Oleh : Alfred Jigibalom
Editor : Ida Bastian
Aparat keamanan sangat solid dalam menjaga Papua. Prajurit TNI dan Polri bahu-membahu untuk mengamankan rakyat di Bumi Cendrawasih dari segala jenis kejahatan, termasuk ancaman kelompok separatis dan teroris (KST) Papua.
Papua adalah wilayah timur Indonesia yang eksotis dan istimewa karena di puncak Gunung Jayawijaya terdapat salju, padahal kita termasuk negara tropis. Sayang sekali berita tentang pariwisata dan alam di Bumi Cendrawasih malah tertutupi oleh kelompok separatis dan teroris serta organisasi Papua merdeka, yang merongrong warga dan ingin membelot dari Indonesia.
Untuk mencapai tujuannya maka KST menyerang warga sipil, bahkan berani membunuh beberapa orang. Alasannya adalah orang itu mata-mata aparat. Padahal ia hanya warga sipil biasa. Masyarakat Papua makin geram karena peristiwa ini bukan hanya sekali tetapi sampai berkali-kali.
Dalam rangka memberantas KST dan menjaga keamanan Papua maka pasukan TNI dan Polri semangat untuk patroli. Mereka berjaga tidak hanya di kawasan yang rawan konflik seperti di Nduga (kabupaten Puncak), tetapi juga di berbagai distrik di Bumi Cendrawasih. Tak hanya berpakaian seragam loreng atau warna cokelat tetapi juga ada yang menyamar dengan pakaian preman (sipil).
Pasukan TNI yang ada di Papua memang ditujukan untuk menjaga rakyat. Mereka sudah bersumpah untuk mengamankan Indonesia, termasuk rakyat Papua. Ketika ada banyak aparat yang ditemui di Bumi Cendrawasih maka tidak usah kaget karena mereka sedang bertugas.
Salah besar jika ada yang menuduh bahwa Papua mau dibuat seperti Aceh pada masa orde baru, ketika ada daerah operasi militer (DOM). Jika ada banyak tentara maka untuk mengamankan. Bukannya malah menyerbu masyarakat.
Untuk mengatasi kelompok separatis dan teroris maka Operasi Nemangkawi diubah namanya menjadi Operasi Damai Cartenz. Penyesuaian ini karena pemerintah mengganti cara mengatasi KST dengan pendekatan kesejahteraan.
Akan tetapi, walau namanya ‘damai’, bukan berarti KST dibiarkan bebas berkeliaran. Pendekatan memang diubah tetapi bukan berarti damai didapatkan dengan kebebasan KST dan OPM. Justru mereka wajib diamankan dan dicokok agar tidak merecoki masyarakat. Sehingga kehidupan akan menjadi damai dan tentram.
Masyarakat Papua juga senang akan keberadaan aparat. Mereka merasa nyaman dalam beraktivitas, karena di mana ada prajurit, maka KST tidak akan berani menyerang. Warga di Bumi Cendrawasih paham bahwa TNI dan Polri adalah sahabat rakyat, dan keberadaan mereka untuk mengamankan dari KST dan OPM. Mereka jadi merasa bersaudara walau berasal dari suku dan latar belakang yang berbeda.
Keamanan di Papua memang masih agak rawan, berbeda dengan di Jawa atau pulau lain. Walau sudah tidak ada perang antar suku seperti puluhan tahun lalu, tetapi saat ini perang malah ada di dunia maya. Penyebabnya adalah provokasi dari KST, karena mereka juga ingin agar masyarakat berada di pihaknya. Masyarakat yang tahu bahwa itu hanya provokasi langsung melapor ke polisi siber.
Warga yang paham bahwa KST menebar hoaks dan propaganda tidak mau terkena rayuan. Mereka juga mengingatkan yang lain agar tidak terpengaruh karena broadcast pesan itu hanya provokasi. KST mengobarkan api kemarahan dengan menuduh bahwa aparat datang untuk menghabiskan ras melanesia. Padahal aparat datang untuk membela rakyat dari KST, bukannya melakukan pemberantasan terhadap suku tertentu.
Aparat menjaga keamanan Papua dari serangan KST dan OPM. Warga memang harus diamankan dari ganasnya KST, karena mereka tidak pandang bulu dalam menembak. Saat ada masyarakat biasa dituduh jadi mata-mata. Masyarakat sendiri merasa senang akan kehadiran aparat karena kehidupan mereka jadi lebih damai.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Bali