Oleh : Barisen Wanggai
Editor : Ida Bastian
Kelompok Separatis dan Teroris (KST) tidak saja tega melukai rakyat Papua namun juga telah menghancurkan berbagai fasilitas umum. Masyarakat mengutuk aksi brutal tersebut dan mendukung TNI/Polri memberantas gerombolan tersebut.
Saat ini masyarakat Papua sedang menghadapi ‘musuh’ bernama kelompok separatis dan teroris (yang dulu bernama kelompok kriminal bersenjata). Meski sama-sama warga di Bumi Cendrawasih, tetapi anggota KST tidak memiliki kecintaan terhadap NKRI, malah mereka selalu ingin memberontak. KST juga menebar teror agar pemerintah daerah dan pusat mengabulkan permintaannya untuk merdeka.
Salah satu teror yang dilakukan oleh KST terjadi tanggal 8 oktober 2021. Mereka menembaki pesawat Smart Air di Kabupaten Bintang, tepatnya di Distrik Kiwirok. Pesawat itu datang dari Timika, membawa bahan makanan bersama dengan 3 penumpang yang merupakan aparat keamanan. Akibat tembakan tersebut, terjadi kerusakan pada sayap kiri pesawat.
Walau sayapnya berlubang tetapi pilot pesawat masih bisa mengendarainya untuk kembali ke Oksibil, tetapi malah ditembaki lagi oleh para anggota KST. Memang tidak ada korban luka-luka atau korban jiwa, tetapi kerugian materiil akibat tembakan itu tentu tidak sedikit, meski belum dipaparkan detailnya oleh pemilik airline.
Penembakan pesawat ini amat menyebalkan karena selain membuat pemiliknya merugi, masyarakat juga merugi. Bayangkan jika saja pesawat hancur-lebur saat ditembak oleh KST, maka bahan makanan yang seharusnya disalurkan untuk rakyat, malah terbuang begitu saja di tempat kecelakaan. Aneh sekali ketika KST mengklaim pro rakyat Papua tetap kenyataannya banyak merugikan warga di Bumi Cendrawasih.
Masyarakat juga makin antipati terhadap KST karena bukan kali ini saja mereka membuat kerusakan. Beberapa bulan lalu, di daerah Ilaga, sebuah pesawat dibakar oleh anggota KST. Alasannya, di dalam pesawat ada aparat, sehingga menjadi ‘musuh’ KST. Padahal hanya ada warga sipil di dalamnya. Beruntung semuanya selamat dan sang pilot langsung dievakuasi oleh seorang pendeta.
KST memang sangat meresahkan karena berkali-kali merusak fasilitas umum. Mereka pernah membakar sekolah dan rumah guru, merusak pos keamanan, dll. Tingkah KST sudah keterlaluan dan masuk dalam tindakan kriminal, dan patut jika dipidanakan. Pengubahan nama jadi organisasi teroris juga tepat karena mereka melakukan teror demi mewujudkan impiannya (yang sayangnya tak pernah terwujud), yakni memerdekakan diri.
Aneh sekali ketika KST ingin merdeka tetapi malah merusak fasilitas umum yang dibangun oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Jika memang Papua mau dibumihanguskan, maka merekalah yang merugi, karena harus membangun dari 0 lagi. Sementara belum tentu mereka memiliki modalnya.
Selain kerugian materiil, ada juga kerugian secara psikis akibat serangan KST. Pilot dan kru pesawat bisa ketakutan saat akan terbang lagi, karena tidak mau ditembaki oleh mereka. Padahal keberadaan pilot dan pesawat amat penting untuk distribusi sembako dan bahan-bahan makanan di Papua. Pasalnya, kondisi geografis di Bumi Cendrawasih masih ada yang berupa hutan dan pegunungan, sehingga butuh transportasi udara untuk penyaluran barang.
Oleh karena itu masyarakat amat mendukung aparat (khususnya Satgas Nemangkawi) dalam memberantas KST. Mereka memang harus ditangkap, agar tidak lagi membuat kekacauan di Papua. Jangan ada lagi ocehan dan omong-kosong mengenai Papua merdeka, karena semua warga sipil di Bumi Cendrawasih setia pada NKRI.
KST memang selalu meresahkan dan merusak fasilitas umum, padahal sangat dibutuhkan oleh masyarakat Papua. Pemmerantasan KST menjadi PR besar bagi aparat, agar mereka lekas ditangkap dan tak lagi membuat kekacauan di Bumi Cendrawasih.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya