Oleh : Ferdy Mawirampakel
Editor: Ida Bastian
Portalindonews.com – Aksi kekerasan yang dilancarkan oleh kelompok kriminal bersenjata Papua, yang dikenal sebagai Kelompok Separatis Dan Teroris (KST), telah menciptakan gelombang ketakutan dan trauma di masyarakat.
KST telah menjadi pemicu konflik dan ketakutan masyarakat di Papua. Kasus terbaru yang mengejutkan adalah pengakuan KST yang menyebut telah menembak anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) setelah melancarkan serangan mematikan terhadap tujuh pendulang emas di Papua, yang akhirnya mengakibatkan 7 korban tewas.
Kelompok KST yang mengatasnamakan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) dengan tegas mengakui perbuatannya melalui unggahan di media sosial. Mereka mengklaim telah menyerang pos TNI pada tanggal 27 Oktober 2023 lalu, yang berujung pada penembakan seorang anggota TNI dan pembakaran sebuah eskavator.
Pengakuan tersebut disampaikan oleh pihak yang mengaku sebagai Manajemen Markas Pusat Komnas TPNPB pada tanggal 28 Oktober 2023. Mereka merinci bahwa laporan dari Komandan Operasi TPNPB Kodap IV Sorong Raya, Mayor Arnoldus Yancen Kocu, menegaskan bahwa pasukan TPNPB di bawah pimpinan Komandan Battalion Kamuntan Raya berhasil menyerang pos TNI, dengan tragisnya menembak mati seorang anggota TNI.
Sebby Sambom, Jubir OPM, turut menyampaikan informasi tersebut dalam bentuk voice note. Dalam rekaman tersebut, mereka menjelaskan bahwa mereka menyerang pos Kamuntan Raya dan menembak seorang anggota TNI, sambil menegaskan bahwa wilayah Kamuntan Raya bukan merupakan zona perang.
Di sisi lain, Julius Widjojono, Kepala Pusat Penerangan TNI, membantah kabar penyerangan pos TNI oleh OPM di Distrik Afiat Timur Tengah, Kampung Ayata, Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat, pada Jumat, 27 Oktober 2023. Julius juga membantah adanya korban anggota TNI yang tewas dalam penyerangan tersebut.
Pasca-peristiwa tersebut, pasukan gabungan TNI dan Polri berhasil mengevakuasi 27 pendulang emas yang selamat di Kali Kali I Distrik Seredala Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan. Sayangnya, 7 korban tewas dalam serangan KST tersebut, termasuk pendulang dari Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sulawesi.
AKBP Bayu Suseno dari Kasatgas Humas Damai Cartenz 2023 mengungkapkan bahwa kondisi jenazah korban pembantaian sangat mengenaskan. Beberapa di antaranya ditemukan dalam keadaan membusuk dan sulit dikenali. Dua korban yang terbakar hingga tinggal tulang-belulang diidentifikasi sebagai Akmal dan Andika.
Selain itu, Satgas Damai Cartenz mencatat bahwa sebanyak 13 penambang emas tewas akibat tindakan KKB yang dipimpin oleh Egianus Kogoya di Yahukimo, Papua Pegunungan, pada Senin, 16 Oktober 2023 lalu.
Korban-korban tersebut telah dimakamkan oleh keluarga masing-masing. Meskipun dalam kondisi yang mengerikan dan tidak dikenali, tim berhasil mengidentifikasi identitas mereka dan menyerahkan jenazah kepada keluarga.
Pasca-peristiwa tragis ini, Kapolda Papua, Irjen Mathius D Fakhri, memerintahkan Satgas Damai Cartenz untuk bertindak tegas terhadap para pelaku. Yotam Bugiangge, yang dikenal sebagai aktor utama pembantaian, merupakan mantan anggota Batalyon Infanteri 756/Wimane Sili (Yonif 756/MWS) dan telah dipecat.
Yotam bergabung dengan Kelompok Egianus Kogoya setelah melarikan diri dengan membawa senjata SS-2 V1 sejak 17 Desember 2021.
Daftar nama korban yang tewas mencakup berbagai usia dan latar belakang, menunjukkan dampak besar dari tindakan brutal KKB di wilayah tersebut.
Dalam situasi yang semakin memburuk, tak kurang dari 53 warga Kampung Eronggobak, Distrik Omukia, Kabupaten Puncak, Papua Tengah, mengungsi ke Pos Eromaga Satgas Mobile Raider 300/BJW (Brajawijaya).
Mereka mengungsi karena ketakutan terhadap KST. Kebanyakan warga yang mengungsi adalah perempuan, anak-anak, dan orang tua.
Kaskogabwilhan III, Marsma TNI Deni Hasoloan Simanjuntak, mengkonfirmasi bahwa warga tersebut mengungsi setelah melihat tanda-tanda mencurigakan dari anggota KST yang berkeliaran di sekitar kampung mereka. Mereka mencurigai kehadiran anggota KKB yang dipimpin oleh Titus Murib, yang berasal dari wilayah Kepala Air. Kekhawatiran ini mendorong mereka untuk mencari perlindungan di Pos TNI terdekat.
Kondisi semakin memanas ketika terjadi kontak tembak antara prajurit TNI dari Yonif 300/Bjw dengan KSTdi sekitar Erogama. Seorang anggota KSTtewas dalam insiden tersebut, yang semakin memperumit situasi di wilayah tersebut.
Peristiwa-peristiwa yang telah terungkap dalam laporan ini menciptakan ketakutan mendalam dan trauma di antara masyarakat Papua yang tak bersalah. Mereka terjebak dalam pertarungan yang tidak mereka pilih, menjadi sasaran serangan kelompok kriminal bersenjata yang semakin meluas.
KST telah menciptakan rasa tidak aman yang mengancam kehidupan sehari-hari warga, serta merenggut banyak nyawa tak berdosa dalam aksi brutal mereka.
Ketidakpastian dan kecemasan masyarakat Papua semakin terpampang jelas di hadapan kita. Upaya kolaboratif antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, aparat keamanan, dan masyarakat Papua sendiri sangat diperlukan untuk menangani masalah ini dengan tegas. Perlindungan terhadap warga sipil dan penegakan hukum yang adil harus menjadi prioritas utama.
Ajakan kepada semua pihak adalah untuk merenung dan bertindak bersama. Keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan rakyat Papua harus menjadi tujuan bersama. Konflik bersenjata hanya akan memperburuk situasi dan menyulitkan upaya-upaya pembangunan serta perdamaian di wilayah ini.
Mahasiswa Papua Tinggal di Medan