Oleh : Lisa Pamungkas
Editor : Ida Bastian
Pandemi Covid-19 saat ini masih berlangsung dan angka penularan virus tersebut masih tergolong tinggi. Masyarkat diimbau untuk selalu taat Prokes sebagai syarat mutlak untuk dapat hidup berdampingan dengan virus Corona.
Juru Bicara Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito mengatakan, Kita perlu tetap waspada mengingat tren kenaikan positivity rate mingguan masih belum menunjukkan tanda-tanda penurunan.
Dari data analisis per 20 Februari 2022, angka positivity rate mingguan sebesar 17,61%. Angka ini meningkat cukup tajam dibandingkan pada akhir Januari di kisaran 1%. Sebelumnya, angka ini berhasil dipertahankan di bawah standar WHO, yaitu kurang dari 5%, selama 135 hari berturut-turut atau sejak 17 September 2021 hingga 29 Januari 2022. Bahkan, angka terendah yang pernah dicapai yaitu 0.09% pada 12 Desember 2021.
Meski demikian, kenaikan positivity rate mingguan saat ini lebih rendah dibanding pada masa gelombang Delta. Melihat kembali pada masa Delta, angka positivity rate bertahan di atas 20% selama 5 minggu berturut-turut.
Bahkan, pernah mencapai angka mingguan tertinggi hingga 30,24% per 18 Juli 2021. Sehingga angka positivity rate saat ini menggambarkan kondisi penularan yang jauh lebih rendah dibanding masa varian delta.
Wiku mengatakan, dengan kondisi yang tidak separah masa varian Delta, seluruh elemen masyarakat harus tetap meningkatkan kewaspadaan. Dirinya juga menambahkan, hal ini terjadi di tengah kondisi capaian testing swab antigen yang lebih besar di mana banyak orang yang didapati positif melalui proses skrining, seperti syarat perjalanan dan aktivitas lainnya.
Tingginya angka positivity rate di tengah tingginya mobilitas ini tentu saja menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat akan kepatuhan protokol kesehatan masih belum cukup baik. Selain itu, orang-orang yang beraktivitas dan melakukan perjalanan, ternyata masih banyak yang tertular.
Meskipun pada akhirnya orang-orang yang tertular dapat teridentifikasi positif berkat skrining, namun akan lebih baik lagi mencegah penularan tidak terjadi sejak awal. Untuk itu demi mengakhiri rantai penularan, hanya dapat dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat dan mengikuti vaksinasi.
Pada kesempatan berbeda, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengakui penularan varian omicron di Indonesia sangatlah masif. Namun, ia meminta kepada masyarakat agar tidak panik lantaran gejala dari virus ini bersifat lebih ringan daripada varian-varian sebelumnya.
Budi memastikan pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi gelombang ketiga covid-19 yang disebabkan oleh varian omicron. Salah satunya adalah memperbanyak sentra vaksinasi covid-19 terutama di DKI Jakarta.
Seiring dengan adanya long weekend pada akhir Februari 2022. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Sandiaga Uno) meminta kepada para pelaku industri pariwisata untuk tetap mengutamakan aspek kesehatan guna menegak penyebaran Covid-19.
Upaya tersebut dilakukan melalui pengetatan protokol kesehatan yang melingkupi pembatasan kapasitas jumlah pengunjung. Sandiaga menekankan, agar para pengelola destinasi wisata tidak terleda akan tingginya euforia libur nasional yang dikhawatirkan dapat meningkatkan angka penularan covid-19.
Pengelolaan taman rekreasi merupakan garda terdepan dalam memastikan komitmen penerapan protokol kesehatan dan CHSE (Cleanliness, Health, Safety dan Environment Sustainability berjalan sesuai kesepakatan bersama. Maka dari itu, optimisme akan bangkit dan pulihnya sektor pariwisata kreatif harus didukung oleh peningkatan kualitas pelayanan.
Masyarakat juga harus memiliki kesadaran untuk menggunakan masker ketika berada di luar rumah atau ketika berada di keramaian, Efektifitas penggunaan masker untuk mencegah penularan juga dibuktikan secara uji klinis oleh Perusahaan riset pasar Inggris Yougov, tim dari Klinik Miyazawa di Hyogo dan Universitas Houston-Victoria telah mengumpulkan data melalui model komputer untuk mengetahui bagaimana berbagai faktor mempengeruhi tingkat kematian akibat penyakit covid-19 di berbagai negara. Hasilnya, penggunaan masker wajah menjadi cara paling signifikan dalam mengurangi risiko kematian akibat covid-19.
Studi lain oleh para peneliti dari California Institute of Technology bulan ini juga menilai masker wajah merupakan cara paling efektif untuk mencegah penularan antarmanusia.
Aktifitas seperti sekolah, pariwisatan maupun kerja memang tidak ditutup secara 100 persen, sehingga potensi penularan akan tetap ada, dan cara meminimalisir penularan tersebut adalah dengan mematuhi protokol kesehatan.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini