Memperkokoh God Consciousness dan Social Consciousness Jelang Akhir Ramadhan

 Oleh:  Dr H.Muhammad Soleh Hapudin, M.Si

Editor: Ida Bastian

Portalindonews.com – Tanpa Terasa Puasa Ramadhan pada tahun 1445 Hijriyah, akan berakhir, dalam kitab klasik Dhurratun Nasihin, Saat ramadhan pergi Musibah besar seakan menimpa umat Nabi Muhammad. Seisi alam menangis karena kepergiannya. Nabi ceritakan hal tersebut, “Ketika datang malam akhir bulan ramadhan, menangis langit dan bumi serta para malaikat sebab ada musibah yang menimpa umat Muhammad. Rasulullah kemudian ditanya, “Musibah apa itu wahai rasul?” Rasulullah menjawab, “Musibah sebab perginya bulan ramadhan. Karena di bulan ramadhan setiap doa terkabul, setiap shadaqah diterima, setiap amal baik dilipatgandakan, dan setiap azab tertolak.” Hal inilah yang kita khawatirkan ketika bulan Ramadhan akan pergi, belum mendapatkan  keutamaan bulan ramadhan yang kita raih

Puasa Ramadhan merupakan undangan Allah SWT bagi manusia yang beriman.  sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 183 “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. 

Apa saja harapan Allah kepada orang-orang beriman yang dissampaikan melalui ayat-ayat puasa (ayatu shiyam).  Bagian pertama yang mengawali ayat di atas berisi instruksi khsusus  kepada orang-orang yang beriman. Kalua kita menganalisis lebih dalam bahwa dalam ayatus shiyam yang ada di dalam Al Quran Surat Al Baqarah 183-187. Al Quran menyebutkan harapan Allah dengan unggkapan “la’alakum tattaqun:, agar kalian bertaqwa (183), la’alakum tasykurun agar kalian bersyukur (185), la’allahum yarsudun, agar mereka dapat bimbingan (186) dan “’a’allahum yattaqun, agar mereka bertaqwa di akhir ayat 184, Al Quran, ‘in kuntum ta’lamun, jika kalian mengetahui

Ketaqwaan yang dinyatakan dalam bentuk amal perbuatan jasmaniah yang dapat disaksikan secara lahiriah merupakan perwujudan keimanan seseorang kepada Allah SWT. Iman yang terdapat di dalam dada diwujudkan dalam bentuk amal perbuatan jasmaniah. Oleh sebab itu, kata taqwa di dalam Al-Qur’an sering dihubungkan dengan kata iman.

Bulan Ramadhan bukan hanya merupakan waktu untuk menahan lapar dan haus, tetapi juga sebagai kesempatan untuk meningkatkan kesadaran diri terhadap hadirnya Allah SWT dalam kehidupan kita (God Consciousness) dan kesadaran sosial terhadap sesama (Social Consciousness). Dalam bulan suci ini, umat Muslim di seluruh dunia berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui puasa, shalat, dan amal kebajikan, sekaligus meningkatkan keterlibatan mereka dalam membantu orang lain dan masyarakat.

God Consciousness, atau kesadaran akan hadirnya Allah, merupakan inti dari ibadah Ramadhan. Puasa adalah bentuk ibadah yang paling nyata dalam mengekspresikan kepatuhan dan ketaatan kepada Allah. Selama bulan Ramadhan, umat Muslim berpuasa dari fajar hingga maghrib, menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang diharamkan. Aktivitas sehari-hari seperti makan dan minum menjadi kesempatan untuk mengingat Allah dan menguatkan ikatan spiritual dengan-Nya. Kesadaran akan hadirnya Allah meningkatkan kepekaan terhadap perilaku dan tindakan kita, mendorong kita untuk berperilaku sesuai dengan ajaran-Nya, serta mengekang diri dari perbuatan yang tidak menyenangkan-Nya.

Di samping God Consciousness, Ramadhan juga memberikan pentingnya bagi Social Consciousness, atau kesadaran sosial terhadap sesama. Bulan Ramadhan mengajarkan nilai-nilai kebaikan, belas kasihan, dan solidaritas. Dalam menjalani puasa, umat Muslim menjadi lebih peka terhadap kesulitan dan penderitaan orang lain, terutama mereka yang kurang beruntung. Inisiatif-inisiatif seperti memberi makanan kepada yang lapar, memberikan bantuan kepada yang membutuhkan, dan berbagi rezeki dengan orang lain menjadi lebih banyak dilakukan selama bulan Ramadhan. Ini adalah wujud dari kesadaran sosial, di mana umat Muslim tidak hanya berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, tetapi juga untuk memperbaiki hubungan mereka dengan sesama manusia.

Lebih dari itu, bulan Ramadhan juga mengajarkan pentingnya kesetaraan dan keadilan sosial. Ketika orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat berpuasa bersama-sama, kesenjangan sosial menjadi lebih terasa. Hal ini mendorong refleksi tentang tanggung jawab sosial kita terhadap sesama manusia, dan mendorong tindakan nyata untuk membantu mereka yang kurang beruntung. Dalam hal ini, Ramadhan tidak hanya menjadi waktu untuk memperkuat hubungan vertikal dengan Tuhan, tetapi juga untuk memperkuat hubungan horizontal dengan sesama manusia.

Secara keseluruhan, God Consciousness dan Social Consciousness merupakan dua aspek penting dalam ibadah Ramadhan. Dalam bulan suci ini, umat Muslim diberikan kesempatan untuk meningkatkan kesadaran diri terhadap Tuhan serta kesadaran sosial terhadap sesama manusia. Melalui puasa, shalat, dan amal kebajikan, umat Muslim tidak hanya berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah, tetapi juga untuk memperbaiki hubungan mereka dengan sesama manusia. Dengan demikian, Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang memperkuat ikatan spiritual dengan Tuhan dan keterlibatan sosial dengan sesama manusia.

Ibadah puasa Ramadan ditujukan untuk membentuk muttaqin (orang bertaqwa). Sedangkan di antara karakter orang bertaqwa ialah sibuk bersegera memburu ampunan Allah ta’aala dan surga seluas langit dan bumi. Allah berfirman: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS Ali Imran ayat 133).6

Setiap Ramadhan datang, kita melihat fenomena nilai-nilai ketakwaan sangat terlihat sekali di bulan ramadhan, karena dibulan yang mulia ini nilai-nilai ketaqwaan itu muncul sangat jelas perubahan nyata, keshalehan meningkat tajam seperti tercermin dalam semangat berinfak, suka membantu orang miskin, begitu juga dengan keshalehan setiap  orang yang tergambar dari banyaknya ibadah, rajin kemesjid, memperbanyak shalat sunnat, membaca Al-quran, suka berzikir dan memberikan nasehat-nasehat tentang keshalehan, pendek kata kesempurnaan kita tampak dengan indah di bulan yang penuh berkah ini,

Puasa Ramadhan menjadi kan manusia yang selalu baik dari hari ke hari, apalagi Puasa telah mengajarkan kita menjadi lebih baik, lebih disiplin dan bertanggung jawab, meningkatkan moralitas, menjadi orang jujur, peduli terhadap sesama itulah ramadhan banyak hal yang diajarkannya kepada kita, tentu kita bersyukur bahwa kita masih diberikan kesempatan untuk menjalankan puasa ramdhan pada Tahun 1445 Hijriyah.

Jika menelaah faidah puasa dalam kitab Maqashid as-Shaum ialah taktsîr al-shadaqât (memperbanyak sedekah). Ketika orang berpuasa merasakan lapar, hal mengingat rasa lapar tersebut yang mendorongnya untuk memberi makan pada orang yang lapar. Sehingga kita memahami rasa lapar dan dahaga puasa dari sudut pandang lain. Jiwa kepekaan sosial kita dilatih dalam bulan Ramadan ini. Perlu keseimbangan kualitas kita sebagai individual dihadapan Allah dengan hakikat kita sebagai mahluk sosial. Jangan sampai mengejar dunia saja dengan melalaikan ukhrawi ataupun sebaliknya.

Dengan kepedulian tersebut, bulan Ramadhan menjadi sarana menciptakan kebahagiaan dengan merajut hubungan vertical (hablumminallah) dan hubungan horizontal (hablumminannas) secara seimbang. Penulis menggunakan istilah God Consciuosness ( kesadaran ketuhanan/ Habluminallah) dan Social Consciuoness ( kesadaran sosial/ hablum minannas)

Membangun hubungan God Consciuosness /hablum minallah yaitu dengan perbanyak dzikir, membaca al-Qur’an, sholat malam, tarawih dan lain sebagainya. Sedangkan membangun Social Consciuosness/ hablum minannas dengan perbanyak sedekah, perbanyak berbuat kebaikan, silahturahim, tidak menggunjing dan lain sebagainya. Kedua hubungan tersebut harus dilakukan dengan seimbang. Puasa dapat menumbuhkan rasa empati kepada orang fakir miskin, sehingga jika memberikan sedekah akan meringankan beban kebutuhannya. Puasa Ramadhan selain ajang meningkatkan keimanan juga meningkat kepedulian. . Selain meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah SWT,  pentingnya beramaliah sosial serta meningkatkan ukhuwah baik ukhuwah Islamiyah, ukhuwah insaniyah, ukhuwah wathaniyah.

Mari di bulan suci ini kita perkuat iman dan takwa kita dan mengejar predikat la’allakum tattaqun. Kita raih pahala berlimpah pada bulan yang penuh potensi untuk berbuat kebaikan. Jadikan momentum bulan suci sebagai peningkatan ketaatan serta keberkahan dan akhirnya memperoleh pengampunan Allah SWT

Semoga Nilai-milai Puasa Ramadan 1445H  telah melekat dalam kehidupan kita, setelah di tarbiyah selama bulan suci Ramadhan terjaga secara berkelanjutan dan berkesinambungan sampai akhir hayat kita , Aamiin.

Penulis adalah: Dosen FKIP Univ Esa Unggul, Ketua DPW FORSILADI Provinsi Banten, Dewan Pakar ICMI Kota, Ketua Komisi Litbang MUI Kota Tangerang, Ketua Bagian Akademik dan Kemahasiswaan LP2KU MUI Kota Tangerang.

About PORTALINDONEWS

Check Also

Di Bawah Kepemimpinan Presiden Prabowo, IKN Jadi Harapan Baru Perekonomian Kalimantan Timur

Portalindonews.com, Jakarta – Kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto menghadirkan harapan baru bagi perekonomian Kalimantan Timur dan …