Oleh : Hendrik Pattipawae
Editor: Ida Bastian
Portalindonews.com – Aparat keamanan terus mengedepankan pendekatan secara dialogis atau menjalin negosiasi dengan Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua, yang mana hal tersebut bertujuan untuk terus memperhatikan keamanan serta keselamatan seluruh masyarakat di Bumi Cenderawasih.
Meski begitu, namun nyatanya karena sangat keras kepalanya gerombolan separatis tersebut, maka hingga saat ini pun pilot dari maskapai penerbangan Susi Air berkebangsaan Selandia Baru yang mereka sandera itu pun masih tidak kunjung segera dibebaskan padahal sudah selama sepuluh bulan mereka menyandera sang Kapten Pilot.
Akan tetapi, bukan berarti pihak pemerintah dan aparat keamanan sendiri menyerah atau putus harapan. Pasalnya, seluruh pihak sampai saat ini pun terus melakukan pemantauan terkait kondisi terbaru yang dialami oleh sang pilot, dimana dilaporkan bahwa pilot tersebut dalam kondisi yang sehat dan baik-baik saja.
Berangkat dari adanya fakta tersebut, Panglima Daerah Militer (Pangdam) XVII Cenderawasih, Mayor Jenderal (Mayjen) Tentara Nasional Indonesia (TNI), Izak Pangemanan angkat bicara, bahwa seluruh prajurit aparat keamanan dari personel gabungan termasuk dari jajaran Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) tidak akan pernah menggunakan kekuatan militer atau agresi dalam upayanya membebaskan dan menyelamatkan Pilot Susi Air dari KST Papua.
Justru, yang dilakukan oleh aparat keamanan dari personel jajaran pasukan gabungan selama ini adalah terus mengedepankan kegiatan ataupun langkah strategis berupaya menggencarkan operasi teritorial untuk meningkatkan kepercayaan seluruh masyarakat kepada jajaran TNI dan Polri.
Dengan sangat tegas, Pangdam XVII Cenderawasih tersebut mengungkapkan bahwa kondisi Pilot bernama Philip Mark Mehrtens itu masih dalam keadaan sehat meski dirinya agak kurus dari sebelumnya. Diungkapkannya pula bahwa pihak aparat keamanan sama sekali tidak akan mengerahkan pasukan dalam rangka membebaskan sang pilot.
Alih-alih mengerahkan sejumlah pasukan dengan agresi kekuatan tempur, namun justru pihak TNI dan Polri akan tetap pada upaya mereka yang telah ditempuh selama ini, yakni dengan mengedepankan strategi secara dialogis atau negosiasi untuk bisa menyelamatkan Kapten Pilot berkebangsaan Selandia Baru itu.
Tentunya negosiasi yang dilakukan selama ini oleh jajaran personel gabungan dari aparat keamanan dengan pihak KST Papua sendiri adalah hanya dalam rangka satu tujuan saja, yakni untuk membebaskan Pilot Susi Air secepatnya dari tangan gerombolan pimpinan Egianus Kogoya.
Alasan mengapa aparat keamanan dari personel jajaran gabungan tersebut tidak melakukan cara operasi militer dalam pendekatannya untuk membebaskan sang pilot adalah karena pihak aparat keamanan tidak menginginkan adanya dampak berkepanjangan di belakang lantaran beragam operasi yang dilakukan itu. Justru satu hal yang sangat diinginkan, adalah seluruh masyarakat bisa hidup dengan aman, tentram serta damai.
Bukan hanya menggunakan pendekatan secara dialogis atau negosiasi dari satu pihak saja, aparat keamanan dan pemerintah juga telah menggandeng berbagai pihak lain terkait upaya memperlancar negosiasi tersebut, yakni peranan para tokoh agama, tokoh masyarakat hingga tokoh adat setempat.
Sementara itu, Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Perwakilan Papua, Frits Ramandey juga meminta Egianus Kogoya agar sesegera mungkin membebaskan pilot yang mereka sandera itu. Tentunya alangkah baiknya, sang pilot bisa dibebaskan sebelum perayaan Hari Raya Natal 2023.
Menurutnya, pada bulan Desember seperti sekarang ini adalah merupakan sebuan momentum paling baik untuk bisa sesegera mungkin membebaskan sang pilot. Negosiasi pun sampai detik ini masih terus dilakukan dan diupayakan, namun justru hasil akhir dan respon atas upaya negosiasi yang digencarkan oleh pemerintah serta aparat keamanan tersebut masih saja terus ditarik ulur oleh pihak KST Papua.
Sebagai informasi, bahwa pilot berkebangsaan Selandia Baru itu telah disandera oleh gerombolan makar yang bertentangan dengan ideologi negara sejak 7 Februari 2023 lalu. Dirinya disandera setelah mendaratkan pesawat yang dikemudikannya secara sempurna di Bandar Udara (Bandara) Paro, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan. Sejak hari itu sampai saat ini, sang pilot tersebut masih disandera oleh KST Papua pimpinan Egianus Kogoya.
Tidak berarti pula meski terus menggunakan pendekatan yang halus dan menjunjung tinggi humanisme, namun hal tersebut tidak bisa diartikan bahwa seolah-olah kekuatan tempur dari aparat keamanan tidak cukup kuat untuk mengalahkan dan bahkan mampu memberantas KST Papua. Namun, karena memperhatikan adanya aspek keselamatan dari masyarakat masyarakat sipil asli Papua itu sendiri, sehingga menjadikan aparat keamanan terus mengedepankan upaya negosiasi dalam pembebasan Pilot Suai Air alih-alih menggunakan kekuatan tempurnya.
Penulis adalah Mahasiswa Papua Tinggal di Bali