Oleh : Deka Prawira
Editor : Ida Bastian
Presiden RI Joko Widodo terus mengupayakan perdamaian antara Rusia dan Ukraina. Komitmen tersebut tercermin dari upaya Pemerintah yang terus menghubungi Presiden Rusia maupun Presiden Ukraina untuk menghentikan perang serta menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali.
Indonesia mencatat rekor sebagai negara berkembang pertama yang dipercaya jadi presidensi G20, yang artinya tahun 2022 ini forum tersebut diselenggarakan di negeri ini. Pertemuan inti G20 diadakan di Bali dan sudah diawali dengan beberapa pre-meeting yang diadakan di Jakarta dan Likupang, Sulawesi Utara.
Pada acara inti G20 akan datang delegasi dari negara-negara anggota G20, seperti Saudi Arabia, Jerman, Italia, Turki, dan juga Rusia. Presiden Jokowi juga mengundang Ukraina walau negara itu tidak menjadi anggota G20, karena merupakan hak prerogatif dari presidensi.
Dian Triansyah Djani, Co-Sherpa Group of Twenty Indonesia menyatakan bahwa komunikasi dengan Ukraina dan pihak terkait masih terus dilakukan. Hal itu demi mencari solusi ekonomi atas dampak perang pada ekonomi global. Selain berupaya menghadirkan Ukraina, Indonesia juga mengundang Rusia yang masuk dalam negara G20. Semua langkah dilakukan agar KTT G20 dapat memberikan dampak siginifikan bagi masyarakat.
Ketika Ukraina dan Rusia diundang secara bersamaan maka amat mengejutkan karena kedua belah pihak masih berperang. Invasi Rusia ke Ukraina membuat pemerintah Ukraina meradang dan mencari negara lain yang membelanya. Namun di sini Indonesia tidak berada di sisi sang pembela karena menjadi negara yang netral.
Pertemuan antara Vladimir Putin sebagai Presiden Rusia dan Volodymyr Zelensky sebagai Presiden Ukraina amat penting dilakukan di momen KTT G20. Diharap kedua belah pihak akan bertemu dan berdiskusi serta mengutamakan perdamaian. Indonesia siap menjadi juru damai dan mengakhri konflik di antara kedua negara di kawasan Eropa Timur tersebut.
Perdamaian antara Rusia dan Ukraina memang harus dilakukan karena peperangan selalu membawa banyak kerugian. Selain menyengsarakan rakyat, invasi Rusia juga mengakibatkan naiknya harga minyak dunia menjadi 130 dollar per barrel. Padahal jika harga minyak dunia naik, maka otomatis harga BBM dan minyak goreng juga naik. Keadaan ini terjadi secara global dan bisa mengakibatkan krisis ekonomi massal.
Selain itu, jika konflik antara Rusia dan Ukraina tidak segera dihentikan maka dikhawatirkan akan terbentuk 2 blok, yang membela Rusia dan pihak lain membela Ukraina. Aliansi politik ini bisa menyebabkan perang dunia ketiga dan hal ini sangat ditakutkan oleh banyak orang. Penyebabnya karena jika ada perang maka perekonomian bisa runtuh, juga amat berbahaya karena ada serangan rudal dan bahan kimia berbahaya.
Presiden Jokowi juga telah menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin. Dalam percakapan tersebut, Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa keduanya bertukar pandangan mengenai situasi di Ukraina. Beliau berpendapat bahwa perang harus diakhiri dan negosiasi damai harus diberi ruang. Presiden Jokowi juga mengingatkan Putin tentang pentingnya kerja sama G20.
Sebagai anggota G20, memang seharusnya Rusia menghadiri pertemuan tersebut, karena penting sekali dalam pergaulan internasional. Putin memang belum menyatakan bahwa ia akan datang atau tidak, tetapi melihat sikapnya yang menyambut baik ajakan Presiden Jokowi, bisa jadi ia mempertimbangkan untuk datang. Semoga ia benar-benar datang dan mau beraudensi dengan Presiden Ukraina dan mengadakan perdamaian di momen KTT G20.
Komitmen Pemerintah untuk menghadirkan Ukraina dan Rusia dalam KTT G20 patut mendapat apresiasi. Dengan adanya langkah pro aktif Indonesia, maka perdamaian dunia diharapkan dapat segera diwujudkan.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute