Refleksi Nilai- nilai dan Hikmah Pelaksanaan Ibadah Haji.

Oleh: Dr H. Muhammad Soleh Hapudin, M.Si

Editor: Ida Bastian

Portalindonews.com – Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syarika lak (Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan kerajaan bagi-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu).

Seperti kita ketahui bahwa calon Jamaah Haji gelombang pertama, dijadwalkan mulai masuk ke asrama haji embarkasi pada 3 Dzulkaidah 1444 H/23 Mei 2023. Sementara jemaah gelombang kedua, masuk asrama mulai 7 Juni 2023. Secara bertahap, mereka diberangkatkan ke Jeddah mulai 19 Zulkaidah 1444/8 Juni 2023. Jamaah asal Provinsi Banten terdiri dari 25 Kloter termasuk kloter gabungan. Kloter Pertama Provinsi Banten sebagai Kloter ketiga Nasional yang berasal dari Kota Tangerang telah dilepas oleh  PJ Gubernur Provinsi Banten, Dr. Al Muktabar dan Kepala Kanwil Kantor kementerian Agama Provinsi Banten , Dr H. Nanang Fatchurahman M.Pd, dan Walikota  Tangerang H. Arief R Wismansyah dan Pejabat lainnya Selasa, 23 Mei 2023, di depan Kantor Pusat Pemerintah Kota Tangerang

Sebagai bagian dari rukun Islam, haji adalah penyempurna kelima ibadah yang terkandung di dalamnya. Seseorang yang melakukan ibadah haji tentunya harus sudah melakukan empat ibadah lainnya yakni syahadat, shalat, zakat, dan puasa. Ibadah haji sebagai penyempurna pun memiliki makna kepatuhan hamba kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Sesungguhnya haji adalah ibadah yang sangat agung, sangat mulia dan tidak semua orang muslim bisa melakukannya. Ibadah haji adalah suatu kewajiban yang banyak orang mengatakan bahwa orang-orang yang berhasil menunaikan ibadah haji maka pada hakikatnya dia dipanggil oleh Allah. Mengapa seperti itu? Hal ini dikarenakan bekal yang Allah sebutkan dalam firman-Nya. Karena tidak jarang orang yang sudah berlimpah harta tetapi tidak diberi kesempatan menunaikan ibadah haji.

Banyak orang yang mampu tetapi tidak sempat. Ada yang sempat tetapi ia tidak mampu. Ada lagi yang sempat dan mampu tetapi tidak sehat. Ada juga yang mampu, sempat dan sehat tetapi harus menunggu 15 tahun lagi. Ada yang mampu, sempat dan sehat tetapi hatinya tidak tergerak untuk berhaji. Allah SWT Berfirman dala Al Quran Surat Al Hajj : 23,

 “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh” (Surat Al-Hajj Ayat 27).

Bahwa ayat tersebut ditujukan kepada Nabi Ibrahim untuk menyeru kepada manusia, untuk menginformasikan perintah haji. Dari ayat tersebut kita semua bisa mengambil pelajaran yang sangat jelas bahwa kaum muslimin dari berbagai penjuru yang jauh mampu melaksanakan ibadah haji dengan berbagai jalan

Haji itu tidak hanya karena masalah biaya tetapi juga karena motivasi dalam diri sendiri dan karena niat, contohnya saja banyak orang yang bisa berhaji walaupun hanya berprofesi sebagai penjahit ataupun pemulung, itu semua berawal dari niat dan motivasi diri. Yakinlah bahwa Allah tidak memanggil orang-orang yang mampu tapi Allah memampukan orang-orang yang terpanggil.

Untuk bisa menjadi yang “terpanggil” niat saja tidak cukup. Harus dengan “niat dan keinginan yang kuat” yang dimanifestasikan dalam tindakan kita.  Berdoa setiap waktu dan mengerahkan segenap tenaga dan usahanya untuk bisa pergi ke Baitullah. Keinginan yang kuat akan menuntun kita ke jalan menuju Baitullah.

Dalam menunaikan ibadah haji, kita memerlukan bekal, baik itu belak lahiriyah maupun bekal batiniyah. Bekal lahiriyah seperti ongkos perjalanan, biaya kehidupan di Mekkah, dan biaya kehidupan bagi keluarga yang ditinggalkan apabila ia memiliki tanggungan. Sedangkan bekal batiniyah itu adalah ketakwaan kepada Allah. Kita harus benar-benar berniat untuk menunaikan ibadah haji sehingga syarat dan rukunnya berhasil kita laksanakan tanpa adanya pelanggaran.

Ibadah haji harus diawali dengan niat. Niat bukan hanya semata-mata merupakan syarat syah dan diterimanya suatu amal ibadah, melainkan juga untaian visi dan motivasi. Sabda Rasullah SAW Banyak amal perbuatan yang berbentuk amal dunia, lalu menjadi amal akhirat karena bagusnya niat (ikhlas) dan banyak pula amal yang berbentuk amal akhirat, kemudian menjadi amal dunia karena buruknya niat (tidak ikhlas)”

Ibadah haji mengandung nilai-nilai historis. Dari sejak mengenakan pakaian ihram yang melambangkan kezuhudan manusia sebagai latihan untuk kembali kepada fitrahnya yang asli, yaitu sehat dan suci-bersih.

Rukun pertama dalam ibadah haji adalah ihram, yakni berniat melaksanakan ihram haji karena Allah semata. Selama dalam ihram haji, jamaah haji wajib menggunakan  pakaian serba putih. Semua atribut keduniaan ditanggalkan.

Pada saat melaksanakan ibadah haji, mayoritas memakai pakaian kain putih polos. Seorang pria memakai kain putih polos, dan wanita memakai gaun putih polos dengan jilbab. Dresscode ibadah haji tersebut ditujukan untuk menutupi perbedaan kekayaan dan status setiap orang.

Tidak ada yang mendapatkan privilege  atau perlakuan istimewa bagi siapapum. Pakaian ihram memiliki makna yang luas dan dalam. Merepresentasikan  sejatinya membebaskan manusia dari sifat sombong dan angkuh yang hanya membawa kerugian dan kesombongan.

Dengan pakaian seragam putih, mereka berkumpul melakukan Wukuf di ‘Arafah pada Tanggal  9, 10 Dzulhijjah. Pada saat wukuf jamaah Haji dianjurkan untuk mengintrospeksi kekurangan diri dan mengingat dan menyesali dosa yg telah diperbuat serta memohon ampunan kepada Allah SWT

Wukuf di ‘Arafah ini memberikan rasa keharuan dan menyadarkan mereka akan yaumul mahsyar, yang ketika itu, manusia diminta untuk mempertanggung jawabkan atas segala yang telah dikerjakannya selama di dunia. Di Padang ‘Arafah itu, manusia insaf dengan sesungguhnya akan betapa kecilnya dia dan betapa agungnya Allah SWT serta dirasakannya bahwa semua manusia sama dan sederajat di sisi Allah, sama-sama berpakaian putih-putih, memuji, berdoa, sambil mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan semesta alam.

Ibadah thawwaf dan sa’i yang dilakukan secara serempak dalam suasana khusyu’ mengesankan keagungan Allah SWT. Bacaan-bacaan yang dikumandangkan mensucikan dan mentauhidkan Allah memberi makna bahwa kaum muslim harus hidup dinamis, senantiasa penuh gerak dan perjuangan, bahkan pengorbanan demi untuk menggapai keridhaan Allah Swt. Thawaf merupakan langkah fisik mengelilingi kabah. Ritual mengelilingi kabah melambangkan sebuah komitmen untuk terus berjalan menyusuri jalan kesuksesan dunia dan akhirat hingga sampai tujuan. Thawaf mengajarkan perjuangan tak kenal menyerah dilandasi keimanan kepada Allah SWT dalam mencapai tujuan.

Peristiwa sa’i mengingatkan manusia akan perlunya hidup sehat disertai usaha sungguh-sungguh dan perjuangan habis-habisan dalam meraih kesehatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan paripurna. Syariat sa’i bermula dari perjuangan Siti Hajar yang berlari bolak balik antara bukit Shafa dan Marwah untuk memcari air untuk anaknya, Ismail yang kehauaan. Ia berlari bolak balik ke bukit Shafa dan Marwa, tetapi tidak juga menemukan air. Meskipun demikian, Siti Hajar tidak berhenti dan menyerah. Akhirnya Allah memberikan pertolongan-Nya. Siti hajar telah lukus ujian. Dan dihentakam kaki Ismail keluarlah air.

Syariat Sa’i yang dilambangkan dengan kisah Siti Hajar memberikan nilai edukasi, upaya Siti Hajar yang tidak kenal menyerah dan putus asa dalam mencari air untuk anaknya melambangkan suatu persisten ( keteguhan/istiqomah). Keteguhan hati disertai dengan niat tulus karena Allah SWT semata.  Jika kita korelasikan kisah Siti Hajar tersebut dengan Psikologi, kita akan temukan Istilah Adversity Quotient (AQ) yakni kecerdasan yang dimiliki seseorang untuk sanggup bertahan  dalam.kesulitan hidup dan saggup pula mengatasinya. Melalui AQ sesorang diukur kemampuannya dalam mengatasi setiap.persoalan hidup untuk tidak berputus asa.

Jika direfleksikan dalam konteks kehidupan yang luas,  artinya setiap upaya yang kita lakukan untuk mewujudkan yang terbaik itu bernilai di sisi Allah SWT. Tidak ada yang sia-sia jika kita melakukannya dengan Ikhlas Karena Allah SWT semata.

Allah SWT berfirman “Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar 39: Ayat 53)

Salah satu Makna Filosofis serta Hikmah dari Ibadah Haji adalah Bagaimana umat bisa Bersatu dalam Keberagaman, Jutaan Jemaah haji di Tanah suci berasal dari negara, Suku, Warna Kulit, Bahasa bahkan Budaya yang berbeda-beda dari seluruh dunia, tapi bisa menyatu dalam satu kalimat Tayyibah, ketika ini dimaknai lebih dalam, maka makna yang terkandung dalam Ibadah Haji akan mempersatukan Bangsa ini

Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dan nilai-nilai ibadah haji tersebut dalam kehidupan kita semua, dan  kita doakan para jamaah haji Indonesia senantiasa Allah berikan kesehatan, kemudahan  dalam pelaksanaan Ibadah haji serta memperoleh haji yang Mabrur. Amiin .

Penulis adalah: Anggota Komisi Pendidikan dan Kaderisasi MUI Kota Tangerang, Ketua Forum Silaturahmi Doktor Indonesia ( FORSILADI), Provinsi Banten, Kepala Litbang Majelis Dai Kebangsaan (MDK)  Kanwil Kementrian Agama Provinsi Banten, Dosen FKIP Univ Esa Unggul Jakarta.

About PORTALINDONEWS

Check Also

Narkoba Ancam Generasi Muda, Pemerintahan Presiden Prabowo Tingkatkan Pengawasan Nasional

Portalindonews.com, Jakarta – Situasi darurat narkoba yang mengancam generasi muda menjadi perhatian serius di bawah …