PORTALINDONEWS.COM, Jakarta, 11 Oktober 2022 – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Balai Karantina Pertanian Kelas I Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), terus berupaya memperbaiki kualitas ekspor vanili ke luar negeri, terutama ke Amerika Serikat. Salah satunya melalui dukungan karantina terkait Gratieks atau Gerakan Tiga Kali Ekspor.
Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Mataram Arinaung menjelaskan, Gratieks merupakan program Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL). Dalam program itu, Syahrul meminta kepada seluruh pemangku kepentingan agribisnis untuk melakukan gerakan bersama meningkatkan ekspor pertanian tiga kali lipat. Badan Karantina jadi koordinator.
“Ini tugas yang diberikan Bapak Mentan (Syahrul Yasin Limpo). Tugas itu baru bisa kami lakukan jika ada kerja sama antara instansi, pengusaha, dan petani. Kita harus bersinergi,” kata Arinaung dalam Alinea Forum bertajuk “Menjaga Momentum Eskpor Vanili”, belum lama ini.
Karantina Gratieks, kata Arinaung, baru dilaksanakan di Lombok, NTB. Karena sampai saat ini baru ada ekspor vanili organik dari Lombok.
Arinaung menjelaskan, kolaborasi itu didasarkan pada Permentan Nomor 42 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Peningkatan Investasi dan Ekspor Produk Pertanian. Lewat aturan ini, Badan Karantina Pertanian berkoordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan untuk meningkatkan ekspor.
Kolaborasi dilakukan untuk meningkatkan produksi, pemenuhan standar mutu produk pertanian, menjamin kontinuitas produksi, menjamin akses pasar (pemetaan preferensi pasar, fasilitasi penetrasi pasar, market inteligen), menjamin daya saing penjualan produk (stabilitas harga, efisiensi logistik), dan memperluas akses pasar.
Lewat kerja sama antara instansi, pengusaha, dan petani itu kemudian dilakukan penyelarasan kegiatan antar instansi, pengusaha, dan petani. Yang tidak kalah penting, kata Arinaung, adalah kampanye publik, bimbingan teknis (bimtek), serta monitoring dan evaluasi.
Tim Peningkatan Ekspor
Secara legal, Gubernur NTB Zulkieflimansyah telah membentuk tim peningkatan ekspor. Di tim ekspor ini dibentuk tim-tim kecil sesuai komoditas. Salah satunya tim kecil komoditas vanili. Sejak dibentuk tim itu, jelas Arinaung, ekspor vanili dari NTB melonjak tinggi.
Pada 2020, ekspor vanili kering dari NTB baru 1,4 ton. Volume ekspor naik menjadi 2,4 ton vanili kering pada 2021. Hingga awal Oktober 2022, ekspor vanili kering sudah mencapai 2,5 ton. Diperkirakan, ekspor vanili kering dari NTB pada tahun ini menembus angka 5 ton.
Berdasarkan pengalaman NTB itu, Arinaung menyarankan setiap daerah membentuk tim peningkatan ekspor sesuai komoditas masing-masing. Sejak dibentuk tim peningkatan ekspor, jelas Arinaung, “Sekarang vanili menjadi komoditas yang menyejahterakan petani (setempat).”
Arinaung memaparkan cara tim peningkatan ekspor menggenjot ekspor vanili di NTB. Langkah dimulai dengan sosialisasi Gratieks vanili ke pemerintah daerah, kementerian/lembaga lain, pelaku usaha, petani, dan masyarakat. Lalu, mengidentifikasi eksportir dan memastikan mereka mengikuti persyaratan domestik dan negara tujuan hingga pembeli.
Selain itu, kata Arinaung, memastikan eksportir telah melakukan pembinaan dan bermitra dengan petani vanili. Juga memastikan hasil panen yang diinginkan pasar luar negeri, seperti vanili organik dan nonorganik, sesuai dengan sertifikasi Good Manufacturing Practices (GMP), Good Agriculture Practices (GAP), dan sertifikasi lainnya.
Tak hanya itu, Badan Karantina juga melakukan identifikasi masalah kualitas dan kuantitas hasil panen vanili, menggelar bimbingan teknis penanaman, pemanenan, dan ekspor hingga melakukan dukungan pembiayaan, pengamanan swadaya, serta melakukan monitoring dan evaluasi.
“Saya sarankan petani, pengusaha, eksportir, dan masyarakat untuk mengobrol bersama dengan Badan Karantina di berbagai daerah, termasuk NTB. Agar para masyarakat, pengusaha dengan Badan Karantina seluruh Indonesia bisa berbagi saling membantu,” ujar Arinaung. (Rilis Puspen Kementan)