TANGERANG – SMPIT Asy-Syukriyyah gelar Webinar Kebangsaan bertajuk “Bangkitkan Generasi Emas Indonesia dengan Wawasan Kebangsaan dan Sikap Religius”. Acara webinar berlangsung melalui Zoom Meeting Online. diikuti 300 peserta yang berasal dari kelas 7, 8, dan 9 SMPIT Asy-Syukriyyah, Rabu pagi, (9/6).
Webinar ini dibuka oleh Kepala SMPIT Asy-Syukriyyah, Iwan Wahyudi. Ia berharap acara webinar ini dapat memberikan dampak dan insight positif, serta bekal untuk siswa SMPIT Asy-Syukriyyah yang merupakan generasi penerus bangsa ke depannya. Ia juga berterima kasih kepada Sherly Annavita karena telah bersedia hadir untuk mengisi acara webinar di tengah padatnya aktivitas.
“Harapannya, semoga siswa SMPIT Asy-Syukriyyah memiliki semangat berkarya dan berprestasi setelah mengikuti kegiatan ini. Sehingga ke depannya, mereka akan mampu membawa perubahan bangsa ke arah yang lebih baik,” ungkapnya.
Sherly Annavita, merupakan Millenial Influncer yang aktif membuat konten inspiratif dan kritis di media sosial, mengatakan bahwa bicara anak muda adalah bicara tentang masa depan. Pendapat itu menurutnya dapat ditemukan baik di dalam kata-kata bijak dunia barat maupun dunia timur. Di dunia barat kita sering mendengar quote “The youth of today are the leaders of tomorrow”. Sedangkan, di dunia timur kita sering mendengar quote “Syubbanul yaum rijalul gadd”.
Menurutnya, bahwa pemuda harus mau bekerja keras, bekerja cerdas, dan bekerja cepat untuk menyiapkan masa depannya.
“Masa depan adalah milik mereka yang mau mempersiapkannya hari ini” kutip Sherly dari Malcolm X, aktivis kemanusiaan asal Amerika Serikat yang memperjuangkan persamaan derajat antara kulit hitam dan kulit putih di negara tersebut.
Alumni beasiswa LPDP Kementerian Keuangan RI yang memperoleh gelar Master of Social Impact Investment dari Swisburne University di Australia itu membakar semangat jiwa siswa SMPIT Asy-Syukriyyah selama dua jam. Ia memotivasi peserta dengan argumen-argumen yang menarik. Salah satunya, ia mengajak anak muda untuk tidak lagi menjadi penonton dari tribun, melainkan menjadi pemain utama dalam mempersiapkan diri menyongsong arah perubahan bangsanya.
“Anak muda mesti mencatatkan dirinya ke dalam catatan sejarah perubahan arah bangsanya dengan menjadi pemain. Karena sejarah tidak akan pernah mencatat mereka yang duduk sebagai penonton dari tribun. Sekeras apapun kita berteriak selama masih duduk di kursi penonton, sejarah tidak akan pernah mencatat itu. Sejarah hanya mau mencatat para pemain, bukan pemain rata-rata melainkan para pemain di atas rata-rata,” pungkas Sherly.
Editor :Ida Bastian