Oleh : Rebecca Marian
Editor: Ida Bastian
Por talindonews.com -Teror yang terus dilakukan oleh KST Papua ternyata sampai menyebabkan trauma yang mendalam kepada benak masyarakat dan warga sipil di Bumi Cenderawasih. Maka dari itu, para aparat keamanan langsung bersiap siaga untuk meningkatkan penjagaan di wilayah terkait dan bahkan melaksanakan sejumlah kegiatan bertajuk trauma healing kepada warga.
Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua memang sudah sejak lama, bahkan hingga saat ini terus saja melakukan berbagai macam jenis teror yang mengancam keselamatan warga sipil yang sama sekali tidak bersalah. Baru-baru ini, teror dilakukan kepada Pesawat Pilatus Porter Susi Air yang dilaporkan telah dibakar oleh KST Papua sesaat setelah melakukan landing di Bandara Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan pada Selasa tanggal 7 Februari 2023.
Diketahui bahwa pesawat Pilatus Porter Susi Air dengan Nomor Penerbangan SI 9386 tersebut sebenarnya memiliki tujuan dari Timika ke Paro kemudian kembali ke Timika. Namun ternyata sesaat setelah landing di Paro, pesawat tersebut sempat mengalami hilang kontak dan sama sekali tidak bisa dihubungi.
Mengenai hal tersebut, Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Ignatius Benny Ady Prabowo dalam keterangannya pada hari Selasa, 7 Februari 2023 lalu menyampaikan terkait kronologis pesawat Pilatus Porter Susi Air di Bandara Paro itu. Dirinya menyebutkan bahwa memang pesawat tersebut mengalami hilang kontak setelah melakukan pendaratan atau landing di Paro.
Padahal seharusnya, sebagaimana keterangan dari pihak Maskapai Susi Air sendiri, seharusnya pesawat tersebut sudah kembali ke Bandara Mozes Kilangin di Kabupaten Mimika pada pukul 07:40 Waktu Indonesia bagian Timut (WIT), namun ternyata pesawat tidak kunjung kembali ke bandara hingga waktu yang telah ditentukan.
Lebih lanjut, Kombes Pol Ignatius Benny Ady Prabowo menambahkan bahwa Pesawat Pilatus Porter Susi Air tersebut memang telah ditahan oleh Kelompok Separatis dan Teroris (KST) di Nduga Papua yang merupakan kelompok pimpinan Egianus Kogoya. Bahkan dilaporkan pula bahwa pesawat naas tersebut sempat terlihat mengeluarkan kepulan asap tebal di Bandara Paro.
Akibat dari sejumlah aksi teror yang terus dilakukan oleh KST Papua, mulai dari aksi penembakan hingga pembakaran tersebut tentunya kemudian memicu adanya ketakutan yang luar biasa di kalangan masyarakat Bumi Cenderawasih sendiri. Bahkan, akibat rasa takut yang dimiliki oleh warga setempat, membuat personel Tentara Nasional Indonesia (TNI) langsung melaksanakan trauma healing untuk menenangkan warga.
Kegiatan trauma healing yang dilakukan oleh personel TNI dan dipimpin langsung oleh Pabung Kodim 1715/Yahukimo, Mayor Arh Soni BS Simanjuntak tersebut disambut dengan sangat baik oleh seluruh masyarakat. Dirinya menyatakan bahwa dia berada di sana memang ditugaskan untuk melakukan penjagaan akan keamanan masyarakat.
Tentunya penjagaan akan keamanan masyarakat sangat penting untuk terus dijaga dan dipastikan lantaran beberapa waktu lalu telah terjadi gangguan keamanan, yakni teror yang terus dilakukan oleh KST Papua sehingga bahkan menimbulkan ketakutan bagi masyarakat di Bumi Cenderawasih sendiri.
Untuk itu, para aparat keamanan, menurut Mayor Arh Soni BS Simanjuntak memiliki komitmen sangat kuat dan bersama-sama dengan pihak Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) untuk terus menjaga wilayah tersebut dan akan menjaga anak-anak yang berada di sana untuk bisa bersekolah lagi.
Lebih lanjut, Pabung Kodim 1715/Yahukimo tersebut berpesan kepada seluruh masyarakat untuk dapat melakukan pelaporan kepada pihak aparat keamanan yang terdiri dari personel gabungan antara TNI dan Polri apabila mereka melihat kelompok-kelompok penyebar teror itu.
Bahkan, dirinya berpesan, apabila memang masyarakat sedang mengetahui bahwa ada orang yang mencurigakan bisa segera dilaporkan. Tentunya apabila masyarakat turut aktif untuk menjaga keamanan di lingkungannya dengan melakukan pelaporan, maka hal tersebut menjadi upaya untuk bisa meminimalisasi adanya gangguan yang bisa saja kembali terjadi ke depannya. Maka dari itu, menurutnya para generasi muda harus giat dan terus belajar serta jangan sampai ikut terjerumus seperti kelompok KST tersebut.
Dalam kegiatan trauma healing itu, Komandan Koramil 1715-01/Oksibil, Kapten Cba Dwi Wawan H menyampaikan bahwa saat ini memang para aparat keamanan dari personel gabungan yang terdiri dari TNI dan Polri memang terus melaksanakan patroli dengan membawa senjata.
Dengan adanya patroli yang dilakukan oleh para aparat beserta senjata tersebut, dirinya kemudian berharap kepada seluruh masyarakat untuk tidak merasa ketakutan karena memang patroli tersebut bertujuan untuk terus menjaga masyarakat Bumi Cenderawasih sendiri dari ancaman dan gangguan KST Papua.
Tidak bisa dipungkiri bahwa terdapat rasa trauma yang cukup mendalam dialami oleh masyarakat Papua lantaran hal tersebut dikarenakan dari perasaan ketakutan yang mereka rasakan. Bagaimana tidak, sebab, teror terus saja dilakukan oleh KST Papua di wilayah tersebut dan sampai kini masih saja tidak kunjung berhenti.
Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta