Oleh : Kevin Hasudungan
Editor : Ida Bastian
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang akan diselenggarakan di Bali, Indonesia, akan membawa banyak manfaat. Selain jadi promosi gratis tentang eksotisme negeri ini, maka KTT juga bisa mengakselerasi pemulihan ekonomi terdampak pandemi Covid-19.
Indonesia mendapat kehormatan besar ketika ditunjuk menjadi presidensi G20 pada tahun 2022, karena baru pertama kali negara berkembang dipercaya menjadi penyelenggara. Kepercayaan ini dibayar dengan persiapan acara yang sangat matang, mulai dari persiapan infrastruktur, protokol kesehatan (karena memang masih pandemi), sistem bubble, jaringan internet 5G, dll.
Dalam KTT G20 tahun ini tema besarnya adalah: recover together, recover stronger, dan recoverynya termasuk di bidang ekonomi. Penyebabnya karena pandemi terjadi secara global, sehingga ambruknya ekonomi juga terjadi di banyak negara lain di dunia. KTT G20 memang menjadi ajang untuk membicarakan bagaimana bisa survive di tengah pandemi.
Sebelum KTT dimulai di Bali, sudah diawali dengan Finance track meeting di Jakarta, yang merupakan pertemuan di bidang fiskal, moneter, perpajakan, dan keuangan. Sehingga akan ada sharing dan diskusi mengenai hal finansial, dan tiap negara bisa mengevaluasi bagaimana cara mengatasi masalah keuangan mereka, lalu mencontoh langkah-langkah yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia.
Setelah pertemuan finance track maka akan terjadi beberapa kesepakatan, terutama di bidang investasi. Para anggota G20 tentu akan tertarik untuk menanamkan modal di Indonesia karena mereka melihat sendiri bahwa di sini sangat potensial untuk jadi investasi, karena punya sumber daya alam yang melimpah, sumber daya manusia yang potensial, dan infrastruktur yang mendukung.
Selain itu, akan ada pemulihan ekonomi karena saat tamu delegasi G20 datang, akan menambah devisa negara. Bayangkan saja, anggota G20 ada 20 negara dan mereka juga membawa staffnya, sehingga tamunya bisa lebih dari 100 orang. Mereka tentu butuh transportasi yang memadai, sehingga akan meningkatkan pemesanan sewa mobil dan bus ke pengusaha transportasi.
Para pengusaha perhotelan juga kecipratan rezeki karena para delegasi G20 juga butuh tempat menginap yang tidak hanya eksklusif, tetapi juga higienis dan mematuhi protokol kesehatan. Mereka akan merasa aman karena di hotel tersebut semuanya memakai masker dan mengurangi kerumunan, karena ada pengurangan kapasitas maksimal (hanya 50%). Tujuannya selain untuk kenyamanan, juga keamanan, karena meminimalisir penularan corona.
Protokol kesehatan memang dijaga sekali agar KTT G20 sukses dan itu menjadi keuntungan juga bagi pengusaha katering. Mereka mendapatkan pesanan aneka hidangan untuk delegasi negara anggota G20, yang tidak hanya enak tetapi juga bergizi dan higienis. Saat pandemi tentu ada penyesuaian, misalnya saat sesi coffee break dijaga agar tidak menimbulkan kerumunan.
Untuk mengurangi kerumunan maka dibuatlah sistem bubble yang terbukti berhasil diaplikasikan saat PON XX Papua dan balapan di sirkuit Mandalika, NTB. Dengan sistem bubble maka pergerakan para delegasi G20 dibatasi pada titik-titik tertentu dan pertemuan mereka dibuat dengan sistem kelompok kecil. Jika terpaksa, maka akan dibuat sistem hybird alias 50% online dan sisanya offline.
Selain itu, untuk mendukung sistem bubble, maka wajib ada tes swab tiap hari, bagi tiap delegasi anggota G20. Hal ini untuk meminimalisir penularan corona. Jika ada tes swab maka yang ketiban untung adalah pengusaha yang punya laboratorium, karena mereka bisa mengutus tenaga kesehatannya untuk mengetes para delegasi.
KTT G20 benar-benar membawa berkah bagi Indonesia, karena tidak hanya menjadi promosi gratis bagi pariwisata dan investasi, melainkan juga memberi keuntungan bagi para pengusaha. Mereka yang berkecimpung di bidang kuliner, transportasi, dan hospitality, akan mendapat pesanan dari panitia, untuk menjamu para delegasi G20.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute