MIPI Dorong Persatuan Bersama untuk Hadapi Ancaman Resesi

PORTALINDONEWS.COM, Jakarta – Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia (MIPI) mendorong persatuan kementerian/lembaga (K/L) dan masyarakat untuk menghadapi ancaman resesi dunia. Pesan ini MIPI sampaikan dalam webinar bertajuk “Bersatu Hadapi Ancaman Resesi Ekonomi Dunia”, Sabtu (29/10/2022).

Ketua Umum MIPI Bahtiar mengatakan, acara ini penting karena dengan memahami keadaan secara ilmiah dan objektif, maka bisa dilakukan langkah-langkah terukur untuk menghadapi resesi dunia. Menurutnya, resesi yang menjadi tantangan ke depan jangan sampai membuat masyarakat ketakutan. Untuk itu, perlu kerja sama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan warga masyarakat. 

“Oleh karenanya, tema ini sengaja diangkat ‘Bersatu Menghadapi Ancaman’ semuanya harus bersatu karena masalah ekonomi ini bukan hanya masalahnya pemerintah, (tapi juga) masalahnya masyarakat, masalah kita juga sebagai bagian dari warga bangsa untuk mendukung segala upaya pemerintah,” katanya.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Lompo yang hadir sebagai narasumber mengungkapkan, guna menghadapi resesi dirinya mendorong untuk melakukan usaha ketahanan pangan. Ketahanan ini penting dibicarakan saat menghadapi krisis global yang ada. Bicara pangan adalah bicara kepentingan bersama. Semakin kuat pangan suatu bangsa, semakin kokoh bangsa tersebut. 

“Kuncinya adalah mau gak kita sama-sama. Berhenti impor kalau memang masih bisa rakyat nanam,” ujarnya.

Mendukung apa yang disampaikan Limpo, Sekretaris Utama Badan Pangan Nasional (Bapanas) Sarwo Edhy menyampaikan, Bapanas mencoba untuk bersama-sama dengan berbagai stakeholder menjaga tingkat inflasi, jangan sampai tumbuhnya melebihi pertumbuhan ekonomi. Ketika terjadi resesi ekonomi atau krisis pangan, maka semua negara akan berlomba mencari cadangan pangan. Kunci dari Bapanas dalam menjaga inflasi tersebut adalah dengan menjaga cadangan pangan.

Sebagaimana data yang diungkap Sarwo Edhy dalam paparannya, tingkat inflasi Indonesia pada September 2022 sebesar 5,95 persen (YoY), meningkat 1,26 persen dibandingkan bulan Agustus 2022. Faktor utama yang mempengaruhi adalah kenaikan inflasi pada sektor transportasi (16,01 persen vs 6,62 persen pada Agustus 2022) dan pangan (7,91 persen vs 7,73 persen pada Agustus 2022). Indonesia tidak menaikkan suku bunga seperti negara lain. Inflasi dikendalikan dengan usaha ekstra pada hal-hal detail seperti subsidi ongkos pangan. 

“Penyebab resesi ekonomi itu ada dua hal, pertama, pertumbuhan ekonomi yang negatif, kemudian tingginya inflasi. Ini yang memacu terjadinya resesi atau krisis pangan. Sehingga beberapa kali Presiden menyebutkan bahwa sudah terdapat lebih kurang 68 negara yang terancam kekurangan pangan,” katanya.

Di sisi lain, Analis Badan Pusat Statistik (BPS) Edy Mahmud menyampaikan, kondisi global mempengaruhi kondisi domestik, khususnya di bidang ekonomi. Kepekaan tiap negara terhadap kondisi global berbeda-beda. Bisa saja global resesi, tetapi nasional bisa kuat atau resisten terhadap resesi.

“Tidak mudah kemudian kita mendefinisikan bahwa kondisi negara kita sedang resesi atau tidak. Sebagai gambaran barangkali kami menyampaikan untuk di tahun 2022, secara umum itu, kita masih ada beberapa tekanan secara ekonomi global,” terangnya.

Dalam menghadapi keadaan tersebut, pihaknya siap mendukung kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dan bekerja sama dengan stakeholder terkait.

MIPI

About Adi Jakarta PortalindoNews

Check Also

Mendukung Transformasi Pendidikan di Papua Demi Pemerataan Akses dan Kualitas

Oleh : Ronald Owens  Editor: Ida Bastian  Portalindonews.com – Papua, sebagai salah satu provinsi terluar …