Oleh : Alfisyah Kumalasari
Editor : Ida Bastian
Indonesia memang belum bebas dari masa pandemi, tetapi meraih prestasi dengan menjadi juara dua vaksinasi di ASEAN. Dengan raihan ini maka kita optimis pandemi akan segera berakhir dan kehidupan akan berangsur normal. Vaksinasi nasional sudah dimulai sejak januari 2021 dan seluruh WNI diharap untuk mensukseskan program ini.
Ketika vaksin corona ditemukan dan langsung diproduksi secara massal, seluruh negara di dunia ancang-ancang untuk vaksinasi. Indonesia memutuskan untuk memesan vaksin covid buatan Sinovac (RRC), baru memesan vaksi dari pihak lain, agar stoknya mencukupi. Karena penduduk negeri ini ada lebih dari 200 juta orang, dan tiap orang butuh 2 kali suntikan.
Saat pemerintah Indonesia sedang fokus pada kesuksesan vaksinasi nasional, ada hadiah manis berupa juara dua vaksinasi di kawasan ASEAN. Karena di negeri kita, sudah ada lebih dari 1 juta orang yang mendapatkan 2 kali injeksi vaksin, alias 2,8% dari jumlah WNI. Sehingga target pemerintah untuk mensukseskan program ini dalam waktu maksimal 12 bulan diperkirakan akan berhasil.
Keberhasilan Indonesia patut dipuji. Karena kita hanya selisih tipis dari Singapura. Padahal jumlah penduduk Indonesia lebih dari 200 juta orang. Sedangkan jumlah penduduk di negeri singa ada 5,7 juta orang. Sehingga menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mensukseskan program vaksinasi nasional.
Jika Indonesia bebas corona maka tidak akan menularkan ke penduduk negara lain, maka kawasan ASEAN akan bebas juga dari virus covid-19. Bayangkan jika pemerintah suatu negara malas-malasan membeli vaksin dengan alasan mahal, maka penduduk akan betumbangan dan dikhawatirkan akan menularkan ke negara tetangga.
Selain itu, pemerintah patut diapresasi, karena mengatur penyuntikan lebih dari 200 juta orang tentu tidak mudah. Harus ada strategi bagaimana mendistribusikan sekian banyak ampul vaksin, bagaimana keamanan penyimpanannya, cara mendapatkan cold storage-nya. Karena vaksin Sinovac perlu disimpan di dalam tempat khusus, agar tidak rusak dan terbuang sia-sia.
Ketika pemerintah berhasil mengawali program vaksinasi nasional dan menjadi yang nomor 2 terbaik di kawasan ASEAN, maka juga menunjukkan kecepatan dalam memberantas corona. Presiden Jokowi memang selalu ingin menyelesaikan suatu program dengan cepat. Oleh karena itu, beliau menargetkan vaksinasi berhasil dalam 12 bulan, bukan 18 bulan seperti pada perkiraan awal.
Pemerintah juga dipuji karena memberikan suntikan vaksin corona secara gratis. Karena di negara lain, ada yang disuruh untuk membayar sampai 600.000 rupiah (jika dikurskan) dalam sekali suntik. Penggratisan ini menunjukkan betapa perhatiannya pemerintah kepada seluruh rakyatnya. Apalagi banyak orang yang kondisi finansialnya turun saat pandemi, sehingga mereka senang karena mendapat vaksin tanpa harus membayar.
Padahal jika vaksinasi ini harus membayar, maka akan ada keuntungan besar. Karena orang akan membayar berapa saja untuk bebas dari teror corona. Namun pemerintah tidak mau seperti itu, tertawa di atas penderitaan orang lain. Oleh karena itu, pemberian vaksin akan digratiskan 100%.
Prioritas pemberian vaksin juga wajib diapresasi. Saat dokter, perawat, dan tenaga medis lain yang menjadi prioritas vaksin, maka mereka akan bebas corona. Sehingga tidak akan menularkan kepada pasien, karena dokter juga manusia, bukan? Bisa sakit dan tidak menunjukkan gejala corona ketika ia jadi OTG. Ketika dokter sehat maka pasiennya juga semangat untuk sehat.
Vaksinasi nasional di Indonesia dipuji karena menjadi yang terbaik kedua di wilayah ASEAN. Hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mengatasi pandemi dan efek negatifnya. Ketika program vaksinasi nasional berhasil, maka kita akan segera bebas corona, lalu membangkitkan lagi sektor ekonomi yang sempat pingsan saat pandemi.
)* Penulis adalah Kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini