Oleh : Feby Lestari
Editor : Ida Bastian
Pembelajaran tatap muka (PTM) sudah dimulai lagi dalam beberapa bulan terakhir. Peserta didik maupun staf pengajar pun diwajibkan menerapkan disiplin ketat Prokes untuk menyukseskan PTM sekaligus mencegah munculnya kluster baru Covid-19.
Pandemi membuat kehidupan kita berubah drastis dan akhirnya diberlakukan kebijakan stay at home. Anak-anak juga sekolah di rumah, apalagi mereka belum mendapatkan vaksinasi karena mayotritas berusia 12 tahun ke bawah. Jadi selama setahun lebih, masih belajar jarak jauh via Zoom.
Selama sekitar sebulan ini kurva pasien Corona menurun dan keadaan stabil, banyak daerah yang berstatus zona hijau. Situasi ini membuat pelonggaran aturan sehingga anak-anak boleh sekolah offline seperti biasanya. Mereka juga gembira karena sudah amat rindu dengan bapak ibu guru serta kawan-kawannya.
Akan tetapi PTM bisa jadi bencana saat banyak yang tidak disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Di Kabupaten Buleleng, Bali, Tim Satgas Penanganan Covid-19 menemukan guru dan murid yang tidak menaati protokol kesehatan saat PTM. Jarak antar siswa berdekatan dan masker mereka dilepas, begitu juga dengan sang guru yang menurunkan masker.
Wakil Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Buleleng sekaligus Kapolres, AKBP Adrian Pramudianto, langsugn menegur guru dan murid yang lalai dalam menerapkan protokol kesehatan. Mereka langsung cepat-cepat mengenakannya kembali dan berjanji untuk tidak mengulanginya.
Sedangkan di Jawa Barat ada kenaikan kasus Corona sebanyak 20%. Hal ini sangat aneh karena sebelumnya jumlah pasien Covid terus menurun. Setelah diselidiki, ternyata penyebabnya adalah PTM, yang bisa jadi diadakan tanpa mengindahkan protokol kesehatan.
Ketidakdisiplinan dalam menaati protokol kesehatan amat disayangkan, apalagi mereka yang menyandang status guru. Seharusnya bapak dan ibu guru memberi teladan dengan mengenakan masker dan Prokes lain, karena guru wajib digugu dan ditiru. Namun ketika mereka melepas masker maka otomatis muridnya juga melepasnya, sungguh miris.
Jangan sampai PTM malah jadi bencana karena menaikkan jumlah pasien Corona di Indonesia. Sebab jika nanti ada kenaikan kasus, maka bisa naik level lagi jadi PPKM level 4 dan zona merah, sehingga sekolah terpaksa ditutup. Para murid juga gigit jari karena jenuh sekolah online, dan semua itu karena kesalahan mereka sendiri yang malas-malasan pakai masker.
Kita masih wajib menaati protokol kesehatan saat PTM, tentunya juga di rumah. Penyebabnya karena ada ancaman serangan Corona gelombang ketiga, yang diprediksi oleh para epidemiolg, pada akhir tahun 2021 atau awal tahun 2022. Daripada merana karena Corona, lebih baik disiplin pakai masker dan menerapkan poin-poin lain dalam Prokes.
Selama PTM yang wajib dilakukan adalah mengenakan masker dan tidak boleh dilepas, baik saat di kelas maupun di kantor guru. Malah yang disarankan memakai masker ganda, yakni masker kain dan masker sekali pakai, untuk meningkatkan daya filtrasi udara.
Selain itu para murid wajib menjaga jarak saat di kelas, oleh karena itu daya tampung maksimal 50% saja. Sehingga pembelajaran tatap muka maksimal 3 kali seminggu, karena masuknya bergiliran. Para murid dan guru juga wajib cuci tangan di temapt yang disediakan dan menyediakan hand sanitizer. Mereka juga tidak boleh bergerombol seperti dulu, ketika belum masa pandemi.
Saat PTM mulai dipraktikkan di banyak sekolah, harus diiringi dengan disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer, menjaga jarak, dan menghindari keramaian. Upacara untuk sementara diliburkan agar tidak ada kerumunan dan guru serta murid harus sama-sama disiplin dalam menerapkan Prokes.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini