JAKARTA, Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Timur (23/3/2021).
Habib Rizieq Shihab kembali menjadi pusat perhatian. Sebagai Imam besar Front Pembela Islam (FPI) itu ngotot meminta hakim memberikan haknya untuk hadir ruang sidang.
Tetapi hakim tampaknya sudah kukuh dengan kebijakannya untuk tetap melanjutkan sidang kasus Habib Rizieq secara online. Sebagai sikap protes, Habib Rizieq yang merasa diperlakukan kasar dan hina memilih aksi diam atau tutup mulut dalam persidangan.
Ekonom senior Rizal Ramli menilai tindakan pengadilan terhadap Habib Rizieq berlebihan. Hal ini menguatkan dugaan banyak pihak bahwa persolalan Habib Rizieq bukanlah semata urusan hukum. “Dari awal sudah kelihatan bahwa ini urusannya politik,” ujar Rizal saat diwawancarai Refly Harun dalam video berjudul Sidang HRS, Bukti Pengadilan Politik, dikutip Selasa (23/3/2021). Sehingga sekitar 1.400 Personel Polri-TNI Dikerahkan untuk Jaga Sidang Lanjutan Habib Rizieq Besok harinya lagi.
Menko Kemaritiman di periode pertama Presiden Jokowi itu mengaku sudah melihat gejala bahwa Habib Rizieq bakal menjadi target sejak mau pulang dari Arab Saudi. Ketika itu habib Rizieq menyatakan akan memimpin revolusi meskipun narasinya belakangan menjadi revolusi akhlak.
”Semua tahu kok, ini pengadilan politik. Kita dulu di Bandung zaman mahasiswa juga diadili dan semua orang sebut itu pengadilan politik, bukan kriminal. Masalahnya, pengadilan Habib Rizieq ini kok sampai segitunya hakim itu nurut sama kekuasaan. Zaman Orde Baru malah lebih beradab, terdakwa dihadirkan di persidangan,” ujar Rizal.
Ketika ditanya bahwa pernyataannya itu bertentangan dengan penjelasan Menkopolhukam Mahfud MD bahwa urusan pengadilan bukan urusan pemerintah, Rizal tertawa. ”Mahfud MD itu teman saya, sampai sekarang posisinya memang mengharuskan dia membuat statement (pernyataan) seperti itu,” kata Rizal.
Karena itu Rizal Ramli mengingatkan para hakim kasus Habib Rizieq untuk mengingat sumpah mereka. ”Ini sih permainannya rendah banget kalau jaman Soeharto lebih beradab ini akan membuat pengadilan di Indonesia just like a joke (seperti bercandaan). Kalau mau hukum ya hukum saja lah ga usah pakai sirkus yang tidak lucu kayak begini,” ujarnya., red.