Oleh : Moses Waker
Editor : Ida Bastian
OPM kembali membuat ulah. Kali ini mereka melukai warga sipil di Nduga hingga menimbulkan korban jiwa. Kekejaman OPM sudah berlangsung selama bertahun-tahun, sehingga membuat masyarakat geram. Mereka ingin organisasi separatis itu segera dibubarkan agar tak lagi meresahkan.
Kedamaian di Papua tercemar oleh ulah OPM yang mengesalkan. Berkali-kali mereka meneror warga dengan menyebarkan foto hoax, melakukan penembakan, hingga penyerangan ke kantor polisi. Organisasi separatis ini sengaja meneror agar permintaan mereka untuk memerdekakan Papua dituruti.
Tanggal 21 januari 2021 terjadi lagi kekejaman di Nduga, tepatnya di wilayah Kenyam. Dua orang warga diserang oleh anggota OPM, yakni Stevanus Mella dan Benny Kurniawan. Sayangnya Stavenus tak dapat diselamatkan dan akhirnya meninggal dunia. Peristiwa ini terjadi sektar pukul 22.00 WITA, di depan SMAN 1 Kenyam.
Kekejaman OPM ini membuat masyarakat makin antipati. Mereka sama sekali tidak menyetujui usulan Papua merdeka, dan heran mengapa OPM begitu getol memperjuangkannya. Mengapa harus memenuhi ambisi hingga membuat saudara sesuku kehilangan nyawa?
Masyarakat anti OPM karena mereka sudah berkali-kali melakukan kekejaman sampai menimbulkan korban jiwa. Sebelum peristiwa naas ini, ada pembakaran pesawat milik kelompok misionaris, penembakan ke mobil aparat, hingga penyerangan ke pekerja di Intan Jaya. OPM benar-benar meresahkan dan makin dibenci warga sipil Papua.
Alfredo Kway, mahasiswa asli Papua menyatakan bahwa ia tidak setuju dengan OPM karena menginginkan kedamaian di Bumi Cendrawasih. Apalagi selama bertahun-tahun, ada kontak senjata antara OPM dengan aparat, yang membuat banyak korban. Sehingga perdamaian mustahil terwujud jika OPM belum dibubarkan.
Alfredo juga merasa heran mengapa masih ada stigma dari sebagian masyarakat di luar Papua, yang menganggap OPM adalah saudara dari warga sipil. Memang benar kalau mereka adalah saudara sesuku. Namun karena terlalu sering melakukan kekejaman dan kerusuhan, masyarakat sipil malah membenci OPM dan KKSB.
Naasnya, ketika ada anggota KKSB (yang berafiliasi dengan OPM) mengutamakan keselamatan warganya, ia malah disebut sebagai penghianat. Karena dianggap lebih pro kepada pemerintah Indonesia daripada OPM. Padahal ia hanya ingin warganya selamat dan tidak jadi korban kekejaman KKSB.
OPM juga tega mengajak anak ABG ingusan untuk direkrut jadi anggota KKSB. Padahal dengan menjadi kader baru, masa depan mereka akan rusak. Alih-alih belajar di SMP atau SMA, mereka malah dibujuk untuk gerilya dari hutan ke hutan. Serta latihan angkat senjata. Hanya demi status dan dibilang keren.
Selain itu, OPM juga memaksa masyarakat untuk mengibarkan bendera bintang kejora. Apalagi jelang ulang tahun mereka tanggal 1 desember. Anggota OPM akan turun gunung dan meneror, serta menyebarkan bendera bintang kejora mulai dari ukuran mini sampai besar.
Dengan fakta-fakta seperti ini, maka pemberantasan OPM menjadi prioritas. Segenap anggota TNI selalu melakukan penyisiran sampai ke wilayah pelosok. Agar ada anggota OPM dan KKSB yang tertangkap dan tidak ada lagi yang membuat kerusuhan. Perbuatan OPM sudah tidak bisa ditelorir lagi karena mereka melakukan kekejian sampai membunuh warga sipil.
Ketika ada anggota OPM yang menyerahkan diri, maka ia dipastikan aman dan tidak akan disiksa. Penyebabnya karena ia sudah bertobat dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Malah ia bisa jadi informan untuk aparat, sehingga mereka bisa melakukan penyelidikan lanjutan.
Ketika OPM melakukan kekejian lagi, maka masyarakat langsung sakit hati. Penyebabnya karena kali ini ada korban jiwa dari warga sipil. OPM wajib diberantas hingga ke akar-akarnya karena selalu meresahkan dan membuat kekacauan di Papua.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Semarang