Oleh : Angga Gumilar
Editor : Ida Bastian
Vaksinasi Covid-19 terbukti efektif melindungi tubuh dari penularan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Dengan mengikuti vaksinasi dosis lengkap maupun booster, efek buruk Covid-19 dapat ditekan dan masyarakat memiliki imunitas kuat dalam beraktivitas.
Terdapat sebuah kabar mengenai update persebaran Covid-19 di Indonesia. Setelah sebelumnya sempat turun dan melandai, namun belakangan kasus Covid-19 kembali menyebar. Hal tersebut dikarenakan adanya subvarian Omicron yakni BA.4 dan BA.5. Meski mulai ada peningkatan kasus, namun nyatanya para pakar menyatakan bahwa vaksin Covid-19 masih sangat efektif untuk memberikan perlindungan kepada manusia meski harus berhadapan dengan varian baru tersebut.
Dalam konferensi pers, Juru Bicara Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito memberikan penjelasan bahwa para pakar di Eropa sepakat bahwa orang yang sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19 memiliki risiko lebih rendah untuk bisa tertular varian BA.4 dan BA.5 ini. Selain itu, apabila terjadi penularan, ketika seseorang sudah menerima vaksinasi maka dirinya akan terlindungi dari keparahan sakit bahkan mencegah risiko terburuk yakni kematian.
Menurut Prof Wiku meski terdapat sebuah dugaan sementara yang menyatakan bahwa subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 memiliki karakter yang mudah sekali dan cepat untuk menular. Namun varian baru ini sama sekali tidak menimbulkan indikasi gejala yang lebih parah apabila dibandingkan dengan varian lain, utamanya Delta.
Varian baru virus Covid-19 ini memang merupakan hal yang akan sangat sulit untuk dihindari kemunculannya karena sifatnya yang terus bermutasi. Prof Wiku juga mengimbau bahwa seluruh masyarakat bisa mencegahnya dengan terus mematuhi protokol kesehatan yang ketat, melakukan vaksinasi bagi yang belum lengkap dosisnya serta terus berupaya untuk menerapkan gaya hidup bersih serta sehat.
Menanggapi seruan untuk menjaga protokol kesehatan dan melakukan vaksinasi secara lengkap tersebut, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. Zubairi Djoerban sangat setuju akan yang disampaikan oleh Prof Wiku. Bahkan menurutnya protokol kesehatan harus kembali lagi digalakkan ke seluruh masyarakat supaya benar-benar mampu menekan risiko penularan.
Tidak bisa dipungkiri lagi, dirinya juga menyadari kalau terdapat sebagian masyarakat yang sudah mulai lelah karena harus terus berkutat dengan pandemi Covid-19 yang tak kunjung berakhir. Namun memang mematuhi protokol kesehatan secara ketat merupakan hal yang sangat krusial.
Ketua Umum Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia, Iris Rengganis mengatakan dengan menerapkan protokol kesehatan, gaya hidup bersih dan sehat, serta kelengkapan dosis vaksinasi hingga booster, maka masyarakat akan mampu terlindungi meski tidak sempurna karena juga masih ada risiko paparan meskipun kecil.
Lebih lanjut, Iris Rengganis menjelaskan bahwa efektivitas dari pemberian vaksin perlahan akan menurun apabila virus terus melakukan mutasi dengan memunculkan varian-varian barunya, yang mana hal tersebut sama sekali tidak bisa dihindari. Namun sama sekali bukan berarti seolah vaksin tidak memberikan perlindungan untuk manusia.
Sementara data yang diambil pada hari Selasa tanggal 14 Juni 2022 lalu, tercatat oleh Kementerian Kesehatan bahwa sudah ada 20 kasus orang teridentifikasi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengaku bahwa lajur kasus terus bertambah dari yang sebelumnya hanya 8 kasus, kemudian meningkat menjadi 12 dan kini menjadi 20. Awal mula dari penyebaran BA.4 dan BA.5 di Indonesia sendiri pertama kali diidentifikasi berasal dari Bali, yakni ada 4 kasus pada 6 Juni 2022 lalu. Kemudian kasus paparan tersebut ditemukan di Jakarta beberapa hari setelahnya.
Sebagaimana data dan paparan para ahli, memang demi bisa mencegah penularan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 ini terus meningkat, maka seluruh masyarakat harus secara serempak kembali menggalakkan protokol kesehatan dengan ketat, termasuk juga menjaga pola hidup bersih dan sehat serta tidak lupa melakukan vaksinasi Covid-19 bagi yang belum memperoleh dosis penuh. Dengan adanya kesadaran bersama tersebut, penularan dapat dicegah dan Indonesia dapat masuk dalam fase endemi.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Insitute