Aksi teror KST Mengancam Kedamaian Masyarakat Papua

 

 

Oleh : Saby Kossay
Editor :Ida Bastian

Aksi teror Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua mengancam kedamaian, tidak terkecuali warga di Yahukimo. Masyarakat pun berharap agar TNI/Polri segera memberantas mereka agar denyut kehidupan warga kembali normal.
Papua adalah provinsi yang terkenal karena eksotisme alamnya, dan sayangnya wilayah ini juga identik dengan OPM dan KST. Kelompok separatis memang sangat mengganggu, bahkan sejak era orde baru. Sampai sekarang mereka masih ada karena menggunakan teknik gerilya, dan akan terus diberantas oleh aparat, agar kedamaian di Papua tidak rusak.
Tanggal 24 Juni 2021, Papua kembali digemparkan karena KST tiba-tiba menyerang warga di wilayah Yahukimo, tepatnya di Kampung Bingki. Peristiwa berdarah terjadi lagi dan mengakibatkan 4 korban jiwa, sementara sang kepala suku dalam kondisi kritis. Evakuasi dilakukan dengan helikopter, karena wilayah Yahukimo yang berada di perbukitan. Sementara warga lain juga menyelamatkan diri agar tidak kena ancaman KST.
Kepala Penerangan Kobagwilhan III Kolonel Czi IGN Suriastawa menyatakan bahwa anggota KST menggunakan senjata rampasan, saat aparat sedang melakukan pengamanan proyek di Bandara Nop Goliat, Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo. Diduga pelakunya adalah kelompok Tandius Murib.
Publik mengutuk KST yang menyerang warga secara tiba-tiba. Mengapa mereka tega membunuh sesama orang Papua? Padahal sebagai sesama warga asli, seharusnya saling bantu, ini malah menyerang dan menembak seenaknya sendiri. Apalagi mereka juga menyerang kepala suku yang seharusnya dihormati.
Bukan kali ini saja KST menebar teror di Bumi Cendrawasih. Sebelum menyerang tanggal 24 Juni 2021, beberapa hari sebelumnya mereka menyerang petugas di proyek bandara, dan mengakibatkan 2 aparat meninggal dunia. Menko Polhukam Mahfud MD menyatakan bahwa sudah ada 95 korban jiwa dari ulah KST selama 3 tahun terakhir.
Kebiadaban KST sudah tidak bisa ditolerir lagi. Pasalnya, mereka juga berani menyerang aparat, padahal tugas polisi dan tentara adalah mengamankan warga di Papua. Mengapa malah diserang dengan membabi-buta?
Ketika ada banyak penyerangan maka untuk mencegah kerusuhan kembali, didatangkan pasukan TNI lagi dari luar Papua. Mereka ditugaskan untuk menyisir KST dan mengejar langsung ke markasnya. Namun oleh KST malah dibilang aparat mengambil hak warga untuk bebas, bagaikan daerah operasi militer di Aceh beberapa puluh tahun lalu.
Pernyataan ini sangat playing victim karena justru anggota TNI yang yang menjaga masyarakat agar tidak diserang oleh anggota kelompok teroris. Perdamaian di Papua harus dijaga agar warga bisa beraktivitas dengan aman di luar rumah, tanpa takut kena peluru nyasar. Masyarakat harus mendapatkan haknya untuk hidup dengan damai, tanpa ada ancaman dari KST dan OPM.
Masyarakat sendiri juga rindu akan perdamaian di Papua, karena mereka tidak mau mengungsi lagi dan lagi saat ada penyerangan KST. Bagaimana bisa hidup enak ketika harus mampu bertahan di bawah tekanan? KST terus meneror baik di dunia nyata maupun di dunia maya, dengan menyebar hoaks dan propaganda.
Oleh karena itu, warga sipil sangat setuju ketika ada pasukan yang ditambah, karena mereka paham bahwa mereka bertugas untuk mewujudkan Papua yang aman dan damai. Masyarakat juga setuju ketika KST dilabeli sebagai kelompok teroris, agar pemberantasannya lebih cepat, karena akan ada bantuan dari Densus 88 antiteror.
Teror KST sudah sangat mengganggu warga Papua, dan korban jiwa terus bertambah. Untuk mencegah terjadinya kekacauan lagi, maka aparat bekerja keras untuk membasmi kelompok teroris ini. Masyarakat juga mendukung terus aparat, agar perdamaian di Papua terwujud dengan cepat.

)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta

About IDABASTIAN PORTALINDONEWS

Check Also

Kasad : Dansat Harus Berinovasi Untuk Kemajuan Satuan

DENPASAR, portalindonews.com – Komandan Satuan (Dansat) sebagai seorang pemimpin, jangan hanya melakukan hal yang menjadi …