PORTALINDONEWS.COM, Jakarta – ITRC (INTERNATIONAL TRIPARTITE RUBBER COUNCIL) telah terbentuk dan disahkan sejak 12 Desember 2001 melalui Joint Declaration, yang beranggotakan tiga negara produsen karet alam dunia, secara berurutan yaitu Thailand, Indonesia dan Malaysia (TIM).
“Pembentukan ITRC dimaksudkan agar kedepannya tercapainya harga karet alam yang remuneratif bagi produsen dan menjaga keseimbangan supply-demand karet alam,” ujar Baginda Siagian Plt. Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ditjen Perkebunan, Kementerian Pertanian.
Baginda menjelaskan bahwa, ITRC memiliki skema kerja untuk tercapainya stabilisasi harga karet alam dunia diantaranya Supply Management Scheme (SMS) untuk mengelola produksi dengan tujuan agar tercapai keseimbangan karet alam dalam jangka Panjang, kemudian ada Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) yang mengatur supply dalam jangka pendek dengan cara membatasi ekspor/penjualan karet alam, dan Demand Promotion Scheme (DPS) untuk meningkatkan konsumsi karet alam baik domestik maupun global.
Diketahui bahwa, Harga karet Sicom SGX rata-rata pada bulan Oktober 2022 sebesar USD 1.293,42/metric ton, harga rata-rata tersebut tercatat menurun 25% dibandingkan bulan Oktober tahun 2021 dan 15% dibandingkan bulan Oktober 2020. Fluktuatifnya permintaan karet alam sebagai akibat kondisi pandemic covid19, fenomena iklim La Nina, penyakit gugur daun, dinamika penurunan produksi di beberapa negara produsen karet dunia dan kondisi geopolitik dunia, yang menjadi beberapa tantangan dinamika harga karet dunia.
Kondisi harga karet di tingkat petani perlu terus didorong, walau saat ini sudah mulai ada sedikit peningkatan. Rendahnya harga karet akan berdampak terhadap ketersediaan karet alam di masa depan karena mendorong petani karet untuk alih komoditas.
“Ditingkat hulu, untuk mengatasi penurunan harga karet, Kementan mendorong pekebun karet mengaplikasikan sistem intercrop/ tumpang sari dengan nanas, gambir, cabai, kopi, pisang. Kementan akan fasilitasi pemberian benih unggul kepada petani. Telah dilaksanakannya kegiatan sidang 37TH Meeting Of The International Tripartite Rubber Council (ITRC) & Related Itrc Committee Meetings pada tanggal 21 – 25 November 2022 diharapkan dapat menghasilkan strategi-strategi penting untuk menstabilkan bahkan mendongkrak harga karet dunia,” ujarnya.
Ia menjelaskan, Pada dasarnya Ditjenbun Kementan mendukung strategi dari ITRC untuk stabilitasi harga karet alam global. Strategi SMS saat ini tidak akan berjalan efektif jika tidak didukung oleh 2 strategi lainnya yaitu AETS dan DPS, juga perlu di dorong kebijakan nasional dalam penyerapan karet alam domestic (DPD) dengan beberapa kegiatan operasional diantaranya penyerapan karet alam produksi pekebun untuk penggunaan aspal jalan dan untuk revitalisasi infrastruktur yang menggunakan bahan karet alam seperti jembatan, dermaga, rel KA, dan lain-lain.
Tak hanya itu, Lanjut Baginda, Perlunya mendorong kemitraan UPPB (Unit Pengolahan dan Pemasaran BOKAR) dengan industri, dan mengarahkan pekebun bergabung dalam UPBB serta mendorong investasi industri di sektor intermediet produk karet bahkan sektor produk jadi.
“Penyerapan karet pekebun untuk penggunaan aspal jalan sudah diinisiasi sejak 2018-2020 dan terealisasi di 10 provinsi dengan Panjang jalan 63,74 km dengan penggunaan karet alam sebanyak 208,8 ton dalam bentuk Prevulcanization Latex,” ungkapnya.
Keuntungan saat menggunakan bahan baku karet untuk jalan aspal diantaranya memiliki ketahanan panas yang lebih baik selama proses pencampuran dengan aspal, memiliki lebih tahan oksidasi, mudah untuk dicampur, biaya Investasi lebih murah, tidak perlu memodifikasi secara signifikan mesin dan proses yang ada, memiliki biaya produksi yang lebih murah dibandingkan karet padat, lebih banyak perekat, lebih tahan lama, tidak mudah retak, memiliki titik lembek yang tinggi, dan memiliki tingkat stabilitas jalan yang lebih baik.
“Kedepan kami berharap penyerapan karet pekebun dapat digunakan untuk penggunaan aspal jalan dalam bentuk TSR-20, yang saat ini masih belum terealisasi dan masih tahap RnD, dan lebih dioptimalkan lagi. Kami mendorong kerjasama antara Kementan dan KemenPUPR untuk aplikasi dan teknologi produk karet yang lebih luas lagi untuk penggunaan aspal untuk jalan,” ujarnya.
Rilis Pers Puspen Kementan