Catatan: Aris Kuncoro Dan Mawi Chaniago
(Wartawan Senior)
PORTALINDONEWS.COM, SEJUMLAH inovasi digital telah berhasil dihadirkan oleh Ditjen Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri, sehingga bisa mempercepat dan mempermudah layanan kependudukan dan pencatatan sipil.
Tentu saja prestasi ini tak bisa dipisahkan dengan sosok Prof Zudan Arif Fakrulloh, sang Komandan Ditjen Dukcapil Kemendagri.
Prof Zudan, begitu dia akrab disapa, memang banyak melakukan terobosan-terobosan yang luar biasa dalam layanan administrasi kependudukan dan catatan sipil ini.
Menurut catatan penulis, selama 6 tahun terakhir, Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri telah mencetak 3 kali langkah besar atau milestone dalam meningkatkan kualitas layanan administrasi kependudukan di Tanah Air.
Pertama pada 2016, yakni saat Dirjen Dukcapil Prof. Zudan Arif Fakruloh mencanangkan Program Dukcapil BISA sebagai upaya membangun budaya kerja sekaligus motor penggerak semangat kerja Korps Dukcapil di seluruh Indonesia.
Inilah corporate culture-nya Dukcapil.
Tonggak besar kedua dicetak pada 2018 di Batam, Kepulauan Riau dengan mencanangkan Gerakan Indonesia Sadar Adminduk (GISA). Gerakan ini sebagai terobosan untuk membangun ekosistem untuk mewujudkan akurasi data kependudukan
Dengan GISA atau Gerakan Indonesia Sadar Adminduk, Ditjen Dukcapil mendorong setiap penduduk sadar akan pentingnya dokumen kependudukan, kementerian/lembaga sadar pentingnya pemanfaatan data, serta petugas Dukcapil pun sadar melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya.
Selanjutnya milestone ketiga dicanangkan di Makassar pada 2019, yakni Dukcapil Go Digital. Langkah konkret Dukcapil Go Digital adalah menerapkan tanda tangan elektronik (TTE) atau digital signature, mencetak dokumen kependudukan dengan kertas putih dan meninggalkan kertas security. Berkat layanan digital online penduduk pun sudah bisa mencetak secara mandiri dokumen kependudukannya dari mana pun, serta bisa juga dicetak dokumen yang dibutuhkan di Anjungan Dukcapil Mandiri, yang prinsip kerjanya mirip ATM perbankan.
Tiga milestone tersebut juga digunakan sebagai batu lompatan untuk melaksanakan 14 langkah besar Dukcapil yang lebih awal dirumuskannya.
Ke-14 langkah besar Dukcapil tersebut, yaitu:
Ke-1, melakukan layanan terintegrasi minta satu dapat banyak.
Ke-2, rekam cetak KTP tanpa pengantar apa pun cukup membawa fotokopi KK.
Ke-3, perekaman KTP-el di luar domisili tanpa pengantar apa pun cukup bawa KK, masyarakat bisa cetak di mana pun.
Ke-4, SPTJM untuk pembuatan akta lahir, akta mati, kawin dan cerai.
Ke-5, bangun ekosistem data dan dokumen kependudukan.
Ke-6, membuat akta kelahiran secara online.
Ke-7, pemanfaatan data kependudukan untuk semua keperluan.
Ke-8, pindah penduduk tanpa surat pengantar RT/RW cukup datangi Dinas Dukcapil membawa fotokopi KK.
Ke-9, penyajian data kependudukan dengan data GIS.
Ke-10, Dukcapil sudah menerapkan teknologi face recognition.
Ke-11, Dukcapil Go Digital.
Ke-12, mendirikan program Diploma 4 Dukcapil di IPDN dan FH-UNS, dan rencana D4 di Unand Padang, serta program Pasca Sarjana S2 di Unair Surabaya.
Ke-13, melakukan jemput bola untuk memudahkan pelayanan KTP-el untuk pemilih pemula, kelompok rentan adminduk.
Ke-14 pemberian identitas semua usia termasuk kartu identitas anak (KIA).
Sepak terjang dan prestasi Prof Zudan ini, tentu saja tak lepas juga dari motivasi dan arahan dari atasannya langsung, Mendagri Prof Tito Karnavian.
Saat memberikan ceramah tematik kepada lebih dari 800 ASN yang menjalani Diklat di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Jatim, di kampus Jatim Corporate University (Corp-U), belum lama ini, Prof Zudan yang juga Ketua Umum DPP Korpri itu mengakui, apa yang dia lakukan ini adalah menangkap dan melaksanakan arahan Mendagri Prof Tito Karnavian agar para ASN merubah pola pelayanan, kultur pelayanan dan menggunakan teknologi untuk memudahkan pelayanan.
Prof Zudan, kini memang sering diundang sebagai nara sumber atau penceramah, terutama dalam rangka pembinaan dan pemberian motivasi kepada kalangan birokrat atau ASN.
Dalam ceramahnya, di depan sejumlah ASN di Jawa Timur tersebut, Prof Zudan mengajak para ASN untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan era digital saat ini. Hal ini karena ASN tidak bisa lagi menerapkan pola lama dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Sebab, masyarakat terus menuntut pelayanan yang cepat, tepat dan efisien.
Agar bisa memenuhi tuntutan tersebut, ASN harus memiliki inovasi salah satunya dengan membuat program kerja berbasis digital. Inovasi itu harus dilakukan semampunya, apakah berbasis website, appstore, atau layanan hotline berbasis chat whatsapp. Langkah itu pernah dilakukannya di Ditjen Dukcapil Kemendagri sebagai upaya komunikasi negara kepada rakyat.
Tentu tidak mudah, kata Prof Zudan, karena dengan berkomunikasi secara langsung itu kita harus siap mendapat komplain, bulian, kritikan, cacian dan sebagainya. Tapi itu menjadi bahan bagi kita untuk terus berbenah sehingga layanan berbasis whatsapp itu terus kita kembangkan.
Dalam menciptakan inovasi, Prof Zudan juga menekankan pentingnya branding terhadap inovasi. Tujuannya, agar program kerja mereka dapat dimengerti dan dijalankan oleh masyarakat. “Ini bukan berarti pamer kinerja. Namun kita berupaya untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan memanfaatkan teknologi digital,” kata Prof Zudan.
Selain itu ASN juga harus menjadi marketing atas program yang dibuatnya. Hal ini bertujuan agar masyarakat bisa semakin paham dengan program tersebut dan bisa menjalankan aplikasi layanan yang sudah dibuat oleh ASN.
Disini, tambah Zudan, para ASN harus bisa menerapkan programnya, mereka harus menguasai teknologi dengan memanfaatkan medsos untuk mensosialisasikan programnya.
Prof Zudan mengatakan, berbagai layanan yang diberikan secara mudah untuk masyarakat adalah upaya negara memberikan kebahagiaan pada rakyatnya. Karena itu, inovasi hendaknya memiliki semangat memudahkan layanan bagi masyarakat, sehingga mereka bisa merasa bahagia.
Terkait keberhasilan inovasi ASN, Prof Zudan mencontohkan program BPSDM Jatim seperti Webinar ASN Belajar yang dilaksanakan secara berkala setiap pekan.
Zudan mengatakan, inovasi ini menjadi sangat istimewa karena memiliki nilai adaptif terhadap perkembangan teknologi. Manfaat pentingnya adalah ASN dapat belajar setiap pekan tanpa harus hadir di lembaga diklat. Sebab, mereka dapat mengikuti kelas sesuai kebutuhannya secara virtual.
“Saya mendengar peserta yang ikut sampai ribuan setiap sesinya. Itu artinya, ASN kita benar-benar membutuhkan program ini untuk pengembangan kompetensi mereka di era yang begitu kompleks dalam melayani masyarakatnya agar bahagia,” tutur Prof Zudan.
Program ASN Belajar tersebut, lanjut Prof Zudan, diharapkannya tidak hanya dilaksanakan satu pekan sekali. “Kalau melihat antusias ASN tinggi, semestinya program ASN Belajar ini dapat digelar dua kali dalam sepekan. Sehingga ASN tidak pernah ketinggalan informasi yang mereka butuhkan maupun pendidikan dan pelatihan penunjang tugas-tugasnya,” ujar Prof Zudan.
Di sisi lain, agar inovasi itu bisa memberikan manfaat, ASN maupun masyarakat harus memiliki perangkatnya, seperti smartphone maupun perangkat digital lainnya. Program pelayanan digital saat ini memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, seperti layanan pengurusan KTP, akte kenal lahir dan lain sebagainya.
Lebih lanjut Prof Zudan juga meminta agar ASN bekerja sesuai orbitnya. Hal ini agar ASN tidak benturan sebagaimana tata surya tidak pernah bertubrukan karena berjalan sesuai orbitnya.
“Orbit tertinggi adalah pimpinan, jadi ASN harus mengikuti arahan pimpinan dan bekerja sesuai bidang dan tanggung jawabnya. Tidak usah mencela kinerja ASN lainnya, tapi harus selalu berbuat baik,” tandas Prof Zudan saat membekali para ASN dengan penuh semangat.
Menteri Dalam Negeri HM Tito Karnavian juga pernah memuji bahwa Ditjen Dukcapil paling banyak terobosannya, di lingkungan Kemendagri.
“Komponen di Kemendagri banyak sekali terobosan. Dukcapil yang paling banyak terobosannya. Yang membuatnya sekarang semakin transparan, terbuka karena bekerja secara digital. Apalagi sekarang sudah Era Satu Data Indonesia,” tutur Mendagri Tito dalam arahannya pada acara Kemendagri Ber-AKHLAK,
Transformasi Budaya Kerja di Era 4.0 di Hotel Bidakara Jakarta, belum lama ini.
Acara ini dilaksanakan secara hibrid, diikuti oleh seluruh jajaran eselon satu, eselon dua Kementerian Dalam Negeri, serta 5.100 partisipan melalui aplikasi Zoom dan 6.400 viewer melalui live Youtube Channel Kemendagri.
Pada kesempatan ini, Mendagri Tito menyinggung buku “The Third Wave” karya futuris Alvin Tofler yang menyebutkan 3 gelombang peradaban manusia.
Yakni peradaban manusia pertama dimulai dengan berburu, kemudian berevolusi dengan bertani, beternak (agriculture) sehingga muncullah komunitas desa.
Selanjutnya gelombang kedua, perubahan terbesar revolusi industri ditandai dengan ditemukan mesin uap. Dan, sekarang gelombang ketiga ditandai dengan kemajuan teknologi informasi yang mengubah dalam semua urusan.
“Di Dukcapil ditandai dengan ‘Public service in your palm’. Pelayanan publik dalam genggaman,” kata Mendagri Tito.
Menteri Tito mencontohkan, misalnya dengan terobosan Anjungan Dukcapil Mandiri (ADM) layanan administrasi kependudukan (Adminduk) sudah tak ada sentuhan lagi antara pemohon dokumen kependudukan dan petugas.
“Pemohon yang mengurus misalnya akta kelahiran bisa mengurus melalui online. Dengan aplikasi atau pelayanan melalui Whatsapp, surat elektronik,” jelas Mendagri.
Lebih lanjut Mendagri menjelaskan, dulu untuk perpanjangan KTP orang harus kembali dulu ke daerah asal. Misalnya, warga asal Aceh sudah bermukim di Jakarta harus mudik ke Aceh. “Berapa biayanya untuk mengurus perpanjangan KTP? Sekarang KTP-el bisa dicetak di mana saja, yakni cetak KTP luar domisili, ini luar biasa,” puji Mendagri.
“Apalagi, Pak Zudan sudah mengembangkan pelayanan adminduk di luar negeri bekerja sama dengan seluruh kedutaan dan konsulat jenderal Indonesia di seluruh dunia.”
Dulu, kata Mendagri, kalau para diaspora yang sudah bertahun-tahun di luar negeri mau memperpanjang KTP-nya yang sudah mati, mereka harus pulang ke Indonesia.
“Sekarang Dukcapil dan Kemenlu sudah membuat terobosan dengan layanan online PeduliWNI, para WNI di luar negeri tidak perlu pulang ke Indonesia mengeluarkan biaya sekian ribu dolar hanya untuk bikin atau perpanjangan KTP–karena sudah berlaku seumur hidup. Sekarang mereka bisa mengurusnya di Kedubes atau Konjen di negara mereka tinggal.”
Inilah berbagai terobosan Kementerian Dalam Negeri yang dinilai Mendagri Tito Karnavian, sangat penting.
Ditjen Dukcapil di bawah kepemimpinan Prof Zudan, dengan berbagai terobosan yang telah dilakukan, menurut pandangan penulis, bisa dibilang, saat ini merupakan lokomotif dan contoh di lingkungan Kemendagri, bagaimana memberikan layanan kepada masyarakat, secara cepat, sehingga bisa membahagiakan masyarakat.
Citra Kemendagri pun secara umum kini meningkat di mata publik.
Dulu birokrasi di Kemendagri terkesan lamban dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, misalnya dalam pembuatan KTP bisa berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan, kini bisa cuma sehari selesai.
Dan Kemendagri pun kini seperti bangun dari tidur.(Red)