Oleh : Alfred Jigibalom
Editor : Ida Bastian
Jelang 1 desember adalah hari-hari yang menegangkan karena ulang tahun organisasi papua merdeka (OPM). Masyarakat Papua mendukung penuh keberadaan TNI/Polri di Papua untuk menjaga kedamaian, khususnya jelang HUT OPM.
Papua adalah wilayah yang populer berkat keindahan alamnya, dan sebelum pandemi menjadi destinasi wisata yang didatangi oleh turis lokal dan asling. Akan tetapi sayang sekali ada OPM yang memberi citra buruk di Papua, seakan-akan di sana tidak aman, padahal kenyataannya berlawanan. Oleh karena itu OPM selalu diburu oleh apaarat, khususnya Satgas Nemangkawi, agar tidak meresahkan masyarakat.
Tanggal 1 desember adalah hari ulang tahun OPM dan menjadi hari yang mencekam karena biasanya mereka melakukan tradisi turun gunung alias menampakkan diri di tengah masyarakat. Jika biasanya hanya bergerilya, pada hari ultah tersebut anggota OPM pamer senjata api dan mengibarkan bendera bintang kejora.
Padahal bendera bintang kejora tidak sah karena WNI hanya boleh mengibarkan bendera merah putih. Oleh karena itu OPM diburu dan dihalau, jangan sampai mengacaukan situasi di Papua, dan mempengaruhi masyarakat untuk memegang bendera bintang kejora juga. Mereka juga berpotensi membuat kekacauan karena memaksa masyarakat Papua untuk ikut membelot.
Oleh karena itu pasukan gabungan TNI dan Polri diterjunkan untuk menjaga kondusivitas Papua, jelang 1 desember. Wakil Gubernur Akpol Brigjen Pol Awi Setiyono menyatakan bahwa anggota Polri dan TNI akan mengadakan patroli besar-besaran dalam rangka mengamankan masyarakat. Bahkan ada bantuan dari Brimob, agar situasi makin kondusif.
Penjagaan memang dilakukan makin ketat agar kekerasan tidak berulang. Jangan sampai ada tragedi seperti pada september lalu, kala KST menyerang nakes di Distrik Kiwirok dan menyebabkan korban jiwa. Atau saat oktober lalu ketika KST menyerang prajurit TNI yang sedang melakukan patroli. Bisa jadi tanggal 1 desember nanti, mereka kembali melakukan huru-hara dengan sengaja.
Untuk mengamankan Papua, maka setidaknya ada 17.000 anggota gabungan dari korps TNI dan Polri, serta Brimob, yang diterjunkan untuk mengamankan Papua jelang 1 desember. Jumlahnya memang banyak karena untuk mengantisipasi agar jangan sampai terjadi hal-hal negatif. Bukankah lebih baik mencegah daripada mengobati?
Keberadaan anggota TNI dan Polri di Papua juga jangan membuat masyarakat heran, bahkan takut. Komandan Korem (Danrem) 172/PWY Brigjen TNI Izak Pangemanan menyatakan bahwa keberadaan TNI di Papua adalah untuk menciptakan kedamaian dan keamanan. Tiap anggota TNI sadar bahwa keberadaan mereka adalah untuk menciptakan stabilitas dan keamanan, serta membuat warga sipil jadi nyaman.
Banyaknya anggota TNI dan Polri yang diterjunkan jelang ulang tahun OPM tidak membuat Papua menjadi DOM alias daerah operasi militer seperti yang ada di Aceh beberapa tahun lalu. Akan tetapi, aparat murni berjaga dan mencegah segala keburukan terjadi, karena bisa saja OPM nekat membuat kerusuhan pada ulang tahun mereka. Huru-Hara memang sengaja mereka lakukan agar menarik perhatian publik.
Prajurit TNI dan Polri sadar bahwa mereka datang ke Papua untuk tugas mulia, yakni mengamankan masyarakat. Sementara itu, warga sipil juga merasa nyaman saat dijaga oleh aparat, karena berkat keberadaan mereka, OPM tidak akan berani mengacau. Bahkan di hari ulang tahunnya sekalipun.
Keberadaan anggota TNI dan Polri di Papua adalah untuk mengamankan situasi di sana, jelang ulang tahun OPM. Pencegahan wajib dilakukan agar jangan sampai organisasi pemberontak tersebut sengaja membuat huru hara, dan akhirnya memakan korban luka-luka hingga korban jiwa.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Bali