Oleh : Rebeca Marian
Editor : Ida Bastian
Pertumbuhan ekonomi di Papua terus mengalami peningkatan. Hal ini sangat bagus karena menunjukkan keberhasilan program-program pemerintah untuk meningkatan sektor perekonomian di Bumi Cendrawasih, sehingga diharapkan dapat mengurangi kesenjangan dengan wilayah lainnya.
Papua sebagai wilayah paling timur di Indonesia memiliki berbagai potensi yang bisa ‘menjual’ dan meningkatkan APBD, seperti pariwisata, hasil bumi, dan hasil tambang. Kekayaan sumber daya alam di Bumi Cendrawasih diolah dengan sangat baik agar bisa memakmurkan rakyat. Pemerintah pusat juga mendukung dengan pembangunan infrastruktur sehingga mobilitas masyarakat dan proyek-proyek berjalan dengan baik.
Margo Yuwono, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Papua terus meningkat, bahkan yang tertinggi di tahun 2021. Tahun itu kenaikan pertumbuhan sebesar 10,9%, yang berasal dari pertambangan bijih nikel, bijih perak, emas, dan tembaga.
Dalam artian, masyarakat di Papua makin makmur berkat pertumbuhan ekonomi yang selalu meningkat tiap tahunnya. Hal ini merupakan prestasi karena pada masa orde baru (sekitar 30 tahun lalu) ada stigma negatif bahwa di Bumi Cendrawasih masih tertinggal jauh dari Jawa, karena ada sistem sentralisasi yang mengakibatkan kurang meratanya modernitas.
Akan tetapi pada era reformasi dan dilanjutkan sampai ke masa pemerintahan Presiden Jokowi, sistemnya diubah jadi desentralisasi dan ada pembangunan yang merata di seluruh Indonesia, termasuk di Papua. Presiden Jokowi sendiri amat concern pada Papua dan membangun berbagai infrastruktur demi kemajuan masyarakatnya. Sehingga kawasan Bumi Cendrawasih makin maju.
Naiknya pertumbuhan ekonomi dari sektor tambang juga merupakan hasil dari kerja keras pemerintah yang mengakuisisi saham mayoritas dari perusahaan tambang tembaga di Papua. Sehingga jika ada bahan tambang seperti tembaga dan emas yang dikeruk, hasilnya otomatis menjadi milik pemerintah Indonesia, dan mayoritas diberikan untuk pemerintah daerah Papua.
Jika rakyat makin makmur berkat hasil tambang di Papua maka tidak ada lagi istilah ‘bagai ayam mati di lumbung padi’ karena mereka bisa menikmati hasil tambang tersebut. Bukan dalam bentuk logam mulia melainkan dalam bentuk pembangunan, yang modalnya berasal dari pembagian hasil tambang ke pemerintah daerah Papua dan Papua Barat.
Margo Yuwono menambahkan, pertumbuhan juga terjadi berkat pembangunan infrastruktur yang didirikan oleh pemerintah. Dalam artian, pembangunan infrastruktur juga berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi karena jika ada jalan, jembatan, dan fasilitas lain maka mobilitas rakyat akan lebih cepat.
Jika mobilitas lebih cepat berkat jalan yang bagus (misalnya jalan trans Papua) maka akan menghemat karena masyarakat memilih mengirim barang dan bepergian via jalan darat. Mereka pelan-pelan meninggalkan transportasi via pesawat terbang yang biayanya jauh lebih mahal. Makin panjang jaln trans Papua maka makin banyak masyarakat yang diuntungkan karena biaya kirim jadi rendah sehingga harga barang-barang bisa diturunkan.
Pembangunan infrastruktur terjadi berkat dana otonomi khusus (otsus) yang diberikan secara teratur mulai tahun 2001. Pemerintah selalu memperbesar nominal dana otsus menjadi triliunan rupiah, dan program ini diperpanjang di periode dua sejak tahun 2021. Otsus terbukti memakmurkan rakyat Papua.
Warga sipil Papua sendiri merasa puas karena pertumbuhan ekonomi mereka meningkat dan fasilitas serta infrastruktur yang diberikan pemerintah membaik. Kawasan Papua tak lagi identik dengan wilayah yang hanya berupa hutan perawan, tetapi sudah tertata apik dan sangat modern.
Saat pertumbuhan ekonomi Papua meningkat maka masyarakatnya yang diuntungkan karena mereka bisa menikmati kemajuan serta tidak ada kesenjangan tinggi antara di sana dengan di pulau lain. Peningkatan pertumbuhan ekonomi berkat niat baik pemerintah yang ingin terus memajukan wilayah Bumi Cendrawasih.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Jakarta