Oleh : Hugo Steve Momoribo
Editor: Ida Bastian
Portalindonews.com – Seluruh masyarakat wajib terus mewaspadai berbagai macam pergerakan Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua yang terus saja mengganggu keamanan dan ketertiban di tengah lingkungan masyarakat, terlebih gangguan tersebut menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah.
Bukan hanya masyarakat, aparat keamanan seperti jajaran Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) juga terus meningkatkan upaya antisipasi akan berbagai macam potensi gangguan Kamtibmas selama libur Lebaran 2024 mendatang dari ancaman tindakan separatisme dan terorisme termasuk oleh KST Papua.
Asisten Kapolri Bidang Operasi (Assop), Inspektur Jenderal Polisi (Irjen Pol) Verdianto Iskandar Bitticaca menjelaskan bahwa isu terorisme sedang terus marak belakangan ini. Hal tersebut menyusul adanya aksi teror di gedung konser Moskow, Rusia beberapa waktu lalu.
Dengan adanya kejadian terorisme dan separatisme di Rusia tersebut, bukan tidak mungkin memicu adanya perilaku meniru yang dilakukan oleh segelintir pihak di Indonesia, yang mana hal tersebut juga tidak menutup kemungkinan justru semakin dijadikan momentum terbaik oleh KST Papua semakin menggencarkan banyak aksi biadab mereka.
Karena tidak bisa dipungkiri bahwa memang terkadang ada kejadian di luar negeri yang menjadi role model oleh para pelaku yang berada di Tanah Air. Maka dari itu, hal tersebut terus menjadi sebuah atensi tinggi oleh jajaran aparat keamanan yang tergabung ke dalam misi tugas Operasi Ketupat 2024 untuk antisipasi agar jangan sampai terjadi sebuah letupan aksi terorisme menjelang Idul Fitri mendatang.
KST Papua Terus Ganggu Kamtibmas
KST Papua terus saja menggencarkan banyak sekali macam gangguan keamanan dan ketertiban di tengah masyarakat (kamtibmas) belakangan ini. Seolah mereka sama sekali tidak memedulikan adanya bulan suci Ramadhan ataupun menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah.
Belakangan ini, terdapat aksi gerombolan separatis asal Bumi Cenderawasih tersebut yang melakukan ancaman kepada para pendulang emas di Kampung Wakia sehingga mengakibatkan warga sangat ketakutan sampai mereka ramai-ramai meninggalkan lokasi.
Gangguan lain yang dilakukan oleh KST Papua adalah banyaknya kasus penyerangan kepada berbagai pihak, baik itu kepada aparat keamanan personel Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polri, bahkan juga kepada warga sipil orang asli Papua (OAP) yang sama sekali tidak berdosa.
Termasuk kebiadaban gerombolan teroris itu yang sampai sekarang terus banyak disorot oleh banyak pihak adalah pada kasus penyanderaan Kapten Pilot dari maskapai penerbangan Susi Air berkebangsaan Selandia Baru bernama Philip Mark Mehrtens.
Oleh karena banyak sekali gangguan tiada henti yang terus dilakukan oleh KST Papua, memunculkan murka dari Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang juga Panglima Daerah Militer (Pangdam) XVII/Cenderawasih, Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Izak Pangemanan yang menegaskan bahwa sejatinya sangat mudah bagi aparat keamanan untuk menghancurkan gerombolan tersebut hanya dalam waktu sekejap saja.
Izak Pangemanan mengatakan bahwa pembebasan pilot itu sebenarnya bukanlah merupakan perkara yang sulit dan bisa saja pihaknya menggunakan senjata untuk membebaskan sandera, namun menyadari betapa pentingnya menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM), sehingga menjadikan aparat keamanan terus mengedepankan humanisme serta negosiasi.
Sebenarnya pihak aparat keamanan di Indonesia memiliki kemampuan yang sangat tinggi, sehingga jika misalnya ingin membebaskan pilot Susi Air itu dengan menggunakan kekuatan senjata dan kekuatan pasukan, maka sama sekali tidak sulit karena aparat keamanan sangat mampu melakukan pembebasan sandera KST Papua itu dengan cepat. Pasalnya kekuatan gerombolan separatis dengan aparat sama sekali tidak sebanding.
Aparat Keamanan Gandeng Banyak Pihak Lakukan Antisipasi KST Papua
Aparat keamanan menggandeng berbagai macam pihak untuk melakukan peningkatan antisipasi dari adanya kemungkinan ancaman tindak separatisme dan terorisme termasuk dari KST Papua.
Salah satunya adalah dengan menjalani rapat koordinasi (rakor) yang dipimpin langsung oleh Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Hadi Tjahjanto untuk membahas bagaimana antisipasi serangan teroris dan aksi separatisme di Rusia serta apakah hal itu berdampak pada pergerakan gerombolan separatis dan teroris di Indonesia.
Banyak sekali langkah antisipasi yang telah dipersiapkan oleh berbagai pihak tersebut, termasuk diantaranya adalah Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) maupun dari jajaran Badan Intelijen Negara Republik Indonesia (BIN RI).
Seluruh pihak tersebut terus aktif dalam melakukan berbagai macam langkah antisipasi dan juga melakukan monitoring pada semua jaringan terorisme yang berada di Indonesia, termasuk pula pantauan pada KST Papua.
Sejauh ini, seluruh aparat keamanan berkomitmen penuh untuk benar-benar mampu memberantas seluruh tindak separatisme dan terorisme di Indonesia, yang mana hal tersebut terbukti dengan keberhasilan penangkapan dan pengungkapan sebanyak 143 tersangka teroris yang tersebar di wilayah Indonesia selama tahun 2023 lalu.
Akan tetapi upaya menciptakan kamtibmas yang kondusif tidak akan bisa berjalan dengan optimal jika hanya berasal dari aparat keamanan saja, melainkan sangat penting juga didukung penuh oleh segenap masyarakat di Indonesia dengan mengantisipasi adanya upaya provokasi dan propaganda hoaks dari KST Papua untuk tujuan mengganggu kamtibmas, terlebih menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Mahasiswa Papua Tinggal di Yogyakarta