Generasi Muda Berperan Kuatkan Persatuan Jelang Pemilu 2024

Oleh : Barra Dwi Rajendra 

Editor : Ida Bastian

Generasi Muda memiliki peran besar untuk menguatkan persatuan jelang Pemilu 2024. Dengan adanya kontribusi pemuda dalam hajatan demokrasi tersebut, Pemilu 2024 diharapkan berjalan dengan aman dan damai

Pemilihan umum (Pemilu) adalah ajang di mana rakyat memilih sendiri presidennya, juga anggota legislatif. Pemilu berlangsung dengan meriah. Terlebih ketika rakyat bisa mencoblos gambar calon presiden (Capres) sendiri, setelah pada Orde Baru hanya bisa memilih partai, sementara presidennya tidak pernah berganti.

Pemilu 2024 rencananya akan diselenggarakan tanggal 14 Februari 2024. Dari 2 Pemilu sebelumnya, masyarakat bertikai di media sosial karena terlalu fanatik mendukung partai dan Capres tertentu. Seharusnya kejadian ini tidak boleh terulang lagi pada Pemilu mendatang dan para pemuda ikut berperan dalam mencegah perpecahan di masyarakat saat Pemilu berlangsung.

Ketua Bawaslu Rahmat Bagja menyataan bahwa para pemuda dapat menjaga netralisir keadaan di masyarakat dalam tahapan Pemilu dan pemilihan serentak 2024, terutama dari konflik ataupun perpecahan di masyarakat. Para pemuda dapat menetralisir keadaan. Saat ada keadaan yang mendorong perpecahan, berharap itu bisa dikendalikan dan diredakan oleh pemuda.

Dalam artian, para pemuda diharap ikut serta dalam Pemilu. Tak hanya dengan datang dan mencoblos saat Pemilu berlangsung. Namun juga menjaga agar tidak terjadi perpecahan, baik pada masa kampanye sampai setelah Pemilu.

Saat ini Pemilu sangat rawan perpecahan karena ada pihak yang terlalu fanatik dalam mendukung calon presiden atau calon anggota legislatifnya. Ketika terlalu cinta buta ia sampai memaki calon lain dan membuat kerusuhan saat Pemilu. Para pemuda diharap untuk ikut menjaga agar tidak ada perpecahan dengan mendamaikan kedua belah pihak yang bertikai.

Para pemuda memiliki tenaga dan pemikiran yang lebih maju. Mereka bertindak ketika ada yang bermusuhan dan memikirkan cara agar tidak ada perpecahan saat Pemilu. Caranya dengan mengkampanyekan lagi Pemilu yang jurdil (jujur dan adil) serta LUBER (langsung, umum, bebas, dan rahasia).

Di era keterbukaan ini, semua rahasia seolah-olah bisa menghilang. Oleh karena itu LUBER wajib disosialisasikan lagi, terutama pada poin rahasia. Masyarkat diminta untuk tidak usah mengungkapkan siapa calon presiden atau calon legislatif yang didukung. Penyebabnya karena bisa jadi ada serangan dari provokator atau orang lain yang menjadi simpatisan calon presiden yang berbeda.

Bagja juga meminta kepada seluruh pemuda untuk terus menjaga prinsip negara kesatuan. Sebab, Pemilu sebenarnya juga merupakan sebuah proses menjaga empat pilar dalam berbangsa dan bernegara. Ia mengajak pemuda dan untuk aktif dalam mencegah penyebaran berita bohong dan politisasi SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan). Ke depannya akan ada pemberdayaan fungsi pengawasan partisipatif dan mengedukasi masyarakat agar melek literasi digital.

Dalam artian, para pemuda mampu berperan besar untuk menciptakan Pemilu yang damai. Mereka bisa mengedukasi masyarakat agar lebih berhati-hati dalam membaca berita di Koran online atau media sosial. Jangan termakan hoaks dan propaganda, lalu terjadi perpecahan gara-gara berita palsu tersebut.

Pemilu adalah ajang yang sangat penting karena masyarakat memilih pemimpin baru. Jangan dijadikan tempat peperangan atau permusuhan sengit karena terlalu mendukung partai politik atau Capres tertentu. Para pemuda mengkampanyekan melek literasi dan perdamaian di media sosial, agar tidak terjadi twit-war alias permusuhan di Twitter atau di media sosial yang lain.

Jika berkaca dari Pemilu tahun 2014 dan 2019 maka permusuhan terjadi di dunia maya dan situasi sangat panas sampai ada julukan buruk dari masing-masing kubu pendukung Capres kala itu. Jangan sampai hal ini terulang karena seharusnya masyarakat sudah dewasa dan meninggalkan permusuhan. menegakkan perdamaian di Indonesia.

Permusuhan wajib dihapuskan karena bisa dimanfaatkan oleh provokator maupun oknum yang ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan. Jangan sampai ada kekacauan sosial gara-gara ulah mereka. Oleh karena itu masyarakat wajib berperan besar untuk menciptakan Pemilu damai, agar tidak ada kerusuhan yang berujung pada tawuran dan bisa memakan korban.

Sementara itu, politisi Nurdin Halid menyatakan bahwa tidak ada satu elite politik pun yang memiliki pemikiran untuk tidak menciptakan Pemilu yang damai dan bermartabat. Kebersamaan dan komunikasi antar politisi sangat penting.

Dalam artian, para politisi juga bertekad untuk mewujudkan Pemilu yang damai karena mereka ingin menjaga Indonesia dari resiko kerusuhan pasca Pemilu. Pemilu adalah gelaran besar dan wajib dijaga keamanan dan perdamaiannya, dan Pemilu akan menentukan masa depan bangsa. Perdamaian wajib dijaga baik oleh politisi maupun para pemuda

Para pemuda akan berusaha keras untuk menjaga perdamaian Pemilu. Caranya dengan menjaga diri, baik di dunia nyata maupun dunia maya, dan tidak membuat status yang mencurigakan atau menyerang pihak lain. Jangan sampai media sosial jadi panas saat dan setelah Pemilu karena fanatisme yang berlebihan terhadap salah satu Capres atau calon legislatif tertentu.

 Penulis adalah kontributor Angkasa Media Satu

About IDABASTIAN PORTALINDONEWS

Check Also

Ciptakan Kebersamaan, Babinsa Sertu Jumadi Komsos dengan Anggota LMK

Potalindonews.com, Kodam Jaya, Jakarta Barat – Bertempat di Jalan Mangga Besar IX RT.09/RW.06, Kelurahan Tangki, …