Oleh : Moses Waker
Editor : Ida Bastian
Kelompok separatis dan teroris (KST) makin brutal serta meneror rumah ibadah. Penegakan hukum terhadap anggota KST wajib dilakukan agar keamanan di Papua dapat terjaga.
Kondisi Papua belum sepenuhnya damai karena ada ancaman dari KST. Mereka tak hanya menyerang secara verbal tetapi juga dengan perbuatan. Serangannya juga beragam dan makin lama makin parah, karena yang jadi korban bukan hanya warga sipil tetapi juga aparat. KST juga tega merusak rumah warga dan membakar sekolah, dan perbuatan yang sangat tercela ini tentu dibenci oleh masyarakat Papua.
Tak hanya meneror di pemukiman warga, KST juga meneror rumah ibadah. Mereka menyerang sebuah gereja di Kampung Apmisibil, Distrik Akbibab, Kabupaten Pegunungan bintang. Dua orang aparat terluka karena serangan ini, yakni Bripda Vanny Putra Perdana dan Pratu Willy John Bazanes.
Kapolres Pegunungan Bintang AKBP Cahyo Sukarnito menyatakan bahwa kontak tembak sempat terjadi pukul 10:45 WIT, tanggal 1 Mei 2022. KST melakukan penyerangan terhadap 2 personel (aparat) yang sedang melakukan pengamanan di rumah ibadah. Arah tembakan dari samping SMP Okibab mengarah ke gereja.
Serangan KST tentu langsung dicerca masyarakat karena mereka tega menyerang rumah ibadah. Meski tidak ada korban jiwa tetapi serangan KST membuat masyarakat ketakutan sehingga bisa saja kegiatan ibadah yang selanjutnya jadi terganggu. Mereka jadi batal untuk datang ke gereja karena takut akan serangan selanjutnya.
Padahal sebagai umat yang taat, jamaah tentu ingin rutin ke gereja untuk beribadah. Namun KST malah berulah dan mengganggu mereka yang ingin menenangkan diri dan mendekatkan diri pada Tuhannya. KST sungguh keterlaluan karena tega menyerang rumah ibadah dan melanggar hak asasi masyarakat yang ingin beribadah dengan khusyuk di sana.
Ketika menyerang rumah ibadah maka terlihat bahwa KST tidak memiliki rasa welas asih sama sekali karena sangat tega menembak ke arah gereja, dan umat yang berada di dalam adalah orang asli Papua yang merupakan saudara sesukunya sendiri. Mereka yang berada di dalam tentu tak tahu bahwa di luar ada serangan. Lagipula jamaah sedang khusyuk beribadah sehingga tak mendengar ada tembakan.
Apakah KST sudah kesetanan sehingga nekat menyerang rumah ibadah? Sungguh keterlaluan dan tidak berperikemanusiaan! Mereka seakan-akan tidak takut dosa dengan menembaki rumah ibadah dan secara terang-terangan menentang Tuhan. Perbuatan mereka kali ini sangat membuat masyarakat dilanda amarah karena menyerang rumah ibadah yang merupakan rumah Tuhan.
Oleh karena itu penangkapan anggota KST makin digencarkan lagi oleh Satgas Damai Cartenz. Mereka makin intensif dalam melakukan penyisiran, terutama dalam menemukan markas-markas KST. Maklum, markas mereka ada banyak dan sengaja dibuat di tempat tersembunyi seperti di dalam hutan atau perbukitan, sehingga aparat agak kesulitan untuk menemukannya.
Masyarakat yang mengetahui di mana anggota KST juga diminta jadi informan dan langsung melapor ke aparat agar diadakan pencidukan secara cepat. Sebuah informasi, walau hanya via telepon, amat berharga. Penyebabnya karena anggota-anggota KST bisa cepat dibekuk agar mereka tak lagi melakukan penyerangan, baik ke rumah ibadah maupun ke tempat lainnya.
KST yang meneror rumah ibadah sangat dikecam masyarakat karena mereka tega menyerang gereja dan menembak aparat yang sedang menjaga keamanan warga. Masyarakat amat setuju akan penangkapan KST karena memang selama ini mereka sudah meresahkan. Jangan sampai gara-gara KST, umat jadi takut untuk beribadah ke gereja.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Bali