Oleh : Muhammad Yasin
Editor : Ida Bastian
Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri dari banyak agama. Oleh sebab itu, toleransi dalam beragama menjadi salah satu kunci bagi kemajuan bangsa.
Sudahkah bangsa ini bangkit dari masa pandemi? Keadaan pandemi adalah pukulan kedua setelah krisis moneter 1998 lalu dan pemerintah berusaha keras agar situasi negara, terutama di bidang finansial, menjadi stabil. Berbagai strategi dilakukan, mulai dari membuat UU baru, meningkatkan investasi, hingga mempromosikan toleransi beragama.
Mengapa harus toleransi beragama? Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyatakan bahwa toleransi bisa meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan, yang menjadi modal penting untuk membangun bangsa Indonesia ke depannya. Bhinneka tunggal ika bukan hanya simbol yang dihafal tetapi memiliki makna yang luas, karena kita punya banyak perbedaan tapi ditakdirkan untuk satu tujuan.
Ketika ada toleransi tentu perdamaian selalu ada di Indonesia. Misalnya ketika akhir tahun, ketika umat Nasrani akan merayakan Natal. Maka penjagaan akan makin ketat, mulai dari jalanan hingga di depan rumah agama. Aparat yang menjaga tidak selalu memiliki keyakinan yang sama, dalam artian mereka tidak merayakan Natal tetapi ikut mencegah terjadinya kekacauan agar umat bisa beribadah dengan tenang.
Contoh toleransi yang lain adalah ketika hari raya Idul Fitri. Para tamu yang datang saat open house bukan hanya para muslim tetapi juga tetangga dan rekan kerja yang memiliki keyakinan lain. Mereka saling bermaafan dan larut dalam kebersamaan, serta bertoleransi karena menghormati satu sama lain, walau berbeda akidah.
Toleransi seperti ini yang akan jadi modal besar untuk memajukan bangsa Indonesia. Penyebabnya karena jika umat kompak bersatu (walau keyakinannya berbeda) maka akan bahu-membahu dalam membangun Indonesia. Contohnya ketika ada bencana banjir di suatu tempat, mereka kompak membawa donasi serta membantu evakuasi, tanpa harus bertanya agamamu apa?
Ketika semua WNI bersatu tanpa membeda-bedakan keyakinannya maka akan saling kompak dalam memajukan Indonesia. Misalnya dengan membuat perusahaan dengan sistem kerja sama dan beberapa investor memiliki keyakinan berbeda tetapi mereka tidak mempermasalahkannya. Perbedaan bukanlah halangan untuk saling percaya dalam bidang entrepreneur.
Sebaliknya, jika tidak ada toleransi, maka akan kacau-balau. Bayangkan jika banyak anak muda yang intoleran, maka ketika ada hari raya agama tertentu situasi akan jadi runyam. Penjagaan makin ketat karena takut ada penyerangan dan tawuran.
Oleh karena itu kita perlu untuk lebih sering dalam mempopulerkan toleransi beragama, agar Indonesia jadi damai dan WNI kompak untuk membangun bangsa. Apalagi di masa pandemi, ketika kita bangkit dari masa suram, perlu adanya kerja sama untuk memajukan Indonesia. Jika semuanya saling bertikai maka mustahil bangsa ini maju.
Untuk makin menggaungkan toleransi beragama maka perlu ditambah pelajaran budi pekerti yang mengajarkan juga toleransi kepada para murid, mulai dari level SD hingga SMA. Mereka perlu sejak dini diajari bertoleransi, agar tidak menjadi pribadi yang intoleran di masa dewasa.
Toleransi beragama juga perlu diviralkan lagi agar banyak orang yang paham bahwa menghormati teman yang memiliki keyakinan lain itu tidak berdosa. Penyebabnya karena mereka yang punya keyakinan lain adalah saudara dalam kemanusiaan.
Untuk memajukan Indonesia maka toleransi beragama perlu digaungkan lagi agar semuanya paham bagaimana cara menghormati satu sama lain. Kita wajib membangun bangsa dan menjaga kekompakan, Oleh karena itu perlu untuk menambah bab toleransi dalam kurikulum pendidikan.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini