PORTALINDONEWS.COM, Jakarta, 10 Oktober – Ekspor vanili produksi Indonesia masih mengalami kendala. Kulitas vanili ekspor dari Indonesia kurang bagus karena dipanen dini atau muda. Idealnya vanili dipanen berumur 8-9 bulan.
Direktur Utama Java Agro Species, Singgih Arie Pratomo, mengatakan saat ini masih banyak petani vanili yang tak memedulikan kualitas panen. “Saya melihat kepedulian petani soal standar panen masih kurang,” ujar Singgih dalam webinar Alinea Forum dengan tema “Menjaga Momentum Ekspor Vanili” yang digelar Alinea.id, baru-baru ini.
Singgih masih sering menemui ada petani yang memanen vanili kurang dari delapan sampai sembilan bulan. Buah vanili siap dipanen biasanya telah berumur delapan hingga sembilan bulan setelah penyerbukan.
Ini ditandai dengan buah yang berwarna hijau mulai memudar dan ujung polong mulai menguning, tetapi belum pecah. Pemetikan buah dilakukan secara bertahap dengan cara memanen buah yang lebih dulu masak.
“Banyak petani vanili di Indonesia yang memanen vanili secara cepat, yakni pada waktu tiga bulan. Padahal waktu panen yang baik yakni sembilan bulan,” kata Singgih.
Eksportir vanili lainnya, Mohir dari UD Rempah Organik asal Lombok mengatakan, hasil panen yang dipetik di usia muda membuat kualitas vanili menurun. Ini memperburuk citra vanili Indonesia di mata dunia.
Menurut Mohir, salah satu penyebab petani memanen vanili sebelum waktunya karena pencurian. Ketika harga tinggi, vanili jadi incaran pencuri. Selain itu, tak sedikit spekulan yang menawarkan harga tinggi.
“Tak hanya spekulan, bahkan ada negara yang sengaja membeli vanili yang dipanen secara cepat bukan pada waktunya ini untuk ditanam kembali dan dipanen di waktu semestinya guna keuntungan negara tersebut dan merugikan Indonesia,” ujar Mohir pada kesempatan yang sama.
Oleh karena itu, Mohir mengajak para petani dan eksportir lain untuk memanen vanili pada waktu yang tepat. “Kawan-kawan petani, vanili ini sesuatu yang berharga. Ketaatan dan kedisplinan memanen bisa menjaga agar vanili ini bisa punya nilai sesuai kualitas. Jangan cepat tergiur harga yang tidak memikirkan keberlangsungan petani,” tuturnya.
Mohir menjelaskan, masih banyak pembeli dari negara maju yang membutuhkan vanili berkualitas tinggi dari Indonesia. Negara-negara tersebut amat memperhatikan kualitas bahan makanan yang dikonsumsi.
Agar kejadian semacam ini tidak terus berulang, Singgih meminta pemerintah menerapkan standar nasional dalam pemanenan vanili. Dia menilai Indonesia perlu berkaca pada Madagaskar, negara penghasil dan pengekspor vanili terbesar di dunia.
“Apa yang dilakukan Pemerintah Mandagaskar dalam menjaga kualitas, bisa dilakukan Pemerintah Indonesia. Yaitu membuat suatu aturan seperti SNI (Standar Nasional Indonesia) dalam panen vanili,” timpal Singgih.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian yang dipaparkan oleh Ketua Balai Karantina Pertanian Kelas I Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Arinaung, capain ekspor vanili kering di provinsi itu meningkat dari 2020 hingga 2022. Untuk 2022, NTB bakal mengekspor 5 ton vanili kering. Hingga Oktober ini sudah mengekspor 2,5 ton vanili kering.
Sedangkan pada 2020 lalu ekspor hanya mencapai 1,4 ton. Lalu, pada 2021 hanya 2,4 ton vanili kering yang diekspor ke laur negeri. Peningkatan jumlah ekspor, menurut Arinaung, karena ada pendampingan dari tim ekspor yang dibentuk pemerintah provinsi NTB. Tim ekspor ini melakukan pemantauan 3K, yakni kualitas, kuantitas, dan kontinuitas.
“Saya sarankan petani, pengusaha, eksportir, dan masyarakat untuk mengobrol bersama dengan Badan Karantina Pertanian di berbagai daerah, termasuk NTB, jika ada masalah di lapangan. Agar masyarakat, pengusaha dengan Badan Karantina seluruh Indonesia bisa berbagi, saling mengingatkan, dan membantu,” ungkap Arinaung pada kesempatan yang sama.
Dia menambahkan, informasi dari para pemangku kepentingan akan memudahkan Badan Karantina Pertanian untuk bersinergi dengan kementerian atau lembaga lainnya. Arinaung menjelaskan, Badan Karantina mendapatkan tugas dari Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk menjadi koordinator Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks).