Oleh : Thomas Tabuni
Editor : Ida Bastian
Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua merupakan provokator rakyat yang harus diberantas. Keberadaan KST Papua selama ini hanya menimbulkan konflik berkepanjangan di Papua.
Papua dan Papua Barat adalah provinsi paling timur di Indonesia. Walau lokasinya amat jauh dari Jakarta, tetapi tidak terpinggirkan pembangunannya. Malah di era pemerintahan Presiden Jokowi, otonomi khusus dilanjutkan dan modernisasi terus dilakukan. Hasilnya antara lain Jembatan Youtefa, Jalan Trans Papua, dll.
Sayang sekali eksotisme Papua yang sudah tersaput cantik oleh modernisme ini tidak pernah dianggap oleh KST (kelompok separatis dan teroris- dulu istilahnya kelompok kriminal bersenjata). Mereka tetap saja melakukan penyerangan, utamanya terhadap rakyat sipil. Penyebabnya karena warga ada yang tidak mau diprovokasi untuk meninggalkan NKRI dan menyebrang ke Republik Federal Papua Barat.
Sejak era orde baru, KST Papua memang sudah ada dan diibaratkan organisasi teroris ini adalah kaki-tangannya. Alasan mereka selalu sama: tuntutan untuk memerdekakan diri karena ingin mandiri dan tidak ada pemerataan pembangunan di Indonesia. Papua yang dulu dikenal dengan istilah Irian Jaya, menjadi terkenal berkat organisasi ini (yang sayangnya menjadi bad popularity).
Untuk memperlancar aksinya maka KST melakukan teror dengan berbagai cara. Mulai dari membakar sekolah, menyerang pemukiman, bahkan yang lebih parah lagi mereka dengan sengaja membunuh dari warga sipil, aparat, hingga para guru dan tenaga kesehatan. Sangat miris karena mereka menyerang pihak-pihak yang berjasa besar bagi masyarakat di Papua.
KST juga mulai melek tenologi dan memanfaatkan media sosial untuk menebar racun secara psikologis. Mereka tahu bahwa banyak warga Papua yang aktif di sosmed, terutama Facebook. KST akhirnya memprovokasi masyarakat dan membuat hoaks serta foto palsu. Tujuannya agar masyarakat terpengaruh dan akhirnya berbalik memusuhi aparat, serta menyebarkannya ke teman-teman di dunia maya.
Salah satu provokasi yang disebar oleh KST adalah hoaks tentang pemusnahan ras melanesia di Papua. Seperti yang kita ketahui, di Bumi Cendrawasih mayoritas dihuni oleh ras tersebut. Jika masyarakat bersumbu pendek maka akan mudah terpengaruh. Namun syukurlah mereka tidak mempercayainya, dan diharap memperingatkan yang lain agar tidak mudah untuk terprovokasi.
Oleh karena itu KST wajib diberantas agar tidak menyebarkan provokasi-provokasi selanjutnya. Jangan sampai gara-gara hasutan, situasi jadi runyam, dan terpantik permusuhan antar warga. Bahkan sebuah provokasi bisa memicu peperangan antar suku yang membahayakan.
Satgas Nemangkawi sebagai tim yang khusus dibentuk dalam memberantas KST makin rajin dalam melakukan patroli. Mereka biasanya menyatroni Kabupaten Puncak, karena di sana masih rawan konflik. Masyarakat harus dijaga angan sampai ada serangan KST yang bisa menyebabkan korban luka-luka, bahkan korban jiwa.
Selain itu, Satgas Nemangkawi juga mencari di mana saja markas KST, karena mereka tak hanya punya 1 markas. Jika sudah ketemu maka akan mudah untuk menangkap karena di sana berkumpul banyak anggota KST. Mereka bisa dibekuk dan dimasukkan ke dalam bui, agar tak lagi meresahkan masyarakat.
KST adalah organisasi teroris yang berbahaya karena terus memprovokasi masyarakat, agar mereka mau memisahkan diri dari Indonesia. Mereka dengan liciknya memanfaatkan dunia maya untuk menyebar hoaks dan provokasi. Oleh karena itu KST wajib diberantas oleh Satgas Nemangkawi dan aparat lain, hingga ke akarnya, agar tidak mengacaukan masyarakat Papua.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Banjarmasin