Oleh : Timotius Gobay
Editor : Ida Bastian
Portalindonews.com – Lukas Enembe sudah diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di kediamannya. Namun ia jangan menyalahgunakan rakyat Papua untuk melindunginya dari penjemputan paksa. Tindakannya untuk mencari simpati rakyat sangat menyedihkan, karena ia telah mencuri uang negara yang seharusnya dipergunakan untuk kepentingan rakyat.
Sejak September 2022, Gubernur Papua Lukas Enembe ditetapkan menjadi tersangka kasus korupsi dan gratifikasi. Banyak orang yang terkejut karena selama ini ia dikenal sebagai pejabat berprestasi, bahkan namanya dijadikan stadion terbesar di Papua. Namun kenyataannya, Lukas terbukti korupsi, bahkan uang hasil korupsi dihabiskan di meja judi di sebuah kasino terkemuka di Singapura.
Ketika Lukas Enembe jadi tersangka maka ada rakyat Papua yang masih tidak percaya bahwa ia korupsi. Keadaan ini dimanfatkan oleh tim kuasa hukum Lukas yang mengembuskan propaganda, bahwa kasus Lukas berkaitan dengan politik karena ada pihak yang ingin menggantikan jabatannya sebagai orang nomor 1 di Provinsi Papua. Akhirnya rakyat jadi berseteru, ada yang memaki Lukas dan ada yang membelanya habis-habisan.
Lukas Enembe diminta untuk tidak menyalahgunakan kepolosan warga Papua dan membohongi mereka habis-habisan. Politisi asli Papua Haris Yoku menyatakan bahwa Lukas Enembe jangan berlindung di balik rakyat Papua. Namun ia harus berjiwa besar seperti gubernur sebelumnya (Barnabas Suebu). Seharusnya Lukas berdiri di depan rakyat dan menaati proses hukum.
Dalam artian, Lukas Enembe jangan menjadikan rakyat Papua sebagai tameng, karena sejak ia berstatus sebagai tersangka korupsi, para warga yang menjadi simpatisannya berubah menjadi penjaga rumahnya. Jumlah orang yang berjaga sampai ratusan orang dan mereka ada sampai radius 15 meter dari kediaman pribadinya di kawasan Koya Tengah, Kota Jayapura, Papua.
Memang saat Ketua KPK Firli Bahuri dan penyidik lain memeriksa Lukas Enembe, massa masih menyemut di sekitar rumah Lukas. Mereka tidak melakukan tindakan anarkis sama sekali. Bisa jadi massa tenang karena Firli didampingi oleh Kapolda Papua Irjen Mathius Fakhiri.
Namun tetap saja Lukas Enembe bersalah karena menyalahgunakan rakyat Papua dan mempengaruhi mereka agar membelanya. Ia paham bahwa warga Papua selama ini mencintainya, karena telah diberi beasiswa dan fasilitas lain. Akan tetapi rakyat tidak menyadari bahwa uang yang dikorupsi Lukas jauh lebih banyak daripada nominal beasiswa, dan ia terbukti bersalah karena mengambil yang bukan haknya.
Jangan sampai rakyat terus berjaga di sekitar rumah Lukas Enembe karena akan menghalangi kinerja KPK selama berada di Papua, atau ketika nanti ada penjemputan saat ia telah divonis minimal 4 tahun penjara (sesuai dengan KUHP). Jika masih ada warga Papua maka khawatir akan ada kerusuhan, karena banyak yang membawa senjata tradisional. KPK berusaha keras agar tidak ada korban yang berstatus rakyat Papua.
Lukas Enembe harusnya menyadari, gara-gara kasusnya banyak warga Papua yang rugi. Pertama, rakyat rugi karena uang yang seharusnya digunakan untuk pembangunan di Bumi Cendrawasih, malah dicuri dan digunakan untuk berfoya-foya dengan menyewa pesawat jet pribadi dan judi di luar negeri. Kedua, warga Papua tidak bekerja sama sekali karena berjaga di sekitar rumah Lukas selama 2 bulan.
Bayangkan jika seorang kepala keluarga malah tidak bekerja sama sekali karena sibuk membela gubernurnya. Bagaimana kelangsungan hidup anak dan istrinya jika ia tidak mencari nafkah. Hal ini akan sangat merugikan, apalagi jika anaknya masih bayi. Rakyat Papua akan makin sengsara gara-gara propaganda yang sengaja disebarkan oleh Lukas cs.
Ada dugaan rakyat yang berjaga di sekitar rumah Papua menerima bayaran, karena sebelumnya ada unjuk rasa yang mengatasnamakan rakyat dan ternyata mereka mau maju karena diberi amplop. Sekali lagi rakyat dibodohi karena disalahgunakan, mau saja diberi uang demi membela orang yang salah. Memang semua orang butuh uang tetapi jangan gelap mata dan menerima dari sumber yang tidak benar.
Sementara itu, Zaenur Rohman, Peneliti dari Pusat Kajian Anti Korupsi Universitas Gadjah Mada, menyatakan bahwa rakyat membela Gubernur Papua Lukas Enembe karena ia merupakan tokoh yang memiliki pengaruh kuat. Sebab lainnya adalah kesadaran hukum warga yang masih kurang, sehingga membela tersangka korupsi.
Dalam artian, warga bisa saja memiliki kesadaran hukum yang kurang atau mungkin terlalu lugu. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Lukas Enembe sehingga ia mencari simpati dan beralasan bahwa kasusnya hanya jebakan politik dari pihak yang ingin merebut jabatannya. Padahal kenyataannya tidak seperti ini, karena kasusnya adalah murni korupsi dan gratifikasi, bukan politik.
Lukas Enembe diminta untuk tidak menyalahgunakan kepercayaan dan simpati rakyat, lalu playing victim. Janganlah pura-pura sakit lalu malah menyalahkan banyak orang, padahal ia sendiri yang bersalah karena nekat mencuri uang rakyat. Sudah banyak kerugian yang harus diderita oleh warga Papua, oleh karena itu ia seharusnya bersikap jantan dan menyerahkan diri ke KPK.
Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Gorontalo