PORTALINDONEWS.COM, BALI – Ketua MPR RI sekaligus Pembina Perhimpunan Kebun Binatang se-Indonesia (PKBSI) Bambang Soesatyo mengapresiasi keberhasilan Bali Safari Park mengembangbiakan hewan langka Komodo secara alami. Sebanyak 16 ekor anak Komodo menetas tanpa melalui inkubator di Bali Safari Park pada Maret 2022 lalu.
“Bali Safari Park merupakan lembaga konservasi satwa pertama di Bali yang berhasil mengembangbiakkan Komodo secara alami. Saat ini kondisi semua anakan komodo dalam keadan sehat dan aktif. Dua anak Komodo yang ada saya beri nama Dirgha, seperti nama anak bungsu saya dan Alarik, seperti nama cucu sulung saya. Dirgha artinya panjang (dalam ukuran ruang dan waktu), tinggi, luas dan dalam. Dirgha juga berarti memiliki kemauan keras, bakat bisnis dan berwibawa. Cermat dalam urusan kebersihan, dapat dipercaya dan gemar menolong. Sedangkan Alarik dalam bahasa Sansekerta, artinya Pemimpin dari semua. Alarik dalam bahasa Skandinavia, artinya Penguasa semuanya,” ujar Bamsoet saat mengunjungi Bali Safari Park di Bali, Jumat (25/3/22).
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM dan Keamanan ini menjelaskan, Komodo di Bali Safari Park berkembang biak secara alami. Mulai dari kawin, membuat sarang, bertelur di sarang yang dibuat sendiri, hingga telur berhasil menetas tanpa melalui inkubator. Dengan tambahan 16 anak Komodo, saat ini Bali Safari Park tercatat mempunyai 24 Komodo.
“Bali Safari Park memang sengaja merawat dan mengembangbiakan Komodo dengan tujuan konservasi. Saat ini bayi-bayi komodo yang masih berusia kurang dari sebulan ini dirawat oleh tim dokter hewan dari Bali Safari Park. Pemberian makanan dilakukan dua kali dalam satu minggu,” kata Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Keamanan dan Pertahanan KADIN Indonesia ini menambahkan, Komodo merupakan kadal terbesar di dunia yang memiliki habitat asli di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Satwa ini dapat ditemukan di Pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang dan Padar. Lembaga Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) memasukkan Komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Aktifitas vulkanis, gempa bumi, kerusakan habitat dan perburuan gelap menjadi penyebab utama menurunnya populasi Komodo.
“Pemerintah Indonesia telah menetapkan Komodo masuk dalam spesies yang dilindungi. Data Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan total komodo di Indonesia pada 2018 sebanyak 2.897 ekor dan pada 2019 bertambah menjadi 3.022 ekor. Kita berharap Bali Safari Park dan lembaga konservasi satwa lainnya dapat terus mengembangbiakan Komodo agar Komodo terhindar dari kepunahan,” pungkas Bamsoet. (*)