Oleh : Lukman Keenan Adar
Editor: Ida Bastian
Portalindonews.com – Densus (Detasemen Khusus) 88 menangkap seorang terduga teroris di kawasan Bekasi. Masyarakat mengapresiasi tindakan tersebut, dalam rangka memberantas terorisme di Indonesia. Radikalisme dan terorisme sangat berbahaya karena bisa menghancurkan bangsa, oleh karena itu masyarakat mendukung penangkapan teroris.
Pemerintah terus memberantas terorisme di Indonesia. Terlebih jelang pelaksanaan Pemilu dan Pilkada serentak 2024. Terorisme wajib diberantas agar tidak ada kelompok teroris yang melakukan pengeboman dan penyerangan, maupun penyebaran hoaks dan propaganda di dunia maya.
Baru-baru ini, Densus 88 menangkap, seorang pegawai KAI berinisial DE, di daerah Bekasi. Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri, Kombes Aswin Siregar, menyatakan bahwa DE dicokok karena ia aktif menyebarkan propaganda seruan untuk jihad melalui media sosial. Ia menyebarkan seruan tersebut secara private dengan menggunakan timer.
Saat ini Densus 88 masih melakukan pendalaman terhadap DE, termasuk mendalami siapa saja penerima pesan-pesan itu. Dalam penangkapan tersebut belasan senjata api pabrikan dan rakitan serta ribuan butir amunisi disita dari rumah DE.
Aswin Siregar melanjutkan, semangat DE untuk melakukan amaliyah semakin tinggi setelah berbaiat kepada amir ISIS pada 2014. DE disebut telah mengunggah poster baiat kepada pemimpin ISIS, Abu Al Husain Al Husaini Al Quraysi. Poster itu ditulis dalam bahasa Indonesia dan Arab.
DE juga diduga terlibat dalam penggalangan dana. Dia diduga merupakan admin dan pembuat beberapa kanal Telegram Arsip Film Dokumenter dan Breaking News yang merupakan kanal update teror global yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
Saat ada penangkapan anggota teroris maka diapresiasi oleh masyarakat. Mereka mendukung penangkapan tersebut karena ingin agar Indonesia aman. Jangan sampai kondisivitas negara terganggu gara-gara serangan teroris, baik berupa pengeboman maupun penyebaran propaganda di sosial media.
Masyarakat mengecam DE karena ia adalah pegawai KAI yang notabene seorang pegawai BUMN. Seharusnya DE taat aturan dan setia pada negara. Namun dengan menjadi anggota teroris dan berhubungan dengan jaringan ISIS maka sama saja menjadi penghianat negara. Oleh karena itu masyarakat mendukung pengusutan kasus terorisme ini, agar DE bisa dibawa ke pengadilan.
Sementara itu, EVP of Corporate Secretary KAI Raden Agus Dwinanto Budiadji mengatakan pihaknya siap bekerja sama dengan Polri untuk mengusut tuntas kasus ini. Agus mengatakan manajemen KAI akan menindak secara tegas karyawannya jika terbukti terlibat dalam kasus terorisme.
KAI berkomitmen untuk turut memberantas kejahatan terorisme di lingkungan perusahaan dengan terus mengingatkan seluruh jajaran mengenai integritas dan nasionalisme, serta melakukan peningkatan pengawasan oleh fungsi terkait.
Dalam artian, KAI akan menindak dan memberi sanksi tegas jika ada karyawannya yang menjadi anggota atau simpatisan dari kelompok teroris. Jangan sampai ada oknum karyawan lain yang ikut-ikutan dibaiat ISIS atau menjadi anggota kelompok teroris di Indonesia. Dengan sanksi tegas, diharapkan akan menjadi efek jera.
Masyarakat mendukung penuh penangkapan para teroris dan berharap ada lebih banyak lagi anggota teroris yang tertangkap. Bukan hanya kroconya saja tetapi juga para pemimpinnya, yang memiliki peran penting. Terutama bagi anggota teroris yang menghimpun dana dari masyarakat untuk mendukung kegiatan terorisme.
Penangkapan terhadap teroris adalah usaha untuk memberantas terorisme agar jumlah mereka berkurang, juga untuk menguak jaringannya. Pasalnya, jaringan teroris di negeri ini sudah masuk ke link internasional sehingga berbahaya, karena bisa mendapat pasokan senjata api ilegal dan bahan-bahan untuk serangan pengeboman. Jika teroris berkurang maka Indonesia lebih aman.
Masyarakat agar mewaspadai aksi terorisme yang dilakukan oleh DE di dunia maya. Saat ini kelompok teroris telah memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk perekrutan dan pengkaderan. Dari channel Telegram serta grup Facebook, sengaja didesain agar anak muda mau bergabung demi alasan hijrah. Padahal modus di baliknya adalah perekrutan anggota teroris yang memiliki jaringan dengan ISIS.
Mengapa terorisme masuk ke media sosial? Dalam dunia psikologi, dijelaskan efek mengapa pengaruh suatu doktrin bisa dengan mudah masuk via media sosial. Saat manusia membuka FB atau Telegram, otaknya dalam anggota rileks, sehingga relatif mudah dipengaruhi.
Oleh karena itu masyarakat dihimbau untuk berhati-hati saat bergaul di media sosial. Jangan sampai salah pergaulan dan akhirnya tertipu oleh rayuan kelompok teroris dan dicuci otaknya. Pastikan mereka memiliki literasi berinternet dan tidak mudah termakan oleh berita hoaks dan propaganda, yang sengaja dibuat oleh kelompok teroris.
Penangkapan anggota teroris di Bekasi sangat mengejutkan. Namun masyarakat paham karena ia sudah diincar sejak lama oleh Densus 88. Masyarakat mendukung penuh penangkapan anggota teroris agar ada pemberantasan terorisme dan radikalisme di Indonesia. Jelang Pemilu 2024 kondusivitas harus dijaga, salah satu caranya dengan menangkap anggota teroris di negeri ini.
Penulis adalah kontributor Persada Institute