Oleh : Sherina Lokbere
Editor : Ida Bastian
Aparat Keamanan terus meningkatkan pengamanan menjelang HUT Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada 1 Desember. Langkah tersebut dilaksanakan guna mewaspadai dan mengantisipasi aksi keji Kelompok Separatis dan Teroris (KST).
Ketika pertama kali bergabung sebagai provinsi di Indonesia, rakyat Papua (yang dulu bernama Irian Jaya) mengambil suara dalam Pepera (penentuan pendapat rakyat). Hasilnya mereka memilih untuk ikut Indonesia, dan memang menurut hukum internasional, wilayah eks jajahan Belanda di Indonesia otomatis menjadi wilayah nusantara.
Akan tetapi OPM tidak menyetujui hasil Pepera, lalu memilih untuk memberontak hingga saat ini. Padahal Pepera sudah puluhan tahun berlalu dan hasilnya valid, serta diakui oleh hukum nasional dan hukum internasional. Namun OPM tetap ingin memerdekakan diri dan melakukan pemberontakan dengan gerilya.
Menjelang ulang tahun OPM 1 desember adalah hari-hari yang mencekam, karena penduduk takut mereka akan berbuat ulah. Selain ada tradisi turun gunung, bisa saja anggota OPM pongah lalu memaksa warga untuk mengibarkan bendera bintang kejora. Padahal penduduk jelas tidak mau, sehingga berpotensi terjadi konflik di Bumi Cendrawasih.
Wakil Gubernur Akpol Brigjen (Pol) Awi Setiyono menyatakan bahwa ada upaya-upaya pencegahan sejak dini, yang dilakukan oleh Polda Papua, sehingga meminimalisir kerusuhan jelang ulang tahun OPM. Sejak awal november, Polda Papua melakukan berbagai hal, mulai dari penyuluhan, patroli, sampai kegiatan preventif lainnya.
Langkah-langkah ini dilakukan untuk mencegah kerusuhan jelang ulang tahun OPM. Kita tentu tidak ingin ada peristiwa tragis yang berulang, ketika anggota KST melakukan penyerangan ke aparat yang sedang patroli dan 1 anggotanya tertembak, pada oktober lalu di Kiwirok. Selain itu, pada September 2021, KST juge menyerang para Nakes dengan brutal, hingga menimbulkan korban jiwa.
Penyuluhan dilakukan sampai ke daerah-daerah terpencil, tujuannya agar masyarakat selalu waspada akan serangan KST dan OPM. Mereka tentu sudah hafal tanggal berapa ulang tahun OPM, sehingga bisa melakukan tindakan preventif. Saat 1 Desember mereka bisa tetap beraktivitas di luar rumah, hanya saja dihimbau untuk lebih meningkatkan kewaspadaan.
Masyarakat juga menyadari bahaya OPM dan KST, dan mereka sepakat untuk menolak mengibarkan bendera bintang kejora tanggal 1 Desember nanti. Bahkan ada yang rela jadi informan, sehingga bisa mencegah kerusuhan yang terjadi.
Selain itu, anggota Polri lebih intens dalam melakukan patroli jelang 1 Desember. Masyarakat diminta tidak kaget ketika ada aparat yang merazia saat patroli. Tujuannya baik, karena bisa saja ada anggota OPM atau KST yang menyamar, lalu diam-diam membawa senjata tajam atau senjata api di dalam tasnya.
Pasukan akan lebih banyak diterjunkan dalam patroli, 17.000 anggota gabungan dari Polri dan Brimob akan siaga dalam menjaga kondusivitas Papua. Masyarakat diminta untuk bersikap wajar saat ada lebih banyak aparat yang diterjunkan. Semua ini dilakukan demi menjaga perdamaian di Bumi Cendrawasih.
Anggota Polri dan segenap aparat lain mencurahkan waktu, tenaga, dan perhatian, serta fokus, jelang ulang tahun OPM. Keselamatan warga adalah nomor 1, sehingga mereka harus dijauhkan dari potensi penyerangan OPM. Ulang tahun OPM tidak boloeh dirayakan secara brutal, karena mereka adalah organisasi terlarang.
Menjelang ulang tahun OPM 1 Desember nanti, ada banyak tindakan preventif yang dilakukan oleh aparat. Mulai dari penyuluhan hingga razia, semua ini dilakukan anggota Polri, dan lebih serius dalam mencegah kerusuhan di Papua.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Surabaya