Status Sah Papua Tidak Terbantahkan sebagai Bagian Integral NKRI

Oleh : Irene Wompere 

Editor: Ida Bastian

Portalindonews.com – Papua, sebagai bagian penting dari Indonesia, memiliki status yang tak terbantahkan sebagai bagian integral Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Meskipun beberapa pihak berusaha menggugah isu kemerdekaan Papua, realitas sejarah dan konstitusi Indonesia menegaskan bahwa Papua adalah bagian yang tak terpisahkan dari NKRI.

Sejarah panjang Papua dalam konteks Indonesia dimulai pada tahun 1963, ketika wilayah tersebut secara sah diintegrasikan ke dalam NKRI melalui Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera). Pepera, yang diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), adalah langkah demokratis yang menunjukkan bahwa mayoritas rakyat Papua memilih untuk bergabung dengan Indonesia.

Konstitusi Indonesia, UUD 1945, juga menegaskan bahwa wilayah Indonesia adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipecah-belah. Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa NKRI adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Oleh karena itu, segala upaya yang bertujuan untuk memisahkan Papua dari Indonesia bertentangan dengan konstitusi negara ini.

Papua sebagai bagian dari Indonesia juga menjadi fokus pemerintah untuk memastikan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Papua. Berbagai program pembangunan telah dilaksanakan untuk meningkatkan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan di Papua. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah bersama-sama bekerja keras untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Papua. Namun, dalam pembangunan tersebut mendapatkan tantangan yaitu gangguan keamanan dari KST Papua.

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Maruli Simanjuntak menyatakan tidak akan menggunakan pendekatan tempur penuh untuk meredam konflik di Papua. Lebih lanjut, alih-alih memilih pendekatan perang dalam penyelesaian konflik Papua, Maruli mengatakan bahwa pihaknya akan menekankan pendekatan dialogis berupa pembinaan fungsi teritorial semata.

Selain masalah politik dan hak asasi manusia, pembangunan di Papua juga menjadi sorotan. Meskipun Papua kaya akan sumber daya alam, tingkat kemiskinan dan ketimpangan di antara penduduk Papua tetap tinggi. Banyak orang Papua merasa bahwa mereka belum merasakan manfaat dari eksploitasi sumber daya alam yang dilakukan oleh perusahaan asing dan pemerintah pusat.

Padahal, Pemerintah telah mencoba untuk mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan Papua melalui berbagai kebijakan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Program-program seperti Program Wamena dan Pembangunan Jembatan Merah Putih menjadi bukti komitmen pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan dan infrastruktur di Papua. Namun, tantangan dalam mengimplementasikan program-program ini tetap besar, terutama mengingat kondisi geografis dan sosial budaya Papua yang kompleks.

Ketua Melanesian Youth Diplomacy Forum dan tokoh Papua, Steve Mara, mengakui signifikansi pembangunan Papua dapat meningkatkan infrastruktur dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini menjadi contoh nyata perhatian Pemerintah yang semakin memperkuat integrasi Papua dalam NKRI.

Seluruh upaya ini menunjukkan paradigma pembangunan yang merata di seluruh Indonesia, bukan hanya terpusat di Pulau Jawa. Pemerintah terus berusaha membangun Papua, bahkan hingga pelosok negeri, dengan harapan bahwa pembangunan ini akan memberikan dampak positif bagi peningkatan SDM dan pertumbuhan ekonomi di Papua.

Keterlibatan aktif generasi muda Papua dalam pembangunan ini, tentu semakin memperkuat rasa nasionalisme dan cinta terhadap NKRI. Pemerintah telah mengakomodasi partisipasi mereka, menunjukkan tanggung jawab bersama dalam pembangunan Papua.

Tokoh muda Papua, Charles Kossay, menyoroti konsistensi pemerintah dalam memperhatikan kondisi dan kebutuhan Papua sejak era Presiden Soekarno hingga Joko Widodo. Kebijakan yang diambil selalu relevan dengan situasi dan kondisi Papua.

Pemerintah terus berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat asli Papua dengan pendekatan holistik. Dalam menjelang pergantian kepemimpinan tahun 2024, harapan besar terletak pada kelanjutan kebijakan nasional yang telah memberikan dampak positif bagi Papua.

Pentingnya memahami status Papua dalam konteks NKRI bukan hanya bagi Indonesia tetapi juga bagi stabilitas dan perdamaian di kawasan Pasifik. Konflik yang berkepanjangan di Papua dapat memiliki dampak yang luas, baik secara politik maupun ekonomi, tidak hanya bagi Papua tetapi juga bagi Indonesia secara keseluruhan.

Dimasa depan Papua terletak pada inklusi, dialog, dan pembangunan yang berkelanjutan. Papua harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keberagaman Indonesia, di mana setiap suku, agama, dan budaya dihormati dan diakui. Hanya dengan menghargai dan memperjuangkan kepentingan bersama, Papua dapat berkembang dan berkontribusi secara positif bagi bangsa dan negara.

Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta menjadi kunci. Dengan bekerja sama, mereka dapat menciptakan solusi-solusi inovatif yang menguntungkan semua pihak dan memastikan bahwa pembangunan di Papua berjalan sejalan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan dan keadilan.

Papua merupakan bagian tak terpisahkan dari NKRI. Keberagaman alam dan budaya yang dimilikinya adalah harta yang tak ternilai bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Dengan menjaga keberagaman dan memperkuat persatuan, kita semua dapat bersama-sama membangun masa depan yang lebih baik bagi Papua dan seluruh Indonesia.

Pada akhirnya, status Papua sebagai bagian integral dari NKRI adalah sebuah fakta yang tidak dapat disangkal. Namun, untuk mencapai kedamaian dan kemajuan yang berkelanjutan, diperlukan upaya bersama dari semua pihak, baik dari pemerintah Indonesia, masyarakat Papua, maupun komunitas internasional. Dengan kerja sama dan kesungguhan, Papua dapat menjadi cerminan dari keberagaman dan persatuan Indonesia yang sejati.

Penulis adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah (UNAMIN) Sorong

About PORTALINDONEWS

Check Also

Tingkatkan Rasa Kebersamaan, Babinsa Koramil 01/Tamansari Gelar Komsos

Portalindonews.com | Kodam Jaya, Jakarta Barat _ Komunikasi Sosial (Komsos) di hari Minggu , 22 …