Oleh : Haikal Fathan Akbar
Editor: Ida Bastian
Portalindonews.com – Kalangan santri memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga dan mewujudkan kesuksesan Pemilihan Umum (Pemilu). Dengan akar nilai-nilai keagamaan yang kuat, santri tidak hanya menjadi pelaku pendidikan yang terdidik secara akademis, tetapi juga menjadi garda terdepan dalam membentuk karakter yang berintegritas tinggi.
Peran mereka tidak terbatas pada pemahaman agama, tetapi juga meluas ke pemahaman akan pentingnya kejujuran, tanggung jawab, dan kontribusi positif terhadap masyarakat. Dalam menghadapi Pemilu, kesadaran santri terhadap pentingnya menjaga proses demokrasi yang adil, bersih, dan jujur menjadi modal krusial yang dapat membentengi proses politik dari berbagai tantangan.
Santri, sebagai bagian integral dari masyarakat Indonesia, turut memainkan peran penting dalam membentuk arah dan hasil dari Pemilu. Dari lingkungan pondok pesantren hingga ke tataran nasional, kesadaran akan tanggung jawab sosial, nilai-nilai kebenaran, serta integritas yang tinggi menjadi landasan bagi kontribusi santri dalam proses demokrasi.
Peran kunci mereka bukan hanya dalam mencegah penyebaran informasi yang salah, tetapi juga dalam mengedukasi masyarakat sekitar akan pentingnya partisipasi yang cerdas dan berkualitas dalam menentukan arah politik bangsa.
Dengan kearifan dan nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan agama Islam, santri memiliki peran yang tak tergantikan dalam menjaga agar Pemilu berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi yang sehat dan bermartabat.
Pemilu 2024, sebagai momen krusial bagi Indonesia, telah mendapat sorotan dari berbagai pihak. Dalam rangka menghadirkan suasana yang damai dan terhindar dari gesekan yang tak diinginkan, Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika, Nezar Patria, mengajak serta menyoroti peran penting kalangan santri dalam menjaga keberlangsungan proses demokrasi. Dayah Jeumala Amal menjadi pusat perhatian dalam dorongan ini.
Nezar Patria dengan tegas memaparkan keinginannya agar santri dari Dayah Jeumala Amal terlibat secara aktif dalam menghambat penyebaran informasi yang salah atau disinformasi terkait dengan politik. Mengutip kata-katanya dalam suatu acara Seminar Literasi Digital HUT ke-36 Dayah Jeumala Amal yang digelar secara daring, Nezar menjelaskan bahwa mengedukasi dan menyebarkan informasi yang valid, serta mendukung kampanye anti-hoaks, adalah langkah krusial yang harus diambil.
Menurutnya, peningkatan literasi digital menjadi fondasi yang tak terelakkan dalam memastikan jalannya Pemilu yang damai dan kondusif. Dalam konteks ini, dia menggarisbawahi urgensi kemampuan berpikir kritis dan bijak dalam mengelola teknologi, keterampilan yang diperlukan tidak hanya oleh elemen masyarakat pada umumnya, tetapi juga oleh para santri di dayah.
Sang Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika menggandeng semua elemen di lingkungan dayah untuk aktif turut serta dalam kampanye Pemilu Damai 2024. Dia mendorong pemanfaatan media sosial dan internet secara cerdas dan bijak, dengan fokus pada penyebaran konten yang positif di ranah digital.
Dengan waktu yang semakin dekat menuju pelaksanaan Pemilu, Nezar Kominfo memperingatkan agar setiap individu dalam masyarakat berhati-hati dalam menyebarkan informasi. Himbauannya sederhana, tetapi penting yaitu memahami dan mempelajari informasi sebelum menyebarluaskannya.
Jika informasi tidak memberikan manfaat atau bahkan cenderung negatif, maka janganlah disebarkan. Peningkatan literasi digital adalah tugas bersama kita untuk mengokohkan fondasi pemilu yang damai.
Dalam moment yang sama, Nezar turut memberikan penghargaan terhadap kontribusi Yayasan Teuku Laksamana Haji Ibrahim Dayah Jeumala Amal dalam dunia pendidikan Indonesia selama 36 tahun. Dia memuji kemampuan lembaga ini dalam menyiapkan calon pemimpin yang tidak hanya terampil dalam memanfaatkan teknologi digital, tetapi juga memiliki karakter yang unggul.
Oleh karena itu, Nezar berharap bahwa seluruh komunitas akademik di Dayah Jeumala Amal akan mengoptimalkan inisiatif literasi digital yang telah tersedia. Dia juga membuka diri untuk berkolaborasi dalam meningkatkan literasi digital masyarakat secara umum bersama dayah tersebut.
Di sisi lain, organisasi Santri Milenial Indonesia (SAMIL) menyuarakan keprihatinan mereka terkait praktik politik uang yang semakin merajalela dalam persaingan Pilpres. Mereka meminta masyarakat agar tidak terpengaruh dan kembali kepada nilai-nilai agama yang melarang praktik suap-menyuap.
Fuad Al Athor, pemimpin SAMIL, menekankan pentingnya menjaga kedaulatan rakyat dan mengajak semua elemen masyarakat untuk menolak praktik politik uang. Dia yakin bahwa masyarakat saat ini cerdas dan tidak akan tergoda oleh kandidat yang menggunakan politik uang.
Ajakan ini merupakan bagian dari usaha bersama untuk mewujudkan Pemilu yang bersih, jujur, dan adil, serta menegaskan dukungan kepada calon pemimpin yang memiliki integritas tinggi.
Pemilu 2024 menjadi momentum di mana peran aktif dan kesadaran kalangan santri memiliki arti besar dalam mengawal kesuksesannya. Melalui literasi digital, penolakan terhadap politik uang, serta pemilihan bijak terhadap pemimpin yang memiliki integritas, santri dan masyarakat dapat berkontribusi nyata untuk memastikan jalannya proses demokrasi yang bermartabat.
Inilah saatnya untuk bersatu demi masa depan yang lebih baik bagi bangsa dan negara Indonesia. Mari kita bersama-sama menjaga kehormatan demokrasi dan mengawal perjalanan Pemilu dengan tanggung jawab serta kesadaran akan peran kita masing-masing.
Penulis adalah Kontributor Vimedia Pratama Institute