Oleh : Zainudin Zidan
Editor : Ida Bastian
Masyarakat khususnya generasi muda memiliki peran vital dalam menangkal radikalisme. Kaum milenial memiliki semangat kuat dan kreativitas sehingga pemikirannya efektif untuk meredam penyebaran paham terlarang tersebut.
Kelompok radikal mencari mangsa-mangsa baru yang akan dijadikan kader agar ada regenerasi, dan mereka sengaja ingin menggaet generasi muda agar masuk dan dibaiat. Penyebabnya karena anak muda sedang mencari jati diri dan bisa dipengaruhi, dengan akal bulus mereka. Akan tetapi ada juga teman seangkatannya yang sudah paham akan bahaya radikalisme dan ingin mencegah perluasannya di Indonesia.
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara yang terdiri dari beberapa elemen kampus menyatakan kewaspadaannya terhadap radikalisme dan intoleransi. Para mahasiswa berupaya agar radikalisme tidak masuk ke dalam universitas. Caranya dengan mengadakan pengawasan yang lebih ketat.
Dalam artian, saat ini radikalisme sudah menyusup masuk ke dalam perguruan tinggi, biasanya melalui unit kegiatan mahasiswa. Jika ada satu saja mahasiswa yang mencurigai kegiatan aneh dan melapor ke BEM maka akan dilakukan penyelidikan dan jika terbukti akan terbongkar modus dari kelompok radikal.
Pengawasan seperti ini sangat penting karena kelompok radikal menyusup dengan sangat halus. Jika ia ditolak di kampus A maka akan masuk ke kampus C dan sebagainya. Modusnya pun bermacam-macam, mulai dari seminar motivasi, mendekati ke mahasiswa secara personal dengan meminjamkan buku, dll. Ujung-ujungnya mereka dirayu agar mau dibaiat dan ini sudah dalam level berbahaya, oleh karena itu harus dicegah dengan pengawasan ketat.
Selain dengan pengawasan, pencegahan radikalisme juga dilakukan dengan mengadakan seminar anti radikalisme, terorisme, dan intoleransi. Acara ini diadakan tak hanya untuk mahasiswa baru alias saat masa pengenalan kampus saja, tetapi juga diadakan untuk mahasiswa di angkatan atasnya.
Dengan seminar anti radikalisme maka para mahasiswa akan paham apa saja bahaya radikalisme. Saat ini kelompok radikal dan teroris benar-benar ada dan bukan sekadar berita di surat kabar. Mereka akan paham bahwa kelompok radikal memang mengincar mahasiswa karena sebagai generasi muda, menjadi calon pemimpin bangsa. Sehingga jika anak muda sudah teracuni radikalisme maka bisa jadi pemimpin yang radikal.
Mahasiswa wajib memahami bahwa misi dari kelompok radikal adalah membentu negara khalifah. Jika mereka sudah teracuni radikalisme atau ada temannya yang direktur oleh kelompok radikal, maka berbahaya karena di masa depan ia bisa berapi-api agar meraih jabatan tinggi dan membuat kekhalifahan. Padahal paham itu sangat tidak cocok bagi masyarakat Indonesia yang majemuk.
Cara lain untuk mencegah radikalisme di kalangan mahasiswa adalah dengan membuat pagelaran Duta anti radikalisme. Acara ini bukan seperti pemilihan model tetapi mencari anak-anak muda yang serius ingin membela bangsa melalui pencegahan radikalisme. Jika sudah ada duta tersebut maka ia akan sering mengingatkan akan bahaya radikalisme dan intoleransi melalui media sosial, sehingga makin banyak yang sadar akan bahayanya.
Pencegahan-pencegahan seperti ini penting karena jangan sampai anak-anak muda menjadi anggota kelompok radikal. Seharusnya mahasiswa belajar dengan rajin dan berorganisasi di kampus. Bukannya malah larut dalam radikalisme dan akhirnya nekat berjihad dengan cara jadi bom pengantin. Seharusnya mereka punya masa depan yang cerah, bukannya dicuci otak dan jadi korban kelompok radikal dan teroris.
Para mahasiswa bisa jadi agen pencegah radikalisme yang sangat jitu karena memiliki semangat tinggi dan kreativitas, agar paham ini tidak menyebar ke seluruh Indonesia. Radikalisme amat berbahaya dan bisa menghancurkan bangsa. Oleh karena itu para mahasiswa berusaha keras agar radikalisme tidak meracuni pikiran kaum muda.
)* Penulis adalah kontributor Nusa Bangsa Institute