di media sosial. Persatuan wajib dijaga demi kemajuan Indonesia. Jangan sampai terpengaruh oleh hasutan provokator dan akhirnya menggagalkan penyelenggaraan Pemilu 2024, gara-gara banyak orang yang memutuskan untuk golput (golongan putih) saja.
Penulis adalah kontributor Persada Institute