Oleh : Ismail
Editor : Ida Bastian
Masyarakat mendukung keberadaan penceramah moderat yang mampu menyebarkan semangat perdamaian dan moderasi beragama. Dengan semakin banyaknya penceramah moderat, maka penyebaran radikalisme dan intoleransi dapat ditekan.
Para penceramah ada di mana-mana, tak hanya di televisi tetapi juga di sosial media. Keberadaan mereka amat dihormati karena menjadi pembimbing agar menjadi umat yang lebih taat. Acara-acara yang diisi oleh penceramah makin meriah karena ada sesi tanya-jawab yang interaktif.
Dalam memilih acara yang menghadirkan penceramah di dunia nyata maupun di internet maka sebaiknya pilih yang moderat, karena benar-benar fokus berdakwah tanpa mengajak ke perpecahan. Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid menyatakan bahwa kehadiran penceramah dengan isi dakwah moderat di dunia maya efektif menekan radikalisme.
Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid melanjutkan, sebanyak 67,7% konten dakwah di dunia maya berisi radikalisme. Namun setelah new normal dan diiringi dengan protokol kesehatan, mulai banyak penceramah yang moderat dan anti radikalisme, serta toleran. Berkat hadirnya penceramah moderat maka indeks radikalisme menurun drastis, dari 55,2% tahun 2017 jadi hanya 12% pada tahun 2022.
Ketika indeks radikalisme menurun berkat penceramah moderat maka adalah hal yang sangat positif. Pertama, mereka berdakwah di dunia maya yang lebih banyak audience-nya. Kedua, mereka memviralkan moderasi beragama dan masyarakat jadi sadar bahwa dalam beragama tidak boleh terlalu ekstrim baik kanan maupun kiri, karena akan membahayakan diri sendiri.
Hadirnya penceramah moderat membawa angin segar karena mereka berdakwah dengan penuh kedamaian. Penceramah moderat wajib diviralkan video-videonya karena mereka murni memaparkan ajaran agama, tanpa bersikap ekstrim dan radikal. Penceramah tersebut paham bahwa seharusnya umat diajak untuk taat beragama tanpa harus bermusuhan dengan pihak yang memiliki keyakinan lain.
Penceramah agama wajib didukung karena mereka murni mengajarkan ayat-ayat dalam kitab suci dan hadist, tanpa menyinggung pihak tertentu. Agama harus membawa perdamaian, bukan permusuhan. Penceramah tersebut paham bahwa dakwah yang bagus adalah yang sampai ke hati dan membuat jamaah lebih taat dalam beribadah.
Penceramah memilih tema dengan hati-hati, karena tahu bahwa beragama harus membawa persatuan, bukannya memecah-belah. Penceramah moderat juga memahami bahwa Indonesia adalah negara yang pluralis sehingga menghormati adanya perbedaan di masyarakat. Dengan perbedaan maka tidak akan bermusuhan karena semuanya bertoleransi.
Toleransi adalah kunci dari isi ceramah para pemuka agama moderat. Mereka memberi dakwah dengan berisi cerita-cerita nabi dan sahabat yang mempraktikkan toleransi. Misalnya cerita tentang nabi yang menyuapi seorang tua, yang ternyata belum memeluk agama islam. Namun beliau dengan sabar menyuapinya tiap hari.
Masyarakat perlu untuk memviralkan dan mengundang para penceramah moderat karena mereka mengajarkan perdamaian di negeri ini. Jika ada pengajian atau hajatan, maka yang diundang hendaknya penceramah moderat. Pihak Kemenag sudah pernah merilis daftar penceramah moderat dan ada 200 dai yang ada di list tersebut, dan masyarakat bisa melihatnya di situs Kemenag.
Sebaliknya, jangan sembarangan memilih penceramah karena bisa saja ia ternyata anggota kelompok radikal. Cara menyelidikinya adalah dengan melihat akun media sosialnya. Biasanya jika radikal maka terlihat isi statusnya tentang jihad, khilafah, dan lain sebagainya.
Hadirnya penceramah moderat patut disyukuri karena mereka bisa menekan radikalisme di Indonesia. Masyarakat perlu mendukung penceramah ini karena mereka mengajarkan perdamaian dan toleransi. Jangan asal pilih penceramah karena bisa-bisa yang datang adalah tokoh radikal dan teroris, dan membahayakan banyak orang.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute